Ronaldinho, Rivalitas Messi-Ronaldo, dan Siapa Pesepakbola Terbaik Dunia

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Ronaldinho, Rivalitas Messi-Ronaldo, dan Siapa Pesepakbola Terbaik Dunia

Menjelang laga El Clasico kedua pada musim 2014-2015, semua perhatian tertuju pada dua sosok: Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Pertemuan Barcelona dan Real Madrid pada Senin, 23 Maret 2015, pun seakan menjadi pertemuan akbar rivalitas dua raksasa Spanyol yang dibumbui bintangnya masing-masing untuk menunjukkan siapa pemain terbaik dunia sepanjang sejarah.

Mengenai siapa yang terbaik di antara Messi dan Ronaldo, sepertinya tak akan ada habisnya. Saya sendiri setuju dengan apa yang pernah dikatakan legenda Belanda, Johan Cruyff, ketika ditanyai siapa pesepakbola terbaik dunia pada 2012, "pesepakbola terbaik dunia tak pernah ada".

Cruyff menjelaskan, tipikal pemain yang berbeda-beda membuat setiap pesepakbola tak bisa disamaratakan. Mengacu pada yang diungkapkan pemain yang pernah membela Barcelona ini, alasan tak perlu mencari pemain terbaik dunia karena setiap pemain memiliki kemampuan spesialnya masing-masing.

Misal, pada posisi tengah saja, identitas seorang gelandang berbeda satu sama lainnya. Sebutlah Andrea Pirlo yang memiliki akurasi operan yang lebih hebat dari Cristiano Ronaldo. Tapi akan banyak yang menyebut Ronaldo lebih baik dari Pirlo karena torehan gol Pirlo tak sebanyak Ronaldo.

Dalam salah satu volume The Blizzard disebutkan, karena inilah Cruyff tak pernah memilih sebuah nama yang menurutnya merupakan pesepakbola terbaik dunia, bahkan untuk menyebut pemain legenda macam Diego Maradona, Franz Beckenbauer, Alfredo Di Stefano, dan Pele sekalipun. Dalam wawancara ESPNFC, ia pun lebih menyebut Xavi Hernandez lebih baik ketimbang Messi karena memiliki visi bermain yang luar biasa.

"Ada pemain hebat seperti yang diperlihatkan Messi. Tapi jika anda melihat apa yang ditunjukkan Xavi, yang mampu mengontrol dan memegang kendali permainan, ia pun merupakan pemain yang hebat. Tapi Xavi jelas berbeda dengan Messi," Cruyff menjelaskan.

Seperti kata Cruyff, pesepakbola memang memiliki gaya bermain berbeda-beda. Masuk akal. Jika ditanya soal siapa yang terbaik, sebenarnya jawaban yang akan muncul bisa saja bersifat subyektif. Karena tidak menyukai pemain A, maka pemain B akan disebut lebih baik, begitupun sebaliknya.

Messi dan Ronaldo saat ini bisa dibilang merupakan sebuah fenomena masa kini. Ya, sepakbola sendiri memang memiliki eranya masing-masing. Karena sebelum Messi dan Ronaldo seperti sekarang ini, sejumlah pemain yang dilabeli pemain terbaik pun telah ada.

Sebelum Messi misalnya. Ketika Messi masih menjadi pemuda yang belum terlalu bergelimang pujian, ada pemain lain yang lebih ‘dewa’. Ketika ia mengolah si kulit bundar di atas lapangan, semua mata seolah terbius akan kehebatannya.

Pemain ini adalah Ronaldo de Assis Moreira atau yang akrab disapa Ronaldinho Gaucho. Pemain kelahiran 21 Maret 1980 ini pun pernah disebut-sebut sebagai pemain terbaik dunia. Jika anda masih mengingat seperti apa permainan Ronaldinho dan sejumlah trofi yang pernah ia menangkan selama karirnya, maka siapakah yang lebih baik, Messi atau Ronaldinho?

Baca juga artikel lain tentang El Clasico:

Mempersoalkan Anggapan Banyak Orang Tentang El Clasico

Barcelona: Kesebelasan Borjuis yang Selalu Merasa Terdzalimi

Mana yang Lebih Baik, La Fabrica atau La Masia?


Seberapa Hebat Ronaldinho?

Sebelum menjawab siapa yang lebih baik di antara Messi dan Ronaldinho, mari kita kembali segarkan pikiran kita dengan prestasi-prestasi yang pernah Ronaldinho torehkan selama karirnya.

Dengan kemampuan dribbling, akurasi operan, teknik dan trik mengolah bola, tendangan salto, dan masih banyak lagi kemampuan yang dimilikinya, Ronaldinho tercatat berhasil meraih 18 trofi sepanjang karirnya (masih bisa bertambah).

