Dikirim oleh: Diyan Yunanto Setyaji*Â
Di sepakbola, kala pertandingan berjalan baik, besar kemungkinan kita hanya terpaku pada aksi para pemain di atas lapangan, dan sesekali melirik peran kedua pelatih. Padahal, wasit adalah entitas yang amat penting dalam sebuah pertandingan sepakbola.
Bagi pemain, terdapat tim medis dan sejumlah komponen lain yang bertugas memantau kondisi pemain saat berlatih dan bertanding. Bagi wasit, mereka harus mempersiapkannya sendiri jelang pertandingan. Sejumlah artikel pun umumnya menyoroti porsi latihan dan aturan gizi untuk para pemain. Padahal sebagai pemimpin di atas lapangan, wasit pun membutuhkan panduan yang sama untuk menjaga performa dan setidaknya meminimalisasi kelelahan.
Terdapat banyak studi mengenai jarak tempuh dan intensitas berlari yang dilakukan wasit selama bertandingan berlangsung. Data terbaru menunjukan bahwa wasit pun berlari hampir sama jauhnya dengan jarak yang ditempuh oleh para pemain meski dalam pola pergerakan yang berbeda.
Contohnya, wasit lebih sering berlari mundur saat mengikuti pergerakan bola dan mengawasi aksi pemain. Tanpa latihan yang cukup disertai dengan dukungan gizi yang tepat, wasit akan cepat merasa lelah serta tidak mampu mengontrol jalannya pertandingan dengan baik.
Wasit perlu mengatur asupan (intake) makanan dan minuman sebelum pertandingan. Kebutuhan asisten wasit memang lebih rendah, tapi tetap saja mereka harus siap seandainya diperlukan untuk mengganti wasit utama dan memimpin pertandingan.
Di atas lapangan seringkali dijumpai wasit yang berusia lebih tua daripada pemain. Ini membawa konsekuensi tersendiri baik dalam kinerja wasit maupun kebugaran. Cerita tentang kebutuhan gizi wasit menjadi topik yang menarik karena terbatasnya informasi yang tersedia.
Wasit berstandar internasional maupun wasit profesional harus memenuhi standar kebugaran di mana asupan gizi mesti optimal. Wasit pun harus mengikuti panduan asupan gizi sehari-hari, pemilihan makanan yang tepat, serta memerhatikan faktor hidrasi. Pemulihan fisik setelah latihan menjadi aspek yang penting dalam menjaga kebugaran. Pasalnya, simpanan karbohidrat otot akan habis terpakai saat berlatih.
Sebelum memimpin pertandingan, wasit dapat mengikuti anjuran gizi yang sama dengan pesepakbola. Mereka harus mengonsumsi makanan berat sekitar 3,5 jam sebelum pertandingan. Pemain dapat merehidrasi tubuh di tengah pertandingan karena adanya dukungan dari tim di pinggir lapangan. Namun, ini tak berlaku bagi wasit yang lebih sulit mendapat akses untuk minum.
Salah satu anjuran yang dapat diaplikasikan oleh wasit adalah membawa tempat minum seperti yang biasa dilakukan atlet balap sepeda. Nantinya, terdapat wadah yang terisi minuman yang cukup untuk separuh pertandingan dan dapat diisi ulang saat turun minum.
Di ruang ganti, wasit diharapkan mengonsumsi âsport drinkâ untuk meminimalisasi dehidrasi dan menunda kelelahan karena kandungan karbohidrat di dalamnya. Wasit juga diperbolehkan mengonsumsi makanan yang lebih padat jika memungkinkan.
Capek. (Sumber gambar: bbc.co.uk)
Untuk memulihkan cadangan glikogen yang habis terpakai, segera setelah pertandingan usai, para wasit dapat mengonsumsi makanan sumber karbohidrat atau jika perlu dapat dilengkapi dengan minuman berkarbohidrat.
Perbaikan massa otot membutuhkan asupan energi dari karbohidrat dan protein, sehingga asupan protein tidak boleh ditinggalkan. Telur acak dan daging sapi untuk menu sarapan, dilengkapi yoghurt dan buah segar atau kacang-kacangan dan buah kering sebagai snack dapat memenuhi kebutuhan protein sehari-hari. Untuk makan siang dan malam dapat menggunakan daging maupun ikan. Para wasit dapat pula menyempurnakan dengan meminum seporsi protein whey sehari setelah pertandingan. Dalam memperbaiki status hidrasi, wasit dapat mengonsumsi air kurang lebih dua liter setiap hari dan mengurangi konsumsi teh, jus buah, dan kopi.
Masa pemulihan usai pertandingan merupakan kesempatan yang tepat untuk perbaikan massa otot (dengan peran protein), perbaikan simpanan glikogen sebagai cadangan energi (dengan peran karbohidrat), dan perbaikan status hidrasi (dengan peran air).
Diabaikannya wasit dalam sebuah pertandingan tidak menjadi alasan mereka mengabaikan asupan gizi. Kebugaran ekstra dan performa tinggi yang disandingkan dengan ketepