Jalan Lain Massimiliano Allegri Kepada Sang Mantan

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Jalan Lain Massimiliano Allegri Kepada Sang Mantan

Pekan ke-12 Serie A Italia musim 2015/2016 mempertemukan Massimiliano Allegri dengan mantan klubnya, AC Milan, di Juventus Stadium, Minggu (22/11) dini hari kemarin. Perjumpaannya dengan Milan memang bukan yang pertama, namun pada dini hari tadi merupakan pertemuan perdana setelah ia berhasil mempersembahkan tiga gelar untuk Juventus.

Tapi di sisi lain, kesamaan antara Allegri dengan Milan adalah mereka sama-sama mengawali Serie A musim ini dengan cukup buruk. Juventus sebagai juara bertahan bertengger di peringkat enam klasemen sementara dengan raihan 21 poin. Di bawahnya, ada I Rossoneri, julukan Milan, menguntit dengan raihan 20 angka.

Sekarang ini merupakan tahun kedua Allegri bersama klub berjuluk Si Nyonya Tua itu. Dirinya tiba di Kota Turin ketika pra-musim sedang berlangsung karena Antonio Conte mengundurkan diri secara tiba-tiba sebagai pelatih Juventus. Allegri pun menggantikan Conte setelah melewati enam bulan pasca pemecatannya di Milan.

Sebelumnya, memilih Allegri dianggap terlalu berisiko untuk Si Nyonya Tua. Tapi nyatanya ia tetap mempertahankan gelar Serie A dan memenangkan Coppa Italia setelah berpuasa gelar 20 tahun lamanya. Bahkan ia berhasil membawa Gianluigi Buffon dkk kembali ke final Liga Champions UEFA untuk pertama kalinya sejak 2003.

Namun, kesan musim keduanya saat ini hampir mirip dengan Milan. Kisah ini berawal dari kepergian Andrea Pirlo ke Juventus sebelum serie A 2011/2012 bergulir. Kendati demikian, Allegri masih bisa mengarahkan skuatnya sebagai runner-up musim itu. Tapi ironisnya, Pirlo langsung membawa klub barunya menjadi scudetto pada musim tersebut.

Sayangnya, musim ketiga dijalani mantan pelatih Cagliari itu jauh lebih parah. Beberapa pemain senior dipersilahkan pergi tanpa mendatangkan pemain pengganti yang memadai. Pemain-pemain berpengalaman dan loyal seperti Gennaro Gattuso, Alessandro Nesta, dan Clarence Seedorf didepak. Bahkan Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva dibiarkan pergi secara bersamaan ke Paris Saint-Germain (PSG). Maka tiada maaf untuknya ketika Milan saat itu terdampar di peringkat ke-11 klasemen Serie-A 2012/2013.

Sekarang kepergian Pirlo, Arturo Vidal dan Carlos Tevez dari Juventus mulai terasa. Apalagi ia perlu mendongkrak Juventus di Serie A. Padahal di kompetisi lainnya, ia memiliki perjalanan yang baik dengan belum terkalahkan di fase grup Liga Champions 2015/2016.

Tentu saja catatan Gianluigi Buffon sejauh ini mengingatkan sebuah perjalanan traumatis dari Allegri itu sendiri. Dirinya yang menukangi Milan sejak 2010 justru kelimpungan pada musim keduanya. Padahal ia sempat mempersembahkan scudetto pada tahun perdananya bersama Rossoneri.

Tapi Jalan Cerita Allegri Saat ini Sedikit Berbeda....

Ketika menghadapi mantannya pada dini hari tadi, Allegri awalnya memilih formasi 4-3-1-2 untuk Juventus. Ia berharap banyak kepada Hernanes sebagai trequartista. Tapi lagi-lagi formasi itu menyakiti Si Nyonya Tua itu sendiri. Pasalnya Hernanes terlalu lambat melakoni peran krusial dari formasi Juventus tersebut.

