Jared Leto dan Pep Guardiola yang Dibayang-bayangi Pendahulunya

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Jared Leto dan Pep Guardiola yang Dibayang-bayangi Pendahulunya

Ditulis oleh Ageng Budi Daya

Menyadur omongan seorang penulis, beberapa orang ada karena dia menjadi bayang-bayang dari seseorang yang lain.

Bulan Juli lalu, DC Comics secara resmi meluncurkan trailer Suicide Squad di Youtube. Menariknya, banyak dari para penggemar film yang tak sabar dan dibuat penasaran akan sosok Joker versi baru yang diperankan oleh Jared leto.

Inilah pertama kalinya ada seorang aktor yang berani mengambil alih peran yang sebelumnya diperankan secara luar biasa oleh mendiang Heath Ledger. Dengan akting yang begitu memukau, Ledger pun berhasil menggondol Piala Oscar 2008 pada katagori Best Supporting Actor dalam film Batman: The Dark Knight. Jared Leto dengan sangat berani mengambil alih peran tersebut. Sebuah perjudian yang bisa saja mencoreng namanya sebagai salah satu aktor penerima Piala Oscar pada tahun 2013 lalu, lewat perannya dalam Dallas Buyers Club.

Sementara jauh di Eropa sana, Jupp Heynckes secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pelatih Bayern Munchen usai mengantarkan tim Jerman tersebut meraih treble winner pada tahun 2013. Sebuah keputusan yang normal, mengingat usianya yang telah memasuki usia setengah abad dan keberhasilannya dalam mencapai puncak karier sebagai pelatih.

Penggantinya, seorang Spanyol yang juga memiliki riwayat trofi mentereng dalam diri Pep Guardiola. Bernasib seperti Jared Leto, Pep seakan berjudi ketika memutuskan menerima pinangan Bayern Munchen. Waktu itu, CV-nya yang tak main-main dipertaruhkan kala diwarisi skuat penuh juara dalam diri Robben dkk. Jika gagal mempertahankan status sebagai juara Eropa, namanya akan sedikit tercoreng sebagai salah satu pelatih gagal di Bayern Munchen. Namun jika sukses, Pep akan semakin diperhitungkan sebagai salah satu pelatih terbaik usai pernah mengantarkan Barcelona menyabet 14 trofi dalam kurun waktu empat tahun, yang menjadikannya sebagai pelatih Barcelona terbaik sepanjang masa.

Berbicara tentang  Jared Leto dan Pep Guardiola, kita akan menemukan persamaan pada keberanian, tantangan dan perjudian yang mereka ambil. Dalam pekerjaan sebelumnya, mereka bak raja dengan gelar dan penghargaan yang hebat, namun seakan ingin membuktikan kejeniusannya di tempat lain, tempat yang secara sejarah telah memiliki rajanya sendiri, Heath Ledger dan Jupp Heynckes.

Pep Guardiola menandatangani kontrak di Munchen pada tahun 2013 dengan durasi tiga tahun. Dua tahun telah dilewati Pep di Munchen dengan persembahan dua trofi Bundesliga, serta masing-masing satu trofi DFB Pokal, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antar Klub. Sejatinya, gelar yang dapat Pep raih, bagi para penggemar tidak lah istimewa, mengingat bahwa gelar-gelar  itu layaknya sebuah tradisi dalam diri Munchen. Harapan para fans tentunya agar tim kesayangannya dapat merengkuh gelar Liga Champions Eropa seperti yang sebelumnya mereka raih bersama  Jupp Heynckes. Jika hanya trofi domestik yang dapat dipersembahkan, tampaknya tak perlu seorang pelatih dengan CV mentereng seperti Pep, bukan?

Memang tak pernah mudah meneruskan kesuksesan dari pendahulu. Karena mempertahankan akan lebih sulit dibanding meraih. Dalam kasus sepakbola, banyak cerita yang menggambarkan kegagalan seorang pelatih ketika meneruskan kesuksesan pendahulunya. Sebut saja Rafael Benitez ketika meneruskan pekerjaan Jose Mourinho di tim peraih treble Inter Milan, David Moyes di Manchester United, atau bahkan Marcello Lippi yang mencoba meneruskan kesuksesannya sendiri kala menangani skuat Italia mengarungi Piala Dunia 2010 yang gagal total, padahal pada 2006 dia berhasil mencengangkan dunia dengan membawa negaranya meraih juara dunia di Jerman.

Simak tulisan tentang tiga blunder Pep Guardiola

Apa yang dibutuhkan Gotze dari Pep Guardiola?


Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan maupun kesuksesan seorang pelatih saat mewarisi tradisi juara dari klub yang mereka raih. Contohnya kegagalan Benitez di Inter Milan disebabkan oleh terlambatnya klub dalam meregenerasi skuat yang mereka punya. Para juara yang saat itu sudah memasuki usaha tua, mereka jual dan digantikan oleh pemain muda yang mental dan kemampuannya tak sebanding. Atau yang paling sial adalah Marcello Lippi yang secara skuat tak banyak berubah, namun diganggu masalah cedera dari pemain andalannya Andrea Pirlo.

Dari faktor di atas, seharusnya Pep tak perlu khawatir mengingat dukungan luar biasa yang klub berikan padanya dari sisi finansial untuk membeli pemain-pemain jempolan dalam diri  Arturo Vidal dan Douglas Costa. Masalah cedera pemain pun, nampaknya masih belum menghampiri anak-anak Allianz Arena.

Musim ini, adalah musim pembuktian dalam diri Pep Guardiola mengingat kontraknya yang habis pada tahun 2016 mendatang. Sorotan tajam dari fans membuat tuntutan pada Pep semakin kencang. Dijualnya Bastian Schweinsteiger ke Manchester United dan ketidakmampuan Pep mengeluarkan kemampuan terbaik pahlawan Jerman di Piala Dunia 2014, membikin strategi dan kebijakan Pep patut dipertanyakan. Jika tidak dapat mempersembahkan trofi Liga Champions, kemungkinan Pep akan angkat kaki dan mencari peruntungan di tempat lainnya.

Jika waktunya tiba dan Pep berhasil membuktikan kualitasnya dengan mengantarkan Bayern menjadi juara Liga Champions musim depan, Pep akan menemani Bob Paisley serta Carlo Ancelotti sebagai pelatih tersukses di Liga Champions dengan raihan tiga gelar juara. Menarik untuk dinanti apa yang bisa Pep Guardiola dan Jared Leto buktikan di tahun 2016. Mencoreng namanya, atau malah menebalkan status jenius dalam karir mereka masing-masing.

Penulis dapat dihubungi lewat akun Twitter @agengbd

Komentar