Jalan Panjang dan Berliku Menuju Stadion

Sains

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Jalan Panjang dan Berliku Menuju Stadion

Sebelumnya kami sempat membahas tentang toilet di stadion sepakbola sebagai salah satu aspek yang diatur oleh Club Licensing Regulations (CLR) yang memiliki standarnya sendiri untuk dianggap memenuhi syarat. Berikut ini kami akan coba membahas topik yang lebih umum tapi tentunya lebih penting dalam sebuah stadion, yaitu akses.

Masih merujuk kepada standar FIFA, “Football stadiums: technical recommendations and requirements”, akses ke stadion dijelaskan sebagai salah satu faktor penting yang berkaitan langsung dengan lokasi, kapasitas, desain, dan dampak lingkungan.

Hal ini mengacu langsung kepada topik pembahasan pra-konstruksi, karena sudah sejatinya semua hal yang disebutkan di atas dipikirkan sebelum sebuah kesebelasan membangun atau menyewa sebuah stadion.

Perjalanan menuju stadion bisa menjadi pengalaman tersendiri untuk para penonton, sehingga seluruh aspek ini menjadi sangat penting dalam menjamin stadion dapat terakses secara maksimal dan tanpa harus mengorbankan lingkungan sekitarnya, misalnya menciptakan kemacetan atau bahkan kecelakaan lalu lintas.

Beberapa kisah stadion dari tanah air:

Presiden dan Sepakbola Indonesia: Membangun Kejayaan Lewat Sebuah Stadion

6 Alasan Kenapa Anda Masih Harus Menonton Sepakbola Indonesia di Stadion

Stadion Utama Riau: AntaraEuforia, Uang, dan Kekuasaan

Di Bawah Lindungan Stadion

Keheningan di Soreang


Lokasi

Fator pertama tentunya adalah lokasi. Stadion sepakbola harus berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh orang banyak yang juga menyediakan ruang yang luas dan aman bagi pengunjung yang datang menggunakan berbagai kendaraan, termasuk berjalan kaki.

Normalnya jalur kedatangan penonton ke stadion harus tersebar dan juga memiliki banyak pilihan. Bayangkan karena penonton dalam jumlah besar akan datang dan pergi dalam waktu yang hampir bersamaan, sekecil apapun stadionnya dan setidakpenting apapun status pertandingannya.

Ketersediaan lahan kosong juga menjadi pertimbangan utama dalam membangun atau menyewa stadion untuk keperluan pengembangan lebih jauh, misalnya perluasan jalan atau tempat parkir.

Banyak stadion terkenal di dunia ini dikembangkan di lokasi dengan jangkauan jalan, bangunan, dan jalur pejalan kaki yang tersebar luas di sekitar stadion.

Lokasi stadion (sumber: Football stadiums: technical recommendations and requirements)
Lokasi stadion (sumber: Football stadiums: technical recommendations and requirements)

Lahan

Dalam standar FIFA, lahan yang lebih besar akan memaksimalkan potensi stadion, bisa dari jalur akses maupun ketersediaan tempat parkir.

Sedangkan stadion yang terletak di kawasan sepi (seperti pedesaan) dan jauh dari kota besar serta transportasi publik, disyaratkan untuk memiliki lahan yang luas dan jalan yang memadai.

Terutama jalan, akses yang banyak (tidak hanya satu pilihan) akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi aliran penonton yang datang dan pergi, yang juga akan langsung berdampak pada kemacetan lalu lintas.

Transportasi

Orientasi stadion (sumber: Football stadiums: technical recommendations and requirements)
Orientasi stadion (sumber: Football stadiums: technical recommendations and requirements)

Pertandingan di stadion akan membuat sibuk bagi sistem transportasi, pemerintah lokal, polisi, dan juga warga sekitar. Elemen infrastruktur yang penting dalam hal ini adalah ketersediaan dan perkembangan sistem transportasi umum yang mudah diakses dan juga efektif.

Selain jalan, halte bus dan stasiun kereta juga menjadi pertimbangan lainnya. Perlu diingat juga mayoritas penonton datang menggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor maupun mobil.

Parkir bagi kendaraan besar seperti bus juga harus tersedia dan terletak tidak terlalu jauh dari pintu utama stadion, apalagi untuk bus kesebelasan.

Idealnya, stadion yang baik adalah stadion yang terletak di tengah kota dengan akses transportasi umum yang beragam (bus, kereta api, angkutan umum, ojeg, jalur sepeda, dll), terdapat jalan besar (jalan dengan 3-4 jalur), dan juga parkir yang luas.

Hal ini menjadi penting karena stadion tidak hanya digunakan untuk acara olahraga saja, tapi juga bisa disewakan untuk acara lain.