Mantan pemain Internazionale Milan itu sering kehilangan bola. Ia juga tidak bisa menjadi pemain yang menghentikan upaya serangan balik Rossoneri secara cepat. Sehingga hanya membiarkan Mario Mandzukic bekerja sendirian memberikan tekanan kepada penguasaan bola di lini pertahanan Milan.

Alhasil, Juventus tidak memiliki kreativitas yang diperlukan untuk memecahkan pertahanan Rossoneri yang terstruktur. Hernanes tidak bisa membantu rekan-rekannya masuk ke dalam kotak penalti Milan, sehingga serangan Juventus saat itu lebih sering diakhiri dengan tendangan-tendangan jarak jauh. Selama babak pertama, hanya dua tembakan Juventus yang tepat sasaran, yaitu dilakukan olehnya dan Claudio Marchisio.

Sudah jelas Si Nyonya Tua tidak memiliki playmaker sejati. Ditambah mereka sudah terlanjur kehilangan Pirlo sebagai pondasi serangan Juventus. Hernanes telah gagal membangun tempo di kala Sinisa Mihajlovic menerapkan pertahanan ketat sekaligus kuat untuk Milan. Ricardo Montolivo dkk tidak memberikan ruang untuk serangan Juventus yang ingin masuk ke area kotak penalti.

Baca juga sedikit ulasan tentang AC Milan pada pertemuan ini pada tulisan berjudul "Performa Lini Serang Milan yang Mengundang Amarah Mihajlovic".

Tapi perlu diacungi jempol untuk Allegri yang menyiasatinya dengan jalan lain. Hernanes digantikan Leonardo Bonucci ketika pergantian babak. Dirinya mengubah formasi 4-3-3 menjadi 3-5-2. Tiga bek Juventus diinstruksikan bertahan garis tinggi agar memberikan ruang bagi Bonucci melepaskan umpan lambung ke kotak penalti.

Intruksi umpan lambung tidak hanya dikhususkan kepada Bonucci, namun pemain lainnya pun ditugaskan melakoni arahan itu semaksimal mungkin. Allegri pun menemukan kelemahan sisi kiri pertahanan Rossoneri yang dijaga Ignazio Abate.

Saat itu Abate kurang mendapatkan bantuan dari Alessio Cerci yang jarang turun membantu pertahanan. Sementara Juraj "Kuco" Kucka pun mesti membagi tugas dengan membantu Giacomo Bonaventura untuk melancarkan serangan balik cepat.

Alhasil, lini tersebut terus dibombardir Juve dengan mengandalkan Alex Sandro yang diinstruksikan posisinya agar lebih naik ke depan. Begitu juga Pogba bergerak melebar membantu Sandro. Sehingga kerja sama dua pemain tersebut berhasil menekan Abate yang kewalahan mengawal areanya.

Maka Paulo Dybala berhasil memanfaatkan kepanikan lini belakang Milan ketika mengantisipasi umpan lambung Juventus. Dybala berhasil memanfaatkan celah antara Alex dengan Alessio Romagnoli untuk menyambut umpan dari Sandro menjadi gol pada menit ke-65, "Hari ini adalah kemenangan tim dan kami hanya melakukan apa yang diminta pelatih kepada kami," ujar Dybala dikutip dari Football-Italia.

Hasil akhir 1-0 Juventus atas tamunya itu setidaknya berhasil menepis anggapan miring kubu Milan terhadap Allegri. Sekaligus bisa menjadi tonggak awal kebangkitan Si Nyonya Tua di Serie A musim ini.

Dari laga itu juga para pendukung Rossoneri bisa menyaksikan secara langsung kecerdasan taktis Allegri. Membuktikan jika jalan ini masih bisa dilalui dengan cara lain. Salah satunya ia mampu menyisihkan tantangan dari Mihajlovic, di mana kemenangan tipis itu berhasil mengejanya.

Sumber lain : Daily Mail, Forza Italian Football.

Komentar