Saat musim pertama Jordan Henderson hadir ke Liverpool, semua orang tertawa dengan kebodohan transfer yang dilakukan oleh Liverpool. Henderson menjadi bagian saat Liverpool menghambur-hamburkan uangnya dengan mendatangkan, Stewart Downing, Charlie Adam, dan Jordan Henderson dengan total 50 juta paun. Ditambah lagi, kita tentu belum lupa dengan transfer konyol yang dilakukan Liverpool setengah tahun sebelumnya, saat mendatangkan Andy Carroll seharga 41 juta paun.
Henderson bermain jauh di bawah ekspektasi para pendukung Liverpool. Catatan Henderson sebelum datang ke Liverpool adalah 37 kali penampilan bersama Sunderland di Liga Primer Inggris musim 2010/11 dengan 3 gol. Sepertinya, tidak banyak pendukung Liverpool yang memperhatikan gaya permainan Henderson di Sunderland kala itu.
Awalnya Henderson diperkenalkan sebagai seorang gelandang berbakat yang juga bisa ditempatkan sebagai pemain sayap kanan. Di Sunderland dia diberikan nomor punggung 10, tentu saja ini merupakan gambaran seorang pemain kunci di lapangan. Dari sini, gambaran awal pendukung Liverpool pada sosok Henderson mungkin seperti Raheem Sterling atau pemain sayap Inggris lainnya, Cepat, lincah, dengan kemampuan menggiring bola yang luar biasa. Atau mungkin seperti Coutinho, gelandang serang jenius dengan umpan-umpan yang ajaib.
Namun pada kenyataannya, jangankan mampu menggocek pemain lawan, kemampuan menggiring bola Henderson sama sekali tidak istimewa. Tidak ada permainan tricky yang membuat lawan tertipu mentah-mentah. Dia juga bukan pemain yang mampu melepaskan tendangan kencang seperti Steven Gerrard. Umpan-umpannya pun biasa saja, tidak ada umpan ajaib yang langsung mampu menembus pertahanan lawan.
Henderson akhirnya di cap sebagai pembelian gagal musim itu. Satu musim berselang, Henderson hanya mencetak 2 gol dan 1 assist dari 31 kali penampilannya. Catatan umpan kuncinya pun tidak istimewa, hanya 0,8 umpan per pertandingannya.
Henderson pun mendapatkan label transfer gagal pada musim itu. Sama halnya dengan pemain-pemain baru lain yang dinilai hanya menjadi pengeluaran sia-sia yang dilakukan Liverpool.
Namun tidak untuk saat ini. Sekarang, mulai mendapat pengakuan beberapa pihak. Bahkan mungkin angka 18 juta paun sudah dianggap layak bagi pemain muda Inggris ini. Pemain yang kini berusia 24 tahun ini sudah dipercaya untuk menjadi wakil kapten Liverpool oleh Brendan Rodgers. Henderson mendapatkan tempat utama di skuat Liverpool dan di hati penggemar Liverpool.
Lalu apa sebenarnya perubahan yang terjadi pada Henderson? Apakah kini Henderson sudah mampu menggiring bola mengelabui banyak pemain lawan? Atau Henderson sudah bisa melepaskan tendangan kencang seperti Steven Gerrard?
Jawabannya adalah tidak ada apapun yang berubah berubah dari permainan Henderson. Secara kemampuan Henderson memang mengalami perkembangan dalam beberapa hal. Namun perkembangan ini bukan satu hal yang cukup luar biasa untuk bisa membuat Henderson menjadi pemain penting di Liverpool.
Henderson tetap seorang pemain biasa-biasa saja yang tidak memiliki banyak trik untuk mengelabui lawan. Tidak juga memiliki tendangan kencang seperti Steven Gerrard. Dan tidak juga memiliki umpan-umpan ajaib yang menembus jantung pertahanan lawan.
Namun, justru karena permainannya yang biasa-biasa saja inilah yang membuat Henderson sangat penting bagi Liverpool. Musim ini dan musim lalu Liverpool dihuni oleh pemain-pemain kelas dunia yang memiliki teknik tinggi. Pemain-pemain seperti Luis Suarez, Raheem Sterling, Daniel Sturridge, dan Phillipe Coutinho merupakan pemain kreatif yang sering menunjukan aksi-aksi tidak terduga. Pemain-pemain seperti ini memang akan sangat berguna bagi sepakbola atraktif yang ingin diperagakan Rodgers di Liverpool. Aksi-aksi yang tidak bisa diprediksi akan membuat pertahanan lawan porak-poranda oleh pemain-pemain ini.
