Francis Coquelin: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Francis Coquelin: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Oleh Rofied Maindra


Arsenal kembali mengukir sukses ketika, pada musim 2014/15, mereka berhasil membawa Piala FA pulang ke Emirates Stadium untuk kali kedua dalam dua musim terakhir. Bersama pemain-pemain kelas atas seperti Aaron Ramsey, Mesut Ozil, dan Alexis Sanchez, Arsenal merespons sembilan tahun puasa gelar dengan dua trofi Piala FA. Di Premier League sendiri Arsenal juga berhasil menunjukkan “kemajuan”, finish di peringkat ketiga setelah beberapa tahun belakangan The Red and White Army hanya dapat menduduki peringkat keempat.

Pencapaian ini tentunya merupakan hasil kerja keras semua pemain dan Arsene Wenger. Namun, selain Alexis dan nama-nama yang disebutkan di atas ada pula satu nama yang menjadi kunci kesuksesan Arsenal musim ini namun tidak banyak mendapat perhatian khalayak. Pemain yang dimaksud adalah Francis Coquelin.

Coquelin lahir di Laval, Perancis, 24 tahun lalu. Karirnya bersama Arsenal dimulai ketika Gilles Grimandi, pemandu bakat Arsenal, menemukannya. Saat itu Coquelin masih bermain untuk kesebelasan lokal kotanya. Setelah sukses menjalani trial, pada 2008 Coquelin mendapat tawaran kontrak dan jadilah ia pemain Arsenal. Di tahun itu juga Coquelin menjalani debutnya ketika bermain membela Arsenal di Piala Carling. Di pertandingan kompetitif pertamanya untuk Arsenal, Coquelin menggantikan Fran Merida dan bermain di posisi bek kanan.

Coquelin menemui kesulitan untuk bermain secara reguler di Arsenal, sehingga musim-musim berikutnya ia habiskan sebagai pemain reserve. Di tingkat ini Coquelin menjadi pemain utama dan selalu bermain. Wenger kemudian memberi Coquelin kesempatan bermain dalam beberapa pertandingan Piala Carling (sekarang Capital One Cup) dan Piala FA. Namun karena Coquelin dimainkan sebagai bek kanan, bukan gelandang (Coquelin lebih suka bermain sebagai gelandang), ia tampil mengecewakan. Musim 2010/11, Coquelin dipinjamkan ke FC Lorient yang saat itu merupakan salah satu feeder club Arsenal.

Setelah menghabiskan satu musim penuh bersama Lorient, Coquelin pulang ke Arsenal dan menjalani debutnya di Premier League pada pekan ketiga musim 2011/12, melawan Manchester United di Old Trafford. Coquelin mengalami mimpi buruk yang tidak diinginkan pemain sepakbola mana pun. Arsenal kalah memalukan 2-8 waktu itu. Di tangan kesebelasan saingan, pula. Semenjak saat itu Coquelin malang melintang sebagai pemain pinjaman di SC Freiburg dan Charlton Athletic.

Karir Coquelin berubah di pertengahan musim 2014/15. Arsenal memanggil pulang Coquelin yang saat itu sedang dipinjamkan ke Charlton untuk mengisi pos gelandang bertahan. Mikel Arteta, Mathieu Flamini, dan Aaron Ramsey yang dapat mengisi pos tersebut saat itu secara bersamaan menderita cedera. Coquelin pun kembali bermain untuk kesebelasan utama setelah hampir dua tahun membela kesebelasan lain sebagai pemain pinjaman.

Coquelin tidak membuang peluang yang ia dapatkan. Ia terus bermain gemilang. Puncak permaianannya ia capai ketika melawan Manchester City; Arsenal menang 2-0 di pertandingan tersebut. Saat itu Coquelin mencuri perhatian ketika berhasil menguasai lapangan tengah dan mencatatkan persentase keberhasilan tackle sempurna. Penampilannya membuat pemain-pemain sekelas David Silva, Frank Lampard, dan James Milner frustrasi.

Penampilannya malam itu membuat Coquelin terus menjadi pilihan utama Wenger di posisi gelandang bertahan. Wenger sendiri langsung menilai Coquelin sebagai solusi jangka panjang untuk Arsenal yang dalam beberapa musim kebelakang kehilangan sosok gelandang destroyer seperti Coquelin.

