Selamat Tinggal, Jeda Internasional!

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Selamat Tinggal, Jeda Internasional!

Bagi kita, pecinta sepakbola, jeda internasional adalah waktu yang paling membosankan. Saat jeda internasional, tak ada pertandingan dari klub-klub top Eropa karena para pemain terbaik klub sedang membela negaranya masing-masing.

Ya, pertandingan tim nasional, selain tim nasional Indonesia, memang tak cukup menarik perhatian kita. Jika bukan kompetisi bergengsi seperti Piala Dunia dan Piala Eropa, menonton sepakbola tak lagi menjadi rencana kegiatan di akhir pekan.

Selain alasan di atas, alasan lain pertandingan internasional tak menarik adalah pertandingan yang ditampilkan seringkali kurang greget. Karena yang sering kita saksikan adalah pertandingan tim besar melawan tim kecil. Misalnya saja Italia vs Albania dan Jerman vs Gibraltar seperti yang terjadi pada Rabu lalu. Sangatlah membosankan melihat Italia dan Jerman yang terus-terusan menggempur pertahanan lawan tanpa perlawanan berarti.

Adapun jika dua tim besar bertemu, biasanya hanya terjadi pada laga persahabatan. Seperti labelnya, persahabatan, sudah barang tentu pertandingan ini tak akan dijalani dengan terlalu serius. Hasil akhir bukan lagi menjadi tujuan utama karena biasanya sang pelatih hanya ingin mengetahui sejauh mana timnya bisa menerapkan strategi di lapangan atau untuk mengetahui kemampuan pemain baru yang dipanggilnya. Puncaknya, pergantian yang mencapai enam hingga tujuh pemain sering terjadi, di mana ini mengakibatkan pertandingan lebih sering terhenti.

Jarang adanya rivalitas pun membuat pertandingan internasional menjadi kurang bergengsi. Memang, ada saja negara-negara yang memiliki rivalitas yang cukup panas. Bahkan jika sekalinya terjadi, suasana lebih mencekam akan terjadi pada pertandingan tersebut karena melibatkan perselisihan dua negara.

Jeda internasional pun sebenarnya tak hanya dibenci oleh kita. Karena pada kenyataannya, jeda internasional pun tak begitu disukai oleh klub-klub Eropa, khususnya yang memiliki banyak pemain berlabel timnas. Mereka tak ingin karena pertandingan internasional, pemainnya pulang dengan kabar buruk, yaitu harus menepi beberapa pekan karena mengalami cedera.

Memang, FIFA akan mengganti biaya pengobatan cedera pemain tersebut.  Tapi tetap saja, klub –lah yang menggaji sang pemain. Tentunya hal ini sangat merugikan pihak klub: pemain tetap digaji mahal, tapi tak bermain bagi tim.

Tak cedera pun bisa jadi merugikan bagi pihak klub. Karena sang pemain bisa saja mengalami kelelahan, baik dampak dari pertandingan maupun dari perjalanan lintas negara mereka yang tentunya memakan waktu yang tak sebentar. Hal ini bisa mengakibatkan sang pemain tak bisa menampilkan permainan terbaiknya ketika harus kembali membela klub beberapa hari berselang.

Namun, untungnya dampak negatif jeda internasional ini akan cukup lama kita jumpai kembali. Karena jeda internasional beberapa hari yang lalu, merupakan jeda internasional terakhir pada tahun 2014. Jeda internasional berikutnya akan terjadi pada akhir Maret tahun depan atau sekitar empat bulan mendatang.

Setiap tahun, jeda internasional biasanya terjadi lima kali. Selain terjadi pada akhir Maret, jeda internasional terjadi pada pertengahan Juni, awal September, pertengahan Oktober, dan pertengahan November.

Tapi jangan dulu pikirkan bagaimana jeda internasional yang akan terjadi pada tahun mendatang. Karena lebih baik, kita sambut kembali pertandingan liga-liga Eropa yang kembali dilanjutkan akhir pekan ini.

Akhir pekan yang tentunya akan dinantikan bagi mereka yang tak memiliki kegiatan di akhir pekan. Terlebih akhir pekan ini, gelaran Piala AFF 2014 di mana timnas Indonesia akan bertarung, menjadi pertandingan lain yang tentu saja sangat kita tunggu-tunggu.

Ya, sampai jumpa lagi jeda internasional! Selamat datang kembali, liga Eropa! Selamat berjuang Indonesia!

Komentar