Membiarkan pemain-pemain ini berkreasi masing-masing tentu juga bukan merupakan hal yang baik. Kreativitas pemain-pemain ini harus sedikit diredam agar tidak keluar secara berlebihan. Karena itulah perlu ada pemain yang bisa membuat kreasi pemain-pemain ajaib ini muncul di waktu dan tempat yang tepat. Dan di sinilah peran Henderson dibutuhkan.
Salah satu syarat utama syarat utama yang berhasil dipenuhi Henderson untuk menjalani peran ini adalah dia tidak memiliki ego untuk melakukan kreasi berlebihan. Henderson tidak boleh memiliki ambisi untuk bisa mencetak gol spektakuler dengan gayanya sendiri apalagi sampai menciptakan permainan akrobatik. Henderson hanya bermain sesuai dengan arahan dari buku petunjuk selama 90 menit.
Tidak ada yang lebih cocok dari Jordan Henderson untuk melakukan tugas ini. Pemain biasa-biasa saja yang tidak memiliki skill istimewa. Steven Gerrard masih terpancing untuk melepaskan tendangan jarak jauh atau umpan lambung yang menjadi spesialisasinya. Coutinho juga masih terlalu banyak melakukan kreasi yang keluar dari arahan permainan. Hanya Henderson yang akan mampu memainkan permainan textbook selama 90 menit.
Silahkan anda cermati aksi Henderson selama 90 menit. Aktivitas yang dilakukan pemain ini hanya berlari mendekati kawan untuk meminta bola, menerimanya, lalu melepaskan umpan sederhana ke pemain lain. Sekalipun Henderson melepaskan umpan panjang pun hanya merupakan umpan panjang sederhana yang tidak bersifat spekulatif. Jarang sekali Henderson melakukan permainan tricky untuk mengelabui lawan. Jika dia ingin melewati lawan, biasanya hanya dengan gerakan ke kanan atau ke kiri yang sangat sederhana.
Henderson memang mencetak dua gol dari hasil tendangan jarak jauh pada dua pertandingan terakhir ini. Namun lihatlah tembakan yang dilakukannya pada dua gol tersebut. Tendangan itu memang sebuah tendangan yang sesuai dengan arahan di buku petunjuk. Dia mendapat ruang kosong dalam jarak tembak, dengan bola yang sudah terkontrol dan tidak liar, maka menembak langsung adalah keputusan yang paling mendasar dalam kondisi itu. Begitu pula dengan gol-gol lain yang dicetak Henderson musim ini. Dia hanya berada di posisi yang sangat tepat, dan melepaskan tendangan sederhana yang tidak terjangkau kiper lawan.
Permainan seusai buku petunjuk inilah yang juga kemudian membuat Henderson mampu mengatur tempo permainan Liverpool. Henderson akan mengatur kapan Liverpool memainkan serangan balik cepat, kapan Liverpool memainkan possession. Lagi-lagi, hanya dengan operan-operan sederha yang sesuai arahan buku petunjuk permainan.
Baca juga:
Jordan Henderson: Pemain Pinggiran yang Jadi Tumpuan
Dibalik Dua Gol Kemenangan Liverpool atas City
Dalam beberapa pertandingan terakhir Liverpool, Henderson hanya absen satu kali yaitu saat Liverpool ditaklukan Besiktas di Istanbul. Ketika itu, Emre Can dipercaya untuk mengisi peran yang ditinggalkan Henderson. Dan hasilnya pun sangat berbeda.
Saat menyerang Liverpool seperti kekurangan dukungan dari lini tengah akibat terlambat naik. Sedangkan saat bertahan, bek-bek Liverpool sering terlihat kewalahan karena tidak mendapatkan bantuan dari pemain tengah. Formasi 3-4-3 yang dimainkan Rodgers memang hanya menempatkan 2 gelandang di tengah. Maka mau tidak mau, kedua gelandang itu harus selalu berada di tempat yang tepat baik saat menyerang maupun bertahan.
Inilah yang selalu dilakukan Henderson. Permainan disiplin yang sesuai dengan buku petunjuk sehingga ia selalu berada di tempat yang tepat di lapangan.
Dari pemain biasa-biasa saja, yang sangat gampang diragukan mutu dan keahliannya, Henderson kini menjelma menjadi pemimpinà lapangan tengahà Liverpool. Jerih payahnya memperbaiki diri selama tiga musim terakhir kini berbuah manis. Ia menjelma menjadi jenderal permainan.
Henderson is a boss!
Komentar