Ronaldinho saat masih berbaju Barcelona. (via: thehardtackle) Ronaldinho saat masih berbaju Barcelona. (via: thehardtackle)


Pada awal karirnya bersama Gremio, Ronaldinho mempersembahkan gelar South Cup dan Campeontao Gaucho (ya, nama Gaucho diambil dari nama daerah selatan Brasil yang disebut Gaucho). Bersama Paris Saint Germain yang saat itu belum semewah saat ini, Piala UEFA Intertoto berhasil diraihnya. Trofi terbanyak ia raih ketika membela Barcelona dengan menyumbang dua trofi La Liga, Super Copa Spanyol, dan satu Liga Champions. AC Milan menambah satu trofi Serie A-nya ketika Ronaldinho menjadi bagian dari skuat merah-hitam tersebut.

Tak hanya untuk level klub, Ronaldinho pun menyumbangkan sejumlah piala untuk timnas Brasil. Masing-masing satu trofi untuk Copa America, Piala Dunia, dan Piala Konfederasi pernah diraihnya. Trofi pun pernah ia raih ketika masih memperkuat timnas Brasil U-17 dan U-23.

Selain trofi-trofi di atas, sejumlah penghargaan infividu pun pernah diraihnya. Dimulai dari mencetak 23 gol dalam satu pertandingan ketika masih berusia 13 tahun, hingga sejumlah penghargaan individu yang terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu saking banyaknya.
Penghargaan individu yang diraih Ronaldinho. (Via: wikipedia) Penghargaan individu yang diraih Ronaldinho. (Via: wikipedia)


Pencapaian-pencapaian yang diraih Ronaldinho ini memang masih kalah jauh dengan Messi. Baik dari jumlah trofi maupun penghargaan individu yang diraih, pencapaian pemain kelahiran 24 Juni 1987 ini jelas lebih banyak dari Ronaldinho. Namun ada satu prestasi Ronaldinho yang belum bisa diraih Messi hingga saat ini.

Sebagaimana yang kita ketahui, rivalitas Barcelona dan Real Madrid merupakan salah satu yang terlama dan paling menarik perhatian dunia. Aroma kebencian antar pendukung keduanya pun semakin memanaskan setiap pertemuan dua kesebelasan terbaik Spanyol ini.

Tapi yang terjadi pada 19 November 2005 di Santiago Bernabeu merupakan sesuatu yang langka terjadi. Pada pertengahan babak kedua di mana skor 0-2 untuk sang tamu, Ronaldinho menerima bola di sisi kanan pertahanan Real Madrid. Lalu dengan kecepatan dan kemampuan dribbling-nya, ia mampu mengecoh bek Madrid, Sergio Ramos. Pada akhir aksinya, ia menempatkan bola pada sudut gawang yang membuat Iker Casillas yang menjaga gawang Madrid tak berdaya.

Kemasukkan untuk ketiga kalinya di laga sepenting El Clasico, ditambah lagi Barcelona saat itu unggul satu poin atas Madrid di klasemen La Liga, membuat kapten Madrid tersebut berdecak pinggang sambil geleng-geleng kepala seakan tak percaya.

Ronaldinho dengan gembira merayakan golnya tersebut dengan rekan-rekannya: Rafael Marquez, Andres Iniesta,Samuel EtoÂ’o, Deco Souza, dan Messi yang masih berusia 18 tahun. Saat mereka berpelukan merayakan gol tersebut, satu per satu para pendukung Madrid yang memenuhi Stadion Bernabeu berdiri dan memberikan tepuk tangan penghormatan atas aksi Ronaldinho yang mencetak dua gol pada malam itu.





Sebelum Ronaldinho, hanya ada satu pemain Barcelona yang mendapatkan perlakuan sama dari pendukung Real Madrid di Bernabeu. Dan pemain itu adalah legenda asal Argentina, Diego Armando Maradona, pada laga El Clasico 1983.

Rasanya tak ada yang lebih membuat bergidik ketika sekelompok pendukung memberikan penghormatan pada pemain lawan. Terlebih ini terjadi pada laga sekelas El Clasico, pertempuran dua kesebelasan yang mempertaruhkan penghormatan.

Secara jumlah trofi, Ronaldinho kalah banyak dari Messi. Meraih Ballon dÂ’Or pun Ronaldinho baru dua kali (ralat: satu kali), di mana Messi telah meraih empat kali. Tapi inilah yang membuat Ronaldinho lebih baik dari Messi. Ronaldinho dianggap lebih sejajar dengan Maradona, padahal Messi disebut-sebut memiliki kemampuan setara dengan Maradona.

Sepakbola tak hanya soal prestasi, tapi juga soal respek. Dan Ronaldinho mendapatkan respek luar biasa dari pendukung Real Madrid, seteru abadi Barcelona, yang menerima secara sportif kekalahan tim yang didukungnya dan memberikan apresiasi pada pemain terhebat malam itu.

Lantas, apakah Ronaldinho merupakan pesepakbola terbaik dunia? Tidak juga. Toh pada akhirnya karir Ronaldinho meredup setelah terakhir kali bermain gemilang bersama AC Milan. Sempat membela dua kesebelasan Brasil, kini pemain yang pada hari ini tepat berusia 35 tahun itu mengasingkan diri di Liga Meksiko dengan membela Queretaro.

Pada akhirnya, apa yang dikatakan Cruyff memang benar adanya: pesepakbola terbaik dunia tak pernah ada.

foto: bbc.com

Komentar