Mengatasi Krisis Finansial Dengan Pengembangan Akademi Ala Feyenoord

Cerita

by redaksi

Mengatasi Krisis Finansial Dengan Pengembangan Akademi Ala Feyenoord

Feyenoord adalah salah satu tim besar di liga Belanda. Klub asal Rotterdam ini merupakan salah satu dari tiga tim (bersama Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven) dengan penampilan terbanyak di Eredivise yang didirikan sejak 1956-1957. Berdiri pada tahun 1908, Feyenoord telah berhasil menjuarai Eredivisie sebanyak 14 kali dan Piala Belanda 10 kali.

Namun kebesaran Feyenoord semakin terkikis seiring krisis finansial yang melanda klub. Lambat laun klub yang bermarkas di stadion Feijnoord Rotterdam ini mulai keluar dari persaingan juara. Feyenoord terakhir kali menjadi juara liga pada 1999. Kini, statusnya sebagai tim top di Liga Belanda mulai digantikan oleh AZ Alkmaar.

Menjalani kompetisi dengan bergelut bersama krisis keuangan memang menjadi kehidupan dari Feyenoord dalam beberapa tahun terakhir. Untungnya, mereka berhasil bangkit dan mampu finish di peringkat 3 pada musim lalu. Hasil tersebut merupakan puncak dari perjalanan mereka yang pada akhirnya berhasil keluar dari krisis finansial. Karena jika merunut ke belakang, apa yang terjadi pada musim lalu memang layak untuk dibanggakan.

Sedikit mundur ke belakang, prestasi yang tak kunjung membaik dan hutang klub yang semakin membengkak telah membuat krisis finansial pada telah berada mencapai puncaknya menjelang akhir Oktober 2010. Gaji pemain yang harusnya dibayarkan pada akhir bulan, beresiko tak bisa dibayarkan. Bahkan lebih buruk dari itu, Feyenoord yang pada saat itu telah berumur 102 tahun itu terancam kolaps.

Namun pada 30 Oktober 2010, di mana saat itu merupakan puncak dari ketakutan manajemen klub tak bisa membayar gaji pemain dan staffnya, tawaran datang dari beberapa investor. Akan tetapi, para investor tersebut lebih ingin membeli saham klub ketimbang menyuntikkan dana segar untuk pihak klub. Dengan keadaan terdesak seperti itu, pihak klub pun kemudian menjual sahamnya sebesar 49 persen.

Karena keterbatasan finansial yang dimiliki klub, akhirnya Feyenoord mulai mengembangkan akademi mudanya, Varkenoord. Beberapa pemain muda disiapkan untuk bermain di tim senior. Nama-nama pemain seperti Stefan de Vrij, Bruno Martins Indi, Shabir Isoufi dan Luc Castaignos pun mulai banyak mendapatkan kesempatan bermain di tim senior.

Feyenoord pun kemudian menyadari bahwa akademi mudanya bisa mendatangkan pundi-pundi Euro di masa yang akan datang. Manajemen akhirnya memutuskan untuk meminta para investor berinvestasi untuk terakhir kalinya. Kali ini, Feyenoord ingin menyempurnakan akademi muda mereka dari U15 hingga U19. Sebagai gantinya, untuk setiap transfer yang dilakukan Feyenoord, investor akan menerima 18,33% dari harga penjualan pemain.

Sambil ‘menciptakan’ para pemain mudanya, Feyenoord berjuang di liga dengan pemain seadanya. Namun tanpa disangka-sangka, Feyenoord bersaing di liga setidaknya di papan tengah klasemen. Selain itu, pengeluaran yang diminimalisir dan memanfaatkan pemain mudanya pun berhasil membuat klub meraup keuntungan besar dari penjualan pemain, tiket, merchandise, dan beberapa bidang bisnis lainnya.

Pada akhirnya prestasi tahun lalu telah membuat banyak klub mulai melirik pemain-pemain Feyenoord. Hutang klub pun berhasil terbayarkan ketika Feyenoord menjual Graziano Pelle dan Daryl Janmaat pada bursa transfer musim panas ini.

Musim panas ini memang merupakan momen di mana Feyenoord menentukan nasibnya. Meski keuangannya telah kembali stabil, Feyenoord masih berhati-hati agar tidak kembali jatuh ke jurang kebangkrutan seperti di masa lalu. Dan juga mereka masih berupaya untuk membeli kembali saham Feyenoord dari para investor, salah satu caranya adalah dengan menjual Bruno Martins Indi dan Stefan de Vrij.

Meski harus kehilangan beberapa pemain andalannya, setidaknya klub telah berhasil keluar dari krisis yang telah melandanya selama bertahun-tahun. Selain itu, dengan finish di peringkat 3 pada musim lalu, akademi muda Feyenoord nyatanya telah membuktikan jika pembinaan serius pada usia muda bisa memberikan banyak manfaat bagi klub. Hal seperti inilah yang seharusnya mulai dicoba oleh tim-tim lain, khususnya di Indonesia.

foto: fr-fans.nl

[ar]

Komentar