Mengukir Sejarah di Berlin

Cerita

by Redaksi 41

Redaksi 41

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mengukir Sejarah di Berlin

Finalis Liga Champions 2015, Juventus dan Barcelona, akan saling berusaha menyelesaikan musim ini dengan raihan treble winner. Keduanya telah berhasil memenangkan dua kompetisi lokal di negaranya masing-masing. Mereka hanya tinggal melengkapi satu gelar lagi di Liga Champions.

Ini merupakan laga final pertama Juventus dalam 12 tahun terakhir. Sedangkan bagi Barcelona, ini merupakan final keempat dalam 10 tahun terakhir. Barca berhasil menjadi juara dalam 3 final yang mereka ikuti tersebut. Ditambah gelar yang mereka raih pada 1992, mereka pun kini sudah mengkoleksi 4 gelar juara Liga Champions. Dan di Sabtu nanti, Barcelona berpeluang besar merebut gelar kelima sekaligus berhak mengenakan Badge of Honor andai mereka keluar sebagai juara.

Selain itu, Barcelona juga akan berpeluang menciptakan rekor sebagai kesebelasan satu-satunya yang dua kali meraih treble winner. Enam klub lainnya yang pernah memenangkan liga domestik, Piala Liga, serta Liga Champions di musim yang sama adalah; Glasgow Celtic (1967) yang pertama,  Ajax (1972), PSV Eindhoven (1988), Manchester United (1999), Inter Milan (2010) dan Bayern Munich (2013).

Barcelona sendiri telah berhasil meraih treble winner di tahun 2009 saat masih diasuh Pep Guardiola. Kesebelasan Barcelona saat ini pun masih banyak dihuni pemain peninggalan Guardiola yang menjuarain treble.

"Kami masih tim muda. Masih ada beberapa pemain dari era Guardiola. Ini bisa berubah menjadi musim bersejarah bagi kami,” kata Luis Enrique.

Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, dan pelatih Barcelona, Luis Enrique, telah menjalankan debut musimnya yang fantastis dengan memenangkan gelar Liga dan Piala domestik dimasing-masing negaranya. Kini keduanya selangkah lagi akan mengukir sejarah.

Untuk Juventus, final kali ini akan menjadi final kedelapan, dan mereka akan semakin menjadi pesakitan di final Eropa andai kembali gagal memenangi Liga Chmapions. Pasalnya, Juventus sejauh ini telah lima kali gagal di Final Champions. Jika mereka berhasil di final kali ini, Juventus akan menjadi kesebelasan kedelapan yang berhasil meraih treble.

Juventus tentu saja tidak akan mudah untuk menggapai raihan treble winner. Mereka harus mampu menumpulkan trio penyerang Barcelona yang diisi Luiz Suarez, Lionel Messi, dan Neymar. Trio dari Amerika Latin ini sudah mengemas 120 gol diseluruh kompetisi. Catatan tersebut teramatlah jomplang dengan Juventus yang hanya mencetak 103 gol dari seluruh pemain yang ada di Juventus dalam seluruh kompetisi.

Dan absennya Giorgio Chiellini akibat cedera betis pun membuat perjalanan Juventus meraih sejarah baru semakin terlihat berat. Pasalnya Chiellini sendiri satu-satunya pemain yang mempunyai rataan intercept 2,7 per game dan duel udara 2,9 per game yang terbaik di antara seluruh pemain yang akan berlaga di final nanti. Catatan tersebut membuktikan betapa krusialnya lini belakang Juventus dengan absennya Chiellini. Tentu akan membuat trio penyerang Barcelona sedikit mendapatkan keuntungan.

Juventus Bukan Kesebelasan Italia Biasa

Meski terlihat berat, Juventus tentu saja tidak hanya berpasrah diri. Mereka terbang ke Berlin dengan satu ambisi dan semangat penuh. Yaitu meraih treble winner dan ingin berdiri sejajar dengan tujuh kesebelasan yang telah meraihnya. Maka, akan menjadi omong kosong jika Juventus tetap mengangap dirinya sebagai underdog di pertandingan nanti.

"Ini adalah pertandingan untuk hidup kita," kata Gianluigi Buffon, yang menjadi satu-satunya pemain yang tersisi di Juventus sejak final 2003. Buffon pun pasti masih ingat betul bagaimana rasa sakitnya ketika kalah di final Liga Champions melawan AC Milan tahun 2003.

Di usianya yang telah memasuki 37 tahun, mungkin saja ini akan menjadi final Champions terakhirnya dan tentu ia akan sangat berambisi untuk memenangkannya. Teriakan-teriakannya di bawah mistar gawang akan menjadi suatu energi tersendiri bagai pemain belakang untuk tetap disiplin. Seluruh emosi pemain akan keluar melalui teriakan-teriakannya.

"Kami memang bukan favorit, tapi kami tak ingin menyesali apapun setelahnya. Kami punya sejumlah senjata di dalam gudang kami untuk membuat pertandingan ini menjadi sangat sulit buat Barcelona,” tambah Buffon, yang bersama dengan Pirlo dan Barzagli memenangkan Piala Dunia 2006 di stadion yang sama seperti di laga final nanti

Dengan raihan empat gelar Serie A berturut-turut, tentu anak asuh Allegri akan membawa banyak pengalaman untuk tampil di final. Apa lagi lini tengah Juventus setidaknya sudah bermain bersama selama hampir empat musim. Itu tentu akan menjadi modal penting dari segi kekompakan.

"Mereka klub Italia yang kompetitif. Selalu sulit untuk dihadapi karena mereka sangat kompetitif dan taktis. Mereka memahami sepakbola dan punya banyak pemain hebat. Mereka bukan tim tradisional Italia. Mereka punya banyak variasi dan mampu membuat setiap lawan kesulitan" kata Mascherano, seperti dilansir laman resmi UEFA.

Ya, tidak ada yang salah dengan pernyataan Mascherano. Juventus memang mempunyai empat pemain yang telah merasakan mengangkat trofi Champions dengan kesebelasan lain. Keempat pemain tersebut, yaitu  Andrea Pirlo dengan Milan tahun 2003 dan 2007; Patrice Evra dan Carlos Tevez dengan Manchester United tahun 2008 dan Alvaro Morata dengan Real Madrid tahun lalu, akan menjadi tambahan masukan untuk pemain Juventus lainnya dalam menjalani laga final.

Komentar