Untuk stadion dengan ambisi menjadi stadion internasional (menyelenggarakan Piala Dunia atau Olimpiade) harus memiliki lokasi yang terjangkau dari hotel terdekat, pusat komersial terdekat, dan juga airport.

Gelora Bung Karno, Jakarta

Setelah melihat standar di atas, mari kita langsung terjun melihat tingkat aksesibiltas beberapa stadion di Indonesia. Jika harus memulai, maka kita bisa memulainya dari stadion tim nasional kita, yaitu Gelora Bung Karno yang terletak di Kota Jakarta.

Gelora Bung Karno, Jakarta (sumber: Google Maps)
Gelora Bung Karno, Jakarta (sumber: Google Maps)

Stadion sepakbola terbesar di Indonesia ini dibangun tahun 1960, salah satu yang paling tua. Jika kita melihat gambar di atas, stadion ini memang dirancang di dalam kompleks olahraga yang komprehensif.

Masalah akses memang selalu hadir di Jakarta, tak terkecuali GBK. Kemacetan adalah sahabat penduduk ibu kota.

Namun, jika dilihat dari standar akses FIFA, GBK sangat memenuhi syarat. Banyak jalan besar yang terdapat di sekitar stadion, transportasi umum juga banyak bertebaran, dari mulai bus Kopaja, bus way, sampai ojeg. Bahkan dalam pengembangannya nanti, jalur MRT juga bisa menjangkau GBK.

Statusnya sebagai stadion internasional juga diperkuat dengan ketersediaan hotel dan fasilitas komersial di sekitarnya.

Gelora Bung Tomo, Surabaya

Gelora Bung Tomo, Surabaya (sumber: Google Maps)
Gelora Bung Tomo, Surabaya (sumber: Google Maps)

Stadion Gelora Bung Tomo bisa dibilang terletak di daerah terpencil, jauh dari kota. Sayangnya, akses menuju stadion hanya berupa satu jalan besar yang kemudian masuk ke dalam kompleks stadion.

Meskipun masalah kemacetan tidak selalu hadir, pemerintah perlu mengembangkan jalur akses alternatif melalui pembangunan jalan baru, karena lahan yang tersedia masih cukup luas.

Hal ini perlu dilakukan jika Bung Tomo ingin menjadi salah satu stadion yang berstandar A dari FIFA.

Si Jalak Harupat, Soreang

Ini adalah stadion yang dipakai oleh Persib Bandung dan juga Pelita Bandung Raya. Dibandingkan dengan Stadion Siliwangi misalnya, stadion ini memang lebih besar dan dapat menampung banyak penonton.

Si Jalak Harupat, Soreang  (sumber: Google Maps)
Si Jalak Harupat, Soreang (sumber: Google Maps)

Kemudian juga faktor keamanan menjadi nomor satu ketika Persib atau PBR lebih memilih bermain di Jalak Harupat daripada di Siliwangi yang berada di pusat kota.

Sayangnya akses menuju stadion ini dinilai sangat buruk. Jalan terlalu kecil, hanya bisa dilalui dua mobil, kualitas jalan juga tak terlalu baik, sementara alternatif jalur lain tidak tersedia. Mau-tidak-mau penonton harus melalui jalan yang itu-itu saja.

Tak heran kemacetan menjadi konsekuensi yang berulang setiap kali Persib maupun PBR bermain.

Beruntung saya juga sempat menjadi panitia pertandingan saat Persib berjumpa dengan DC United dalam sebuah pertandingan persahabatan. Saat itu saya menjadi pendamping kesebelasan DC United dan beruntung bisa berinteraksi dengan para pemain dan ofisial kesebelasan selama mereka di Bandung (dan Soreang).

Intinya, karena masalah akses ini, mereka semua tak segan untuk berkata “tidak” jika disuruh bermain lagi di Stadion Si Jalak Harupat. Opini yang jujur namun sangat menusuk.

Bahkan juga ada kabar lain yang berhembus, jika saja Persib lolos ke Liga Champions AFC, stadion ini tidak akan lolos verifikasi untuk bermain di level kompetisi Asia. Hal ini akan berakibat Persib harus menyewa stadion lainnya secara khusus.

Jadi, terlempar ke Piala AFC merupakan berkah untuk Persib? Bisa jadi.

Kanjuruhan, Kepanjen, Malang

Kanjuruhan, Kepanjen (sumber: Google Maps)
Kanjuruhan, Kepanjen (sumber: Google Maps)

Kanjuruhan juga terletak agak jauh dari Kota Malang. Untungnya, tidak seperti Gelora Bung Tomo maupun Si Jalak Harupat, akses ke Kanjuruhan dinilai sudah baik. Meskipun tak semuanya berupa jalan besar, penonton bisa memilih beberapa jalan alternatif.

