Adu strategi bakal menjadi hal mencolok pada laga Premier League antara tuan rumah Liverpool melawan Manchester United malam ini, Minggu (22/3), di Stadion Anfield pukul 20:30 WIB.
Masing-masing kesebelasan menorehkan capaian yang bagus setelah melakukan perubahan strategi sejak putaran dua Premier League 2014/2015.
Liverpool mengambil hikmah atas kekalahan dari United 3-0 pada Desember 2014 lalu. Kendati saat itu dipermalukan di Old Trafford, namun pertandingan yang dipenuhi otak-atik pemain belakang oleh Brendan Rodgers, manajer Liverpool, berbuah manis selama putaran kedua Premier League musim.
Sebelumnya Rodgers selalu memakai pakem empat bek dengan formasi 4-3-3. Kemudian pasca kekalahan dari The Red Devils ia mulai mengubah taktik menjadi 3-4-3 dan hasilnya Liverpool belum pernah terkalahkan sejak pertandingan melawan United di putaran pertama.
Kekalahan 0-3 di Old Trafford justru menjadi titik balik Liverpool.
Trio Liverpool yang diisi Mamadou Sakho, Emre Can, Martin Skrtel, atau Dejan Lovren menemukan kesolidannya setelah bermain dalam formasi tiga bek ala Rodgers.
Mulanya sempat kewalahan karena area luar kotak penalti The Reds sering ditutupi salah satu tiga bek (yang terpaksa naik) karena strategi menyerang mereka acapkali membuat gelandang bertahan lupa menutupinya. Akan tetapi akhir-akhir ini Rodgers sadar akan itu dan peran gelandang sentral tersebut diperlihatkan dengan baik oleh Jordan Henderson, seperti ketika mengalahkan Southampton 2-0.
Kini saat melawan United, tugas menjaga luar area kotak penalti akan dipermudah dengan kehadiran Steven Gerrard yang sudah pulih dari cedera.
Perubahan strategi juga tidak hanya dilakukan Liverpool. Persamaan perubahan United dengan Liverpool juga masih dalam soal skema empat bek. Jika The Reds pada mulanya menggunakan empat pemain bertahan menjadi tiga pemain bertahan, sedangkan United justru sebaliknya.
Van Gaal sempat ngotot menggunakan formasi 3-5-2 untuk United seperti yang diterapkannya pada kesebelasan nasional Belanda di Piala Dunia 2014 Brazil. Tapi Sejak melawan Queens Park Rangers pada 17 Januari lalu, Van Gaal mulai rutin menerapkan formasi empat bek dan empat pemain tengah dengan pola diamond atau 4-1-2-1-2.
Empat pemain tengah The Red Devils memadati ruang tengah lapangan, sedangkan dua sisi sayap disisir kedua bek sayap Antonio Valencia dan Daley Blind atau Luke Shaw.
Di lini depan walau menggunakan dua penyerang namun Van Gaal lebih menginstruksikan duet tersebut bermain melebar keluar kotak penalti lawan. Justru yang perlu diwaspadai adalah kemunculan-kemunculan pemain tengah United dari lini kedua yang sering tiba-tiba masuk ke sepertiga akhir pertahanan lawan.
Hal tersebut. yang sering dijalankan Maroune Fellaini akhir-akhir ini dan juga Wayne Rooney ketika sempat diplot menjadi pemain tengah.
Bagaimana Liverpool dan United Harus Saling Mengalahkan
Kedua kesebelasan tersebut memang dalam performa yang bagus belakangan ini. Liverpool sebelumnya berhasil mempermalukan Swansea di Liberty Stadium dengan skor tipis 1-0, begitu juga United mencukur Tottenham Hotspurs tiga gol tanpa balas.
Akan tetapi predikat Liverpool sebagai tuan rumah tentu lebih diunggulkan. Apalagi jika mengingat United belum pernah mengalahkan The Reds di Stadion Anfield dalam tiga musim ke belakang. Terakhir The Red Devils mempermalukan Liverpool di Anfield pada 23 September 2012 dengan skor akhir 1-2.
Kendati demikian United masih bisa menang dengan cara memancing permainan Liverpool. Van Gaal yang bisa dibilang mengandalkan penguasaan bola, bahkan rela membuat backpass asalkan penguasaan bola tidak berpindah, bisa memainkan tempo selambat mungkin. Mengingat hal tersebut bisa memancing Steven Gerrard dkk bermain lebih menyerang, lebih agresif dan lebih berani naik menekan.
Dengan terpancingnya para anak asuh Brendan Rodgers itu, diharapkan bisa membuka celah area luar kotak penalti Liverpool yang pernah menjadi kendala mereka di awal-awal ketika menerapkan 3-4-3.
United bisa bermain agak lambat dan sekaligus tidak terburu-buru mengambil bola dan melakukan tekel yang tergesa. Biarkan Liverpool naik dan saat itulah mereka bisa berusaha merebut bola dan kemudian melakukan serangan balik. Serangan balik itu bisa sangat berbahaya jika jarak antara bek-bek liverpool relatif renggang dengan para gelandang yang telanjur naik.
Maka kekosongan di area luar kotak penalti bisa dimaksimalkan The Red Devils, apalagi lini tengah berpola diamond dari United cukup padat. Michael Carrick masih tetap menjadi andalan di gelandang bertahan, ia bisa diapit Ander Herrerea yang bermain kompak seperti ketika mengalahkan Tottenham pekan lalu.
Di sisi lain Liverpool yang bermain menyerang bisa terus menggempur sisi kanan pertahanan United. Sektor tersebut bisa dimanfaatkan karena Antonio Valencia yang diplot mengisi pos bek kanan kerap kewalahan ketika bertahan.
Valencia yang rajin membantu serangan acapkali melupakan tugasnya untuk bertahan. Ketika United dikalahkan Swansea 2-1 pada 21 Februari lalu area Valencia sering dieksploitasi pemain lawan.
Swansea melepaskan empat umpan silang dari area yang dijaga Valencia dan salah satunya menjadi umpan kunci. Apalagi diperparah dengan para bek United yang lemah dalam mengantisipasi umpan silang. Kebobolan pertama United oleh Ki Sung-yueng kala itu juga berawal dari gagalnya para bek The Red Devils mengantisipasi umpan silang yang datang dari areanya Valencia.
Menarik disimak pertandingan seperti apa yang akan terjadi malam nanti. Apakah United dengan menggunakan 4-1-2-1-2 ala Van Gaal atau 3-4-3 ramuan Rodgers yang akan unggul?
Jangan juga dilupakan skenario kaku dan bekunya laga di babak pertama. Dengan asumsi kedua kesebelasan sudah saling mengetahui strategi lawannya, bukan tidak mungkin babak pertama lebih diwarnai adu kesabaran dalam memancing lawan keluar dari skemanya masing-masing.
Jika demikian yang terjadi, laga di babak kedua akan berjalan lebih hidup dan lebih seru. Dan di titik itulah kecerdasan Rodgers dan van Gaal akan diuji: siapa yang lebih cerdik melakukan perubahan taktikal yang dibutuhkan dan siapa pula yang lebih jeli memasukkan pemain pengganti yang pas di waktu yang juga tepat?
Tulisan terkait:
Kunci Sukses Formasi 3-4-3 dalam Kebangkitan Liverpool
Belajar dari Pengalaman Forlan Agar Paham Pentingnya Duel Liverpool vs Man Utd
Alasan Mengapa Carrick Layak Mendapat Perpanjangan Kontrak
Pelé dan Kemungkinan Pertemuan dengan Dewi Gunung Berapi di Anfield
Komentar