Sepakbola dan musik bisa diibaratkan seperti teman seranjang. Keduanya akan saling melengkapi demi menunjang sebuah permainan dan kecintaan disela-sela kejenuhan. Bahkan, sepertinya sepakbola tak mungkin bisa untuk dipisahkan dari musik. Begitu pun sebaliknya. Sebagai olahraga yang begitu populer, sepakbola dapat dinikmati oleh siapa saja. Dan tak sedikit para musisi yang menyukai sepakbola dan memiliki beberapa saham disebuah kesebelasan.
Lihat saja pendiri Iron Maiden, Steve Harris, misalnya, ia merupakan pendukung berat West Ham. Sewaktu remaja, dia bahkan pernah masuk kesebelasan West Ham Junior. Saking cintanya pada klub ini, Harris kerap tampil dengan kostum atau syal West Ham di atas panggung dan bahkan memiliki membuat kesebelasan sendiri, yang bernama Maidonians. Kostum Maidonians pun sangat indetik dengan warna kebanggaan kesebelasan West Ham United.
Sampai sekarang, ia juga masih sering meluangkan waktunya untuk datang ke stadion dan bermain gelembung udara sambil menyanyikan Iâm Forever Blowing Bubble lagu yang ditulis oleh John Kellette. Harris paham benar, bagaimana cara meluangkan waktu untuk kecintaannya pada sepakbola dengan pilihan karirnya sebagai musisi. Lihat saja bagaimana logo West Ham United terpampang di body Fender Precision Bass yang biasa ia gunakan ke manapun Iron Maiden manggung.
Tidak hanya sampai di situ kecintaan Harris kepada sepakbola. Pria yang handal dalam bermain bass ini pun sampai membangun lapangan sepakbola di halaman rumahnya yang besar.
Itu Harris. Lain halnya dengan Rod Stewart. Penyanyi asal Inggris yang keturunan Skotlandia ini merupakan penggemar berat Glasgow Celtic. Pelantun lagu Iâm Sailing ini bahkan tak hanya sekadar menyukai Celtic, Stewart juga memiliki sebagian saham di kesebelasan tersebut.
Saat Celtics mengalahkan Barcelona di babak grup Liga Champions 2012, Stewart yang hadir di stadion tampak menitikkan air mata karena terharu. Dalam salah satu lagunya, Youâre in My Heart, penyanyi berambut jigrak itu mencuplik nama klub kesayangannya, âYouâre Celtic, United / But baby Iâve decided / Youâre the best team that Iâve ever seenâ¦.â
Selain Stewart, ada Roger Daltrey, vokalis The Who, juga begitu mencintai sepakbola. Arsenal merupakan kesebelasan yang dicintainya. Begitu juga dengan Mick Jagger yang merupakan pendukung setia tim berjulukan âMeriam Londonâ tersebut. Dan salah satu contoh lainnya adalah Noel Gallagher. Frontman band Oasis ini merupakan pendukung setia Manchester City. Dia kerap terlihat di mana pun The Citizens tampil.
Namun itu hanya beberapa contoh keterkaitan musisi dengan sepakbola. Bagaimana dengan sepakbola yang begitu membutuhkan musik?
Kita bisa melihat bagaimana musik menjadi alat yang sering digunakan  pesepakbola untuk merelaksasi, serta untuk mencairkan suasanan di dalam ruang pemain. Para pemain sepakbola sangat sering mendengarkan musik sembari melakukan pemanasan menjelang pertandingan dengan menggunakan headset. Pep Guardiola pun ketika di Barcelona sering memutar lagu Coldplay yang berjudul Viva La Vida di ruang ganti. Tujuannya sangat jelas untuk mengurangi tekanan di dalam benak pemain.
Coldplay merupakan sumber inspirasi Guardiola selama berkarir di dunia lapangan hijau. Menurut Guardiola, jiwanya menjadi lebih tenang saat berada dalam tekanan kesebelasan lawan usai mendengarkan lagu-lagu Coldplay. Efek ketenangan itu yang ingin ditularkan Guardiola kepada anak asuhnya.
Dalam opening ceremony Piala Dunia, FIFA selalu melibatkan musisi-musisi top untuk memeriahkan acara pembukaan. Bahkan bukan hanya di dunia perfilman saja yang memiliki original soundtrack. Sepakbola pun juga selalu memiliki original soundtrack untuk setiap ajang empat tahunan tersebut. Di Piala Dunia tahun 2002 Korea Selatan-Jepang, band Padi asal Indonesia dengan lagunya yang berjudul Work Of Heaven, terpilih ke dalam The Official Album of the 2002 FIFA World Cup.
Baca juga cerita ketika Michael Carrick bertemu dengan vokalis The Stone Roses dan Ketika Band Liverpool Menghormati Tragedi Munich
Akhir tahun 2014 hal menarik terjadi di Korea Selatan. Dalam rangka mempererat hubungan antara industri musik dan dunia sepakbola, Korea Selatan dengan SM Entertainment baru-baru ini menandatangani surat perjanjian kerjasama dengan Korean Football Association (KFA) untuk sebuah proyek kolaborasi.
Tak hanya itu, dua artis SM Entertainment, yaitu Kai dan Xiumin yang berasal dari boyband EXO, hadir sebagai duta kehormatan dari Asosiasi Sepakbola Korea Selatan atau KFA. Kedua member EXO ini nantinya akan dilibatkan pada sejumlah kampanye yang dilakukan oleh KFA.
Penandatanganan surat perjanjian kerjasama ini diharapkan akan menciptakan sebuah kolaborasi yang saling menguntungkan, antara sepakbola Korea dan gelombang Hallyu, melalui pertukaran antara olahraga dan juga industri hiburan.
Baca juga Sepakbola dan Boyband Korea dan cerita tentang One Direction, GBK, dan Mengapa Harus Keliru Memaki?
Tidak sekadar sampai di situ pentingnya musik dan lagu-lagu dalam sepakbola. Bagi setiap pengurus kesebelasan, musik kini menjadi alat pemeriah menjelang pertandingan. Setiap tuan rumah, selalu memutar lagu-lagu kebesaran setiap kesebelasan menjelang dan sesudah pertandingan.
Bahkan chant-chant yang biasa dilantunkan oleh para pendukung tak jarang diubah dari lirik-lirik lagu dan lantunan musik yang telah ada. Seperti reffain lagu Can't Take My Eyes Off You yang sering dilantunkan para pendukung Juventus untuk membangkitkan semangat Carlos Tevez. Dan lagu Hey Jude yang digunakan pendukung Arsenal untuk memuja dan membakar semangat Oliver Giroud.
Di Indonesia juga tak kalah dengan mendendangkan lagu-lagu pop sampai dangdut baik saat jeda maupun nyanyian suporter. Bahkan untuk urusan ini suara dari nyanyian terdengar lebih kencang seperti lagu Iwak Peyek oleh suporter dari Jawa Timur hingga Kereta Malam di stadion Jalak Harupat. Karena lagu-lagu tersebut memang sudah akrab terdengar di kehidupan mereka sehari-hari.
Komentar