Perempuan Besi di Balik Kesuksesan Chelsea

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Perempuan Besi di Balik Kesuksesan Chelsea

Ada pemilik Southampton Katharina Liebherr, ada vice-chairman West Ham United Karren Brady, dan ada dokter kesebelasan utama Chelsea Eva Carneiro. Kemudian ada Marina Granovskaia sang Perempuan Besi.

Nama Marina Granovskaia mungkin asing bahkan bagi para pendukung Chelsea sendiri. Namun peran pentingnya tidak kalah besar dalam kesuksesan Chelsea menjadi juara Premier League 2014/15 secara khusus dan menjaga keteraturan di tubuh Chelsea secara umum.

Di situs resmi Chelsea, job title Granovskaia adalah direktur. Namun panggilan The Telegraph untuknya rasanya mampu menjelaskan Granovskaia dengan lebih baik: The Iron Lady. Sang Perempuan Besi.

Granovskaia lahir di Rusia namun memiliki kewarganegaraan ganda Rusia dan Kanada. Menurut informasi dari situs resmi Chelsea, Granovskaia lulus cum laude dari Universitas Negeri Moskwa pada 1997 dan langsung bekerja di perusahaan yang dahulu dimiliki Roman Abramovich, Sibfnet.

“Ia pindah dari ibu kota Rusia ke London tidak lama setelah akuisisi Chelsea Football Club pada 2003,” lanjut keterangan yang sama. “Dan sejak 2010 ia bertugas sbagai perwakilan pemilik di dalam kesebelasan dan membantu dewan direksi. Ia bergabung dengan dewan Chelsea FC plc dan Football Club Board pada Juni 2013.”

Kerja sama yang sudah terjalin sejak lama membuat Granovskaia menjadi tangan kanan Abramovich di Chelsea menggantikan Eugene Tenembaum. Komunikasi dari Abramovich ke pihak lain termasuk staf manajemen Chelsea harus melewati Granovskaia, begitu pula sebaliknya.

Salah satu eks manajer Chelsea yang tidak disebutkan namanya menyebut Granovskaia sebagai bagian paling penting dari “The Gang”; kelompok penasihat terdekat pilihan Abramovich yang berisi Bobby Campbell (eks manajer Chelsea 1988-1991), pemandu bakat Piet de Visser, dan agen pemain Vlado Lemic. Granovskaia jauh lebih penting dari ketiganya.

Pada dasarnya, Granovskaia adalah sosok kepercayaan Abramovich. Dan salah satu tugasnya adalah menjalin hubungan dengan pihak-pihak terkait untuk kelancaran negosiasi transfer, yang juga ia kerjakan sendiri. Itu sebagian kecil saja.

Proses terjadinya transfer di Chelsea kurang lebih seperti ini: jika Jose Mourinho sang manajer dan Michael Emeraldo (technical director) menemukan titik lemah di tubuh kesebelasan utama Chelsea, keduanya akan berdiskusi untuk menentukan daftar berisi pemain untuk memperkuat Chelsea. Bukan pemain potensial masa depan, namun pemain matang yang siap pakai. Keduanya kemudian akan menyerahkan daftar tersebut kepada Roman Abramovich lewat Granovskaia. Setelah melihat daftar tersebut, Abramovich menentukan pemain mana yang harus didekati. Dan berangkatlah Granovskaia melakukan negosiasi.

Dominic Filfield dari The Guardian menyebut Granovskaia sebagai “sosok yang pengaruhnya di Stamford Bridge semakin (hari semakin) besar” dan pada dasarnya, adalah Granovskaia yang bertanggung jawab atas semua negosiasi kontak dalam proses keluar masuk pemain serta negosiasi (dan negosiasi ulang) kontrak pemain dan pihak manajemen.

Nyaris semua kesepakatan dengan kesebelasan saingan dan agen pemain dapat tercapai berkat Granovskaia. Termasuk di antaranya adalah keberhasilan Chelsea membawa pulang Mourinho tanpa harus membayar sepeser pun kompensasi kepada Real Madrid.

Kontrak Mourinho di Madrid sebenarnya baru berakhir pada 2016 sehingga jika Chelsea memang berniat memboyong sang manajer sebelum kontraknya berakhir, ada kompensasi yang harus mereka bayarkan kepada Madrid. Pada 20 Mei 2013 Mourinho bertemu dengan Florentino Pérez, presiden Real Madrid, untuk secara baik-baik menyudahi masa baktinya di Madrid. Pada 3 Juni di tahun yang sama, Mourinho resmi menjadi manajer Chelsea untuk kali kedua.

Benar memang tidak adanya penolakan dari Pérez dipengaruhi oleh kekalahan dari Atlético Madrid di final Copa del Rey tiga hari sebelumnya. Namun bukan tidak mungkin keputusan Mourinho untuk meninggalkan Madrid sebelum kontraknya berakhir besar dipengaruhi oleh komunikasi informal yang terjalin antara Chelsea dan dirinya lewat Granovskaia, beberapa bulan sebelum Mourinho berbicara dengan Pérez. Mourinho pun kembali ke Chelsea dan pihak kesebelasan tidak mengeluarkan uang sepeser pun kecuali untuk membiayai perjalanan Granovskaia.

Pada akhir musim 2014/15, perjalanan Granovskaia ke Spanyol dua tahun sebelumnya membuahkan hasil berupa gelar juara Premier League. Mengingat tugas besar Granovskaia adalah menambah dan menjaga aset Chelsea, bolehlah dikatakan bahwa ia telah melakukan pekerjaan yang baik. Dan masih akan begitu dalam beberapa tahun kedepan, tampaknya; bagaimanapun caranya.

Komentar