Wenger tidak berlebihan ketika menilai Coquelin sebagai solusi jangka panjang. Pasalnya performa Coquelin terbukti mampu mengangkat posisi Arsenal di tabel klasemen Premier League. Di pertengahan pertama Arsenal terseok-seok karena cedera Arteta dan penampilan angin-anginan Flamini.

Sebelum Coquelin pulang dan kembali bergabung dengan Arsenal pada matchday 16, Arsenal berkutat di papan tengah. Para gooners sudah pesimis Arsenal tidak mampu mengakhiri musim di habitatnya, zona Champions League. Untunglah Wenger tetap memperhatikan anak-anaknya di perantauan, sehingga Coquelin tidak lolos dari radar. Padahal sebelumnya banyak pendukung Arsenal yang meragukan keputusan Wenger untuk kembali memberi kesempatan kepada Coquelin, yang terlibat dalam tragedi kekalahan 2-8.

Namun Coquelin mampu membuktikan bahwa mereka salah. Penampilannya membuat gooners mencintainya. Arsenal sendiri perlahan tapi pasti merangkak naik di tabel klasemen sementara sehingga sempat menduduki peringkat kedua.

Peran Coquelin untuk Arsenal sangatlah vital karena ia mampu menyeimbangkan lapangan tengah Arsenal yang berisi gelandang-gelandang yang senang menyerang seperti Ramsey, Santi Cazorla, Ozil, Alexis, maupun Jack Wilshere. Sebagai tameng pertama barisan pertahanan, Coquelin banyak melakukan intercept dan block yang krusial. Ia pantas dibandingkan dengan Michael Carrick dan Nemanja Matic (gelandang Chelsea ini akhirnya masuk ke line-up kesebelasan terbaik EPL 2015/15).

Jika menilik statistik, Coquelin tidak berada jauh di bawah Matic yang merupakan salah satu gelandangn terbaik di Premier League 2014/15. Sebagai gelandang bertahan Coquelin memang tidak kreatif – terlihat dari chance created dan key passes-nya yang lebih sedikit dari Matic – namun ia merupakan gelandang destroyer yang siap menghancurkan serangan lawan.

Hal tersebut dibuktikan dengan catatan tackle dan interception-nya yang membuat dirinya – dalam hal average tackle dan interception per game – lebih baik dari dua gelandang berpengalaman di atas. Tubuhnya yang tidak terlalu besar juga bukan penghambat dalam duel-duel udara. Menurut Squawka, Coquelin memenangi 64% duel udaranya. Jadi masuk akal jika Wenger mempercayai Coquelin sebagai palang pintu pertahanan.

Penampilan apik Coquelin pun mengundang banyak pujian. Salah satunya datang dari legenda Arsenal, Thierry Henry. King Henry bahkan sampai memberi julukan Police Officer untuk Coquelin. Saat ditanya mengapa ia memberi julukan seperti itu, Henry menjawab: “aku menyebut Coquelin Police Officer karena ketika ada yang melanggar lampu merah, ia menghentikannya.” Coquelin tertawa mendapat julukan tersebut, dan kepada media ia mengaku senang dengan nama yang diberikan King Henry.

Musim 2014/15 berakhir manis untuk Coquelin. Arsenal menjadi juara back-to-back Piala FA dan mengakhiri musim di peringkat ketiga di Premier League. Coquelin sendiri semakin dikenal oleh gooners di seluruh dunia, hingga ia masuk ke dalam nominasi Arsenal’s Player of the Season bersama Alexis, Ozil, Laurent Koscielny, dan Cazorla. Musim yang hebat untuk seorang pemain yang sebelumnya terbuang.

Musim depan menjadi tantangan tersendiri bagi Coquelin. Mampukah ia benar-benar menjadi solusi jangka panjang seperti yang didambakan Wenger? Ataukah ia hanya one season sensation seperti kebanyakan pemain muda?

Your call, police officer...


Penulis adalah seorang pegawai swasta yang berdomisili di Jakarta Utara. Dapat dihubungi lewat akun Twitter @rofied_m.

Komentar