Gelora Sriwijaya, Palembang

Gelora Sriwijaya, Palembang (sumber: Google Maps)
Gelora Sriwijaya, Palembang (sumber: Google Maps)

Stadion yang juga dikenal dengan Jakabaring ini bisa dibilang sebagai stadion sepakbola nomor dua di Indonesia setelah GBK. Mirip dengan GBK, Gelora Sriwijaya juga terdapat dalam satu kompleks olahraga yang lengkap.

Masalah akses juga tak mengkhawatirkan karena banyak jalan yang bisa meng-cover stadion.

Transportasi agak sedikit diperhatikan karena bus tidak menjangkau sampai ke stadion, dan meskipun tersedia angkutan umum, angkutan tersebut tidak beroperasi pada malam hari.

Namun, soal kelayakannya, Gelora Sriwijaya adalah salah satu stadion dengan nilai A dari AFC.

Mandala, Jayapura

Mandala, Jayapura (sumber: Google Maps)
Mandala, Jayapura (sumber: Google Maps)

Stadion Mandala merupakan markas dari kesebelasam sepakbola Persipura Jayapura. Stadion ini juga menjadi salah satu stadion penggelar ajang pertandingan tingkat AFC. Saat ini Stadion Mandala telah berstandar internasional.

Dari aspek akses, stadion ini dinilai sudah baik, terutama jika kita bisa mempertimbangkan akses tambahan menggunakan perahu.

Gelora Bandung Lautan Api, Bandung

Gelora Bandung Lautan Api, Bandung (sumber: Google Maps)
Gelora Bandung Lautan Api, Bandung (sumber: Google Maps)

Khusus untuk stadion ini, memang Gelora Bandung Lautan Api belum menggelar pertandingan sepakbola, tetapi direncanakan akan menjadi markas baru bagi kesebelasan Persib.

Pembangunan stadion ini menghasilkan salah satu stadion yang bertaraf internasional, sayangnya hanya fisiknya saja. Jika kita melihat aspek yang dibahas pada tulisan ini, yaitu akses, stadion ini masih sangat jauh dari kondisi ideal.

Dari gambar di atas saja kita bisa melihat tidak adanya jalan besar untuk akses ke stadion, hanya ada jalan tol dan itupun pintu keluarnya belum terintegrasi. Bahkan kalaupun sudah terintegrasi, ini akan menimbulkan kemacetan yang dahsyat di jalan tol pada hari pertandingan. Sesuatu yang tentunya ingin kita hindari sebagai pengguna jalan tol.

Para arsitek pemerhati stadion ini kebanyakn menyimpulkan stadion ini dibangun dengan urutan pengerjaan yang salah. Seharusnya akses lah yang terlebih dahulu dibangun sebelum stadion ini bisa beroperasi, bukan sebaliknya.

Sekarang, ketika sekali-sekalinya stadion ini dipakai, kemacetan tidak bisa dihindari. Akses jalan hanya berupa jalan perumahan yang kecil yang malah menimbulkan kemacetan bukan hanya bagi penonton, tapi bagi warga sekitar.

Jika ke depannya Persib benar-benar ingin menggunakan stadion ini, ada baiknya akses menuju stadion dibenahi terlebih dahulu.

Beberapa kisah stadion dari luar negeri:

Tujuh Hal yang Dibenci Fans Inggris di Stadion

Ide Brilian untuk Memanfaatkan Stadion Piala Dunia dari Dua Arsitek Prancis

Stadion Bertenaga Surya Pertama di Dunia

Kursi Stadion Abbey Membuat Pantat Van Gaal Gatal


Kesimpulan

Jika kita melihat kembali beberapa pembahasan di atas, di sini kita baru membahas satu kriteria dari CLR, berupa infrastruktur. Itu pun hanya baru segelintir poin kecil saja, yaitu stadion. Dari isu kecil tersebut kita mengambil salah satu aspek saja, yaitu akses. Banyak masalah timbul dari situ.

Maka memang tidak mengherankan jika Indonesia Super League (ISL) harus tertunda lama akibat kesebelasannya tidak bisa memenuhi banyak syarat yang sudah menjadi standar FIFA dan AFC. Ini lah kenapa PSSI, PT Liga Indonesia, dan BOPI juga sedang kepusingan...

Baca juga salah satu tulisan terkait kami di #AboutTheGame Detik Sport: Pentingnya Stadion dalam Pengelolaan Kesebelasan Sepakbola

Komentar