Tim nasional Korea Selatan mengalami tahun terburuknya sejak 2002. Pertama, kapten Park Ji-Sung pensiun dari timnas, dan kedua, Korea Selatan tak mendulang satu kemenangan pun di Piala Dunia.
Prestasi memalukan ini tidak sebanding dengan apa yang digelorakan sejumlah media di Korea Selatan. Mereka mencoba meyakinkan 50 juta rakyat Korea tentang kekuatan Tim Ginseng di Piala Dunia. Baik dalam variety show, iklan di sela-sela drama, maupun di acara berita, dukungan terhadap timnas Korea Selatan selalu mengalir.
Tapi, Taeguk Warriors tak mampu melaksanakan mandat tersebut. Di pertandingan pertama, mereka memang mampu menahan seri Rusia 1-1, tapi mereka memiliki banyak masalah seperti pertahanan yang buruk dan lini serang yang tumpul.
Di pertandingan kedua, buruknya lini pertahanan tersebut kembali berlanjut. Mereka kalah 2-4 atas Aljazair. Di pertandingan terakhir, Korea benar-benar mengalami jalan buntuk dalam menembus pertahanan Belgia. Mereka pun kalah 0-1.
Senin (30/6) Taeguk Warriors pulang. Di bandara, skuat asuhan Hong Myung-bo tersebut mendapat sedikit kejutan dari para fans. Sebelum meninggalkan bandara, timnas Korea Selatan menyempatkan diri untuk melakukan konferensi pers dan meminta maaf. Namun, tanpa disangka, beberapa permen melayang ke arah Ko Ja-Cheol dan kolega.
Mereka juga disambut dengan bentangan spanduk bertuliskan âSouth Korean Footballer is Deadâ.
Kapten Korea Selatan, Ko Ja-Cheol pun menyatakan pada pewarta bahwa ia dan rekan-rekannya tidak mampu menahan tekanan berat yang berada di pundak mereka. Tidak ada pemain senior yang mampu membimbing mereka. Skuat Korea Selatan di Piala Dunia 2014 merupakan skuat termuda mereka dengan rataan 26 tahun.
âKami telah melakukan yang terbaik, tapi nyatanya kami merasa sulit untuk menemukan cara bermain kami sejak kompetisi ini dimulai,â kata Ja-Choel, âKami mendapatkan pengalaman berharga, tapi tetap saja ini mengecewakan.â
Ia menganggap kelembaban udara di Brasil tidak seperti yang ia dan tim kira sebelumnya. Ini juga diungkapkan Song Heung-Min pemain andalan Korea. âKelembaban di Brasil jauh lebih tinggi dari yang kami kira. Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan. Kami tidak melakukan persiapan dengan cukup, itulah mengapa kami tidak bisa mencapai fase gugur,â ujar Heung-Min.
Sikap ksatria yang ditunjukkan pemain Korea ini tetap saja tidak mampu menahan amarah fans. Bagi orang Indonesia, dilempar permen mungkin bukan satu hal besar. Masih banyak benda lain yang dianggap menjijikan seperti telur busuk, tomat busuk, atau kepala babi. Tapi, lain di Korea.
Permen di sana disebut sebagai âYeotâ. Ini berarti permen atau gula-gula dalam Bahasa Indonesia. Tapi ini juga berarti lain. Ketika melempar permen tersebut, para fans juga meneriakkan âeat yeotâ (????). Artinya bukan âMakanlah permen iniâ, tapi kata yang jauh lebih vulgar seperti âBrengsekâ dan âTerkutuklah kalianâ.
Mengerikan memang bagaimana publik Korea seperti diberi harapan kosong oleh media. Mereka lah yang mengagung-agungkan timnas Korea sehingga publik pun terlena. Ketika hasil tak sesuai harapan, mereka pun murka.
Mereka sengaja datang ke Brasil untuk mendukung dengan chant-chant âDae Han Min Gukâ yang digemakan berulang-ulang. Nyatanya, skuat Korea memang terlalu muda untuk bermain di ajang sekelas Piala Dunia. Hanya beberapa nama yang bisa dibilang pantas mengisi skuat ini.
Taeguk Warrior sudah menunjukkan performa maksimal. Tapi publik tak bisa menerima alasan âterlalu mudaâ ataupun âterlalu lembabâ. Mereka tidak bisa mengelak dari hinaan-hinaan.
Sambutan yang tidak ramah ini mungkin saja tidak terjadi jika terselip nama-nama idol macam Lee Min Ho, Choi Si Won, Jung Yong Hwa, ataupun Kim Soo Hyun turut serta dalam skuat tersebut.
Sumber gambar: AP, Huffingtonpost
[fva]
Komentar