Apa yang Membuat Mata Kembali Bersinar?

Taktik

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Apa yang Membuat Mata Kembali Bersinar?

Juan Mata adalah pemain yang memiliki kontribusi terbanyak dalam gol-gol Man United dengan mempersembahkan 5 gol dan 4 assist di semua ajang, 45% dari total keseluruhan United. Maka sangat pantas kemudian jika ia dinobatkan sebagai sosok paling sentral Setan Merah musim ini.

Kontribusinya juga bukan hanya soal cetak gol untuk diri sendiri dan membantu rekannya, tetapi juga dari segi keseluruhan permainan. Bahkan bisa dibilang pemilik peran no. 10 sebenarnya di Man United sekarang adalah Juan Mata, bukan Wayne Rooney yang ditempatkan pada pos gelandang serang.

Secara sederhana pemilik peran no 10 adalah pemain yang mengatur jalannya permainan, terutama di lini serang. Tugasnya memberi umpan ke rekannya agar dapat mencetak gol, jika perlu ia pun dengan lihai dapat mengeksekusi sendiri peluangnya tersebut. Siapa lagi yang sudah terbukti demikian selain pemain asal Spanyol tersebut.

Meski secara posisi Juan Mata sebenarnya tidak berada di tempat sentral, ia diberi tanggung jawab untuk mengisi sisi kanan Man United. Van Gaal sendiri lebih memilih menggeser posisi Rooney sedikit mundur untuk berdiri tepat di belakang penyerang pasca kedatangan Anthony Martial.

Kegemilangan Mata terbantu berkat taktik yang digunakan Man United. Fokus menyerang dari sisi kiri melalui Memphis Depay dengan dibantu Luke Shaw (sebelum cedera). Sehingga ketika menyerang ia sebenarnya punya posisi bebas karena bola mengalir bukan di sisinya.

Kebanyakan Mata akan bergerak ke tengah untuk membiarkan Rooney bertukar tempat dengannya atau masuk ke kotak penalti. Model taktik demikian membuat Man United punya banyak opsi di sepertiga akhir meski fokus menyerang dari sisi kiri. Sehingga ketika memasuki area sepertiga akhir bola tetap dapat mengalir ke arah manapun.

Gaya bermain Juan Mata juga cocok dengan filosofi Van Gaal selama ini. Menitik beratkan pada keseimbangan dan penguasaan bola. Mempunyai visi yang baik dalam bermain umpan-umpan pendek dan menyerang menggunakan umpan terobosan datar ke ruang kosong.


Baca juga: Pertaruhan Van Gaal yang Diselamatkan Juan Mata



Taktik ini sedikit berbeda dari musim lalu saat Van Gaal masih menyertakan serangan balik cepat sebagai bagian dari permainan. Perlu diketahui bahwa musim ini Man United belum pernah mencetak gol melalui serangan balik cepat yang terencana.

Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa pemain model Daley Blind sampai harus ditempatkan di belakang, menjadi bek utama. Juga masih dipertahankannya seorang Michael Carrick yang mampu membuat pemain macam Fellaini dan Herrera harus menepi ke bangku cadangan. Kedua pemain tersebut sama seperti Juan Mata, punya kemampuan membangun permainan secara perlahan dan tak menanggung banyak resiko kehilangan bola.

Juan Mata juga punya kelebihan yang tak dimiliki pemain lain terkait kemampuan mencetak gol. Wayne Rooney dan Memphis Depay masih belum konsisten terkait memanfaatkan peluang di depan gawang. Beruntung di detik-detik terakhir bursa transfer United dapat mendatangkan Anthony Martial yang jumlah golnya kini setara dengan Juan Mata.

Karena alasan tersebut barangkali yang membuat Van Gaal menunjuk Mata menjadi eksekutor utama penalti menggantikan sang kapten Rooney. Membuat jebolan akademi Real Madrid tersebut saat ini sedang dalam kondisi terbaik untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya.

Tidak Lagi Lemah Saat Bertahan

Saat datang ke Old Trafford pada Januari 2014, Juan Mata dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan. Di bawah kendali Moyes, Man United ketika itu sedang pada masa terburuk dalam sejarah Liga Primer.

Padahal status Mata saat itu bukanlah pemain sembarangan. Di rumahnya tersimpan rapi medali juara Piala Dunia dan Eropa ketika membela Spanyol. Di level klub bersama Chelsea ia juga pernah membawa pulang gelar Liga Champions dan Europa League. Kemampuannya juga diakui dengan menyabet penghargaan pemain terbaik The Blues selama dua musim.

Namun sayangnya di musim terakhirnya ia harus rela dibuang manajer Chelsea saat itu, Jose Mourinho. Juan Mata lebih banyak menghabiskan waktunya duduk di bangku cadangan. Alasannya karena Mou menganggap kontribusinya saat bertahan kurang sehingga lebih memilih menurunkan Oscar.

Musim lalu Juan Mata sempat terancam tidak mendapatkan tempat utama di tim. Namun akhirnya ia mampu menunjukan adaptasi yang baik dengan pola yang digunakan oleh Van Gaal.

Juan Mata, Van Gaal, dan Cerita Kelabu yang Mungkin Terulang Lagi



Berbeda dengan Mourinho, Van Gaal lebih mengetahui potensi Juan Mata dan tahu bagaimana memanfaatkannya. Menurut data Opta musim lalu Mata justru menjadi pemain paling rajin di Man United jika dihitung jangkauan jelajahnya di lapangan.

Mata mempunyai rataan berlari 11,3 KM per pertandingan, tertinggi dari semua pemain yang ada. Pesaing terdekatnya adalah Herrera dengan 11 KM, dan Fellaini 10,9 KM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemain berusia 27 tahun tersebut seharusnya mempunyai kontribusi menyerang dan bertahan sama baiknya.

Berkat sistem yang dibangun Van Gaal, perannya dalam bertahan tetap maksimal tanpa banyak melakukan kontak fisik. Sesuatu yang sulit dilakukan sebelumnya mengingat tingginya hanya 170 cm, termasuk pendek untuk bermain fisik di sepakbola Inggris. Ia tak perlu berjibaku menghentikan lawan secara langsung, hanya cukup memotong bola atau sedikit melakukan gangguan saat bek lawan berusaha membangun serangan.

Ditambah dengan musim ini Mata punya rekan duet baru. Seorang bek kanan muda bernama Matteo Darmian. Seperti kebanyakan pemain bertahan asal Italia, Darmian punya kelebihan soal kedisiplinan dalam menjalankan taktik. Selain itu perannya tidak terlalu agresif saat menyerang karena fokus serangan ada di sisi kiri.

Berbagai kondisi di atas membuat Juan Mata punya potensi menjalani musim terbaiknya di sepanjang karir. Namun tentu dengan syarat permainan keseluruhan tim tetap konsisten, bahkan terus membaik. Sembari berharap Van Gaal mendatangkan pemain sayap kanan baru di tengah musim nanti. Sehingga Mata dapat kembali bermain penuh di tengah tanpa perlu berdesak-desakan dengan kapten tim yang justru membuat lini tengah penuh sesak dan menghambat.

Komentar