Liverpool dan Manchester United bertemu di Anfield untuk sebuah pertandingan yang dicap banyak orang sebagai perebutan posisi empat besar klasemen Liga Primer Inggris.
Pertandingan berjalan satu arah untuk United dengan penguasaan bola mencapai lebih dari 60 persen pada babak pertama. Kartu merah Steven Gerrard semakin memantapkan dominasi United di kandang Si Merah Liverpool.
United bisa pulang dengan senyum lebar, skor 2-1 semakin membuat mereka jauh dari kejaran Liverpool, Tottenham Hotspur, dan juga Southampton.
Seperti yang sudah diduga, Liverpool bermain dengan skema tiga bek andalan Brendan Rodgers. Skema 3-4-3 ini ironisnya sudah menjadi skema favorit Rodgers sejak mereka kalah 3-0 melawan United di pertandingan pertama pada Desember tahun lalu.
Namun sejak kekalahan di Old Trafford tersebut, skema ini tidak pernah membuat Liverpool menderita satupun kekalahan dalam 13 pertandingan di Liga Primer, dengan 10 di antaranya berakhir dengan kemenangan.
Berseberangan dengan Rodgers, Louis van Gaal yang sedang diserang banyak kritik malah sudah lama move-on dari skema tiga bek dengan lebih sering bermain dengan empat bek akhir-akhir ini. Semalam pun Louis van Gaal kembali bermain dengan empat bek dengan formasi 4-1-4-1 dengan Michael Carrick bermain sebagai gelandang bertahan statis setelah ia mendapatkan perpanjangan konrak selama satu musim.
Kekalahan Liverpool ini semakin ditegaskan dengan âmati kutuâ-nya Jordan Henderson. Tidak seperti permainan sebelumnya yang selalu diagung-agungkan, kali ini Henderson tidak mampu berbuat banyak.
Jika dibandingkan dengan lini tengah United, Ander Herrera menjadi pemain yang lebih dominan di tengah dengan sering mematikan pergerakan Henderson.
Bersama dengan Carrick yang lebih statis, Herrera dibiarkan bebas bergerak ke seluruh penjuru lapangan di lini tengah. Ia tidak perlu khawatir, karena kapanpun ia kehilangan bola (yang nyatanya jarang terjadi), Carrick akan selalu sigap.
Matinya Henderson ini tidak membuat Liverpool menyerah begitu saja. Pada pertandingan ini Philippe Coutinho justru berhasil sesekali menghidupkan permainan Liverpool.
Sebagai kapten semalam, Henderson banyak dinilai kurang kompeten dalam memimpin The Kop pada pertandingan sepenting ini. Namun ironi malah terjadi di babak ke dua ketika kapten mereka yang sesungguhnya bermain, yaitu Steven Gerrard, ia malah langsung diusir oleh wasit Martin Atkinson.
Ruang yang tercipta antara bek tengah dan full-back Liverpool
Pada pertandingan pertama Desember lalu, pasukan Van Gaal berhasil menang 3-0 akibat buruknya koordinasi pertahanan Liverpool dengan masalah yang tercipta ketika ruang antara bek tengah dengan full-back kanan atau kiri Liverpool yang berkali-kali terbuka.
Seperti yang kami sampaikan pada pratinjau sebelum ini, formasi 3-4-3 Rodgers menyisakan satu pemain di kedua sisi lapangan. Full-back yang terletak di kanan dan kiri lapangan memiliki tugas untuk mengisi sisi sayap Liverpool saat menyerang dan bertahan.
Namun, dengan empat bek dan empat pemain tengah pada skema 4-1-4-1 United, sisi United berarti memiliki dua lapis pemain di setiap sisinya.
Hal ini langsung berakibat pada permainan mereka yang cenderung melebar. Pembagi bola United seluruhnya ada di sayap, dengan Juan Manuel Mata dan Luis Antonio Valencia di kanan, maupun Daley Blind dan Ashley Young di kiri.
Permainan melebar United ini juga didukung oleh aksi Carrick sebagai gelandang bertahan, dan sesekali Ander Herrera yang sering melebar ke kanan dan Fellaini yang sering melebar ke kiri.
Di bawah Van Gaal, baik Fellaini, Valencia, dan Young memang sudah menjadi tiga pemain tumpuan Setan Merah dan sudah dianggap sebagai âthe unholy trinityâ sejak mereka dipinggirkan oleh David Moyes.
Duel Fellaini dengan Emre Can juga sering terjadi di sisi kanan pertahanan Liverpool. Meskipun sama-sama rajin bergerak, Fellaini berkali-kali mampu mengungguli Can akibat dari fisiknya yang juga lebih kuat.
Celah yang akhirnya tercipta dari skema tiga bek Rodgers, mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Fellaini dan Herrera dalam gol pertama.
Fellaini yang mendapatkan bola, mengirim sebuah operan kunci kepada Herrera yang kemudian mencetak assist melalui operannya yang memanfaatkan celah antara Mamadou Sakho (bek tengah sebelah kiri) dengan Alberto Moreno (full-back kiri).
Tanpa ragu, Mata berhasil menceploskan bola dengan kaki non-dominannya (kaki kanan) ke arah tiang jauh penjaga gawang Simon Mignolet.
Berbeda dari babak pertama, Liverpool coba merespon babak ke dua dengan langsung melakukan pergantian pemain saat jeda turun minum. Mereka memasukkan kapten utama mereka, Steven Gerrard, menggantikan Adam Lallana.
Gerrard langsung mengambil alih ban kapten yang sebelumnya melingkar di lengan sang wakil kapten, Henderson.
Sayang, Gerrard harus diusir setelah 40,8 detik saja berada di atas lapangan. Daripada terus terpuruk, kartu merah Gerrard justru menjadi katalis kebangkitan Liverpool di babak ke dua. Jika saja Gerrard tidak diusir, mungkin Liverpool tidak akan bermain sebaik ini.
Tapi, memang tidak ada yang bisa memastikan hal tersebut. Sekarang, mari merenung sejenak untuk melihat grafik permainan Gerrard di bawah ini...
Brendan Rodgers tentunya sudah tahu betapa luasnya ruang kosong yang tercipta akibat skema tiga bek andalannya. Van Gaal bisa dibilang berada satu level di atas Rodgers untuk urusan ini, mengingat sang Meneer lah yang menggagas skema tiga bek di Liga Primer Inggris.
Sebelumnya belum ada yang bisa mendominasi Liga Inggris dengan skema tiga bek, Van Gaal menyadari hal ini dengan merubah skema, sementara setelah Van Gaal mundur dari âkekeuhâ-nya tiga bek, Rodgers bisa saja menjadi orang pertama yang melakukannya dengan tiga bek.
Tapi pertanyaan selanjutnya adalah: Kapan? Mungkin tahun depan.
Nantikan ulasan selengkapnya di #AboutTheGame Detik Sport: Analisis Pertandingan
Komentar