Ancaman Kanker dari Lapangan Rumput Sintetis

Sains

by Redaksi 47

Redaksi 47

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ancaman Kanker dari Lapangan Rumput Sintetis

Sebagian besar dari anda tentu tidak asing dengan butiran-butiran kecil berwarna hitam yang banyak ditemui di lapangan futsal beralaskan rumput sintetis. Benda kecil ini biasanya akan menempel di sepatu atau kaki anda setelah selesai bermain di lapangan sintetis. Terkadang bahkan kita juga sedikit bercanda dengan melempar-lempar benda ini ke teman kita.

Apa sebenarnya benda ini? Mengapa benda ini ada di lapangan rumput sintetis?

Karet berwarna hitam ini bernama crumb rubber. Benda ini adalah potongan-potongan dari karet ban bekas yang difungsikan untuk membuat lapangan menjadi lebih empuk dan meredam benturan saat pemain terjatuh. Penggunaan potongan-potongan dari ban bekas ini merupakan salah satu rekomendasi dari Enviromental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, dalam rangka menanggulangi jumlah limbah ban yang terlalu banyak.

Lapangan dengan menggunakan rumput sintetis memang semakin bertumbuh pesat saat ini. Lapangan ini dinilai membutuhkan perawatan yang mudah dan lebih murah ketimbang lapangan dengan rumput asli. Di Amerika sendiri, sudah terdapat lebih dari 11.000 lapangan olahraga yang menggunakan rumput sintetis. Di Indonesia, meski belum ada jumlah yang pasti, namun setidaknya terdapat lebih dari 1000 lapangan futsal yang menggunakan rumput sintetis.

Namun, baru-baru ini, EPA ternyata baru saja menghentikan kampanye penggunaan limbah ban sebagai salah satu material di lapangan rumput sintetis. Pasalnya, muncul kritikan dari masyarakat di beberapa kota di Amerika Serikat, yang menunjukan bahaya dari penggunaan material ini pada area yang kebanyakan digunakan oleh anak-anak ini.

Kritikan-kritikan ini muncul akibat kasus penyakit kanker yang terjadi pada 126 atlet muda yang berada di Amerika Serikat yang terjadi dari tahun 1991 hingga sekarang. Dari 126 ini, terdapat 82 diantaranya yang merupakan seorang penjaga gawang. Yang artinya, 82 orang merupakan atlet yang akan sering menjatuhkan badannya di lapangan rumput sintetis.

Hal ini diutarakan oleh Asisten pelatih sepakbola wanita di University of Washington, Amy Griffin. Dia mengatakan, “Penjaga gawang akan sering bersinggungan dengan material ini selama berlaga.” “Saat berlaga dan berlatih, seorang penjaga gawang akan melompat dan melakukan penyelamatan, mereka akan benar-benar menjatuhkan badannya,” tambah Amy.

Griffin sudah mulai curiga dengan masalah ini sejak tahun 2009. Ketika itu, terdapat dua penjaga gawang yang merupakan anak asuhnya, menderita kanker hodgkins lymphomia pada usia 18 tahun. Salah satunya adalah, Jordan Swarthout, penjaga gawang yang sudah menjalani latihan menjadi kiper sejak berusia 12 tahun. Sejak itu, Jordan berlatih di lapangan rumput sintetis selama 20 jam per minggunya.

Baca juga:

Bukti nyata bahaya penggunaan rumput sintetis

Kisruh penggunaan rumput sintetis di Piala Dunia perempuan 2015

Risiko cedera bermain di lapangan sintetis dan alami 


Namun tidak adanya bukti yang kuat untuk mengarahkan penyebab dua kejadian ini kepada crumb rubber membuatnya tidak melanjutkan kedurigaannya ketika itu. Namun, seiring berjalannya waktu, Amy kembali mendapatkan laporan pemain-pemain lain yang juga menderita penyakit yang sama. Dan yang membuatnya terkejut mayoritas dari laporan tersebut adalah penjaga gawang.

Dari sini, Amy tidak lagi ragu untuk mempertanyakan resiko yang ditimbulkan dari crumb rubber ini. Dia merasa, pasti ada sesuatu yang berbahaya dari butiran-butiran hitam ini.

Dalam laporan yang dibuat EPA sebelum merekomendasikan butiran ini sebagai salah satu material dari lapangan sintetis ini, sudah disebutkan beberapa resiko yang mungkin ditimbulkan dari material ini. Namun tidak ada satupun yang berkaitan dengan resiko penyakit kanker.

Di situ disebutkan terdapat beberapa resiko yang memang ditimbulkan oleh material ini. Salah satunya adalah karena karet ini akan menjadi tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk berkembang biak. Maka dari sini akan beresiko datangnya penyakit dari serangga ini. Selain itu, karet ini juga merupakan benda yang sangat mudah terbakar.

Namun, resiko ini dinilai tidak berbahaya sehingga tetap direkomendasikan. Di sekitar area ini jarang ada pemantik api sehingga resiko kebakaran pun tidak tinggi. Serta orang-orang yang beraktifitas di tempat ini hanya akan berada disana paling lama antara 4-5 jam. Bukan waktu yang berbahaya untuk berada di tempat nyamuk berkembang biak.

Akibat kasus ini, International Agency for Cancer Reasearch, mencari tahu apa saja material yang terkandung di dalam sebuah ban. Dari sini, diketahui bahwa terdapat 4 bahan karsinogenik yang terdpapat di semua jenis ban yang ada, yaitu arsenik, benzene, cadmium, dan nikel. Keempat komponen ini tentu saja juga disebutkan pada laporan yang dibuat EPA pada tahun 1991, namun tidak ada kecurigaan karena dianggap tidak akan terjadi pemaparan yang berlebihan kepada pemain.

Namun ketika anda bermain di lapangan sintetis, pernahkah anda memiliki pengalaman benda ini masuk ke mulut anda. Atau setidaknya menempel di sekitar bibir yang memungkinkan terdapat sedikit dari komponen benda ini yang masuk ke tubuh anda. Mungkin juga anda sering makan atau minum setelah bermain di lapangan sintetis tanpa mencuci tangan anda terlebih dahulu sehingga tentu saja tangan anda masih terkontaminasi oleh zat-zat berbahaya dari karet hitam ini.

Memang belum ada penelitian yang membuktikan bahwa benar penyebab dari kasus penyakit kanker yang menyerang 82 penjaga gawang di Amerika Serikat disebabkan oleh crumb rubber. Namun sudah jelas bahwa di dalam karet ini, terkandung zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker pada tubuh kita.

Karena itu, mungkin tidak ada salah jika mulai sekarang kita melakukan pencegahan yang bisa kita lakukan terhadap resiko ini. Bukan dengan tidak berjatuh jika kita menjadi kiper, bukan juga dengan menjadi anti untuk bermain di lapangan sintetis, tapi setidaknya membiasakan diri untuk membersihkan tangan dan badan sebelum mengkonsumsi sesuatu. Pakaian yang kita gunakan juga sebaiknya segera diganti setelah digunakan dan dicuci untuk menghindari kemungkinan tersebarnya zat berbahaya ke rumah atau kamar kita. Juga sepertinya bercanda dengan melempar-lemparkan benda ini ke teman, sudah menjadi lelucon yang harus kita tinggalkan saat ini. Dari situ, semoga kita tidak menjadi salah satu korban dari resiko yang ditimbulkan dari karet-karet hitam ini.

Sumber: sanfransis chronicle dan NBC news Investigation

Komentar