Kebencian yang Menancap Begitu Kokoh dalam Revierderby

Cerita

by Redaksi 41

Redaksi 41

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kebencian yang Menancap Begitu Kokoh dalam Revierderby

Revierderby menyimpan aroma panas persaingan antara dua daerah dalam region Ruhr di daerah North Rhine-Westphalia, Jerman. Derby dengan Dortmund dan Schalke sebagai pelakunya ini digambarkan sebagai derby terpanas dalam Bundesliga. Ini bukanlah seperti derby antara Bayern Munchen dengan Dortmund yang menjadi heboh karena buatan dari pemberitaan media.

Dulu Ruhr merupakan salah satu tempat yang indah di kawasan Jerman, diapit dengan tiga sungai besar. Sungai Rhein dan dua sungai kecil yang bernama Ruhr dan Lippie. Karena kawasan inilah maka pertemuan antara Dortmund dan Schalke dikenal dengan sebutan Revierderby.

Daerah inipun menjadi salah satu pusat industri terbesar di Ruhr pada era 1850-an. Saat kurun waktu itu, bahan baku hasil tambang melimpah dan menyebabkan meledaknya jumlah populasi yang mencapai lima kali lipat, juga diiringi dengan pertumbuhan kelas buruh - khususnya buruh tambang. Dengan pertumbuhan ini daerah Ruhr berubah menjadi perkotaan baru, di antaranya Gelsenkirchen dan Dortmund.

Baca juga: Saling Benci Dua Klub Buruh di Lembah Ruhr

Sejarah Revierderby dimulai pada 1925, kala itu Schalke menang 4-2 pada pertemuan pertama dengan rival abadinya, Dortmund. Semenjak sistem liga Jerman berganti menjadi Bundesliga, persaingan kedua tim ini kian memanas. Contohnya ketika berlangsungnya derby pada 1972 lalu. Schalke menorehkan kemenangan di derby tersebut yang menyebabkan Dortmund otomatis terdegradasi.

Bara kebencian semakin berkobar dari kubu Dortmund karena hal itu, dan kenikmatan menjerumuskan rival ke kubangan degradasi begitu dinikmati Schalke.

Kejadian menarik lainnya terjadi ketika memasuki dekade 90-an. Pada 1991, kala itu Dortmund membutuhkan kemenangan untuk menjuarai liga, namun Schalke secara spektakuler mengalahkan mereka dengan skor 5-2 dan membuat Dortmund harus menelan pil pahit kehilangan gelar Bundesliga yang akhirnya direbut Stuttgart dengan hanya beda selisih gol.

Luar biasa bukan? Kemarahan, kebencian, kejengkelan dan rasa sakit hati kembali berkobar.

Rivalitas kedua kesebelas ini menjadi acuan yang ideal dari sebuah derby yang tersaji di Bundesliga. Penuh persaingan, penuh kebencian, dan sesekali mempertontonkan kekerasan. Perseteruan Schalke dan Dortmund mutlak disebabkan oleh faktor iri dan dengki bukan karena faktor perbedaan, seperti kebanyakan derby di dunia. Revierderby merupakan rivalitas antara kaum proletar melawan kaum proletar. Yang memiliki ideologi dan pendapat yang sebenarnya cenderung senada. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, hanya iri dan kedengkian yang membuat keduanya saling bermusuhan.

fans
Sumber gambar: kessbenfm.com

Bahkan hingga menciptakan sebuah aturan yang mengikat, Dormund dan Gelsenkirchen adalah kota terlarang bagi kedua pendukung. Pendukung Schalke tak akan bekerja atau tinggal di Dortmund, begitu pula sebaliknya. Bagi pendukung ortodoks yang berusia lebih dari kepala enam, aturan ini betul-betul diterapkan. Berawal dari tradisi itulah yang menjadi faktor kebencian antar pemain menjadi mengakar, terutama bagi pemain yang terlahir dari kedua kota tersebut.

Hal ini juga pernah diutarakan oleh Julian Draxler selaku pemain kelahiran Gelsenkirchen. Saat itu Dortmund berupaya keras untuk merekrut Draxler pasca kepergian Gotze. Dengan gamblang Draxler menjelaskan bahwa hanya dengan 'cuci otak' maka ia bisa dengan mudah bermain untuk Dortmund.

Dan yang lebih parahnya lagi ketika Kevin Grosskreutz, pemain asal Dortmund, mendapat pertanyaan tentang bagaimana seandainya sang anak ternyata penggemar fanatik Schalke. Dengan tegas Grosskreutz menyampaikan bahwa ia akan memasukkan anaknya ke panti asuhan.

Dan bagi Grosskreutz, kemenangan melawan Schalke lebih penting ketimbang kemenangan atas Bayern Munchen. Sebab sang pemain pun pernah berujar jika ia sangat berhasrat untuk mengejek dan menjerumuskan Schalke ke dalam tanah.

Ya, laga derby ini pun akan selalu sarat dengan emosi, kebencian, dan rasa dengki. Maka dari itu, pertandingan ini selalu sayang untuk dilewatkan. Sebab, sekali lagi, Revierderby adalah derby terbesar sesungguhnya yang ada negara Jerman.




Baca juga: Asal Bukan Dortmund

Ruhr Derby : Kebencian Si Miskin Schalke pada Si Kaya Dortmund

Adolf Hitler dan Persaingan Dortmund versus Schalke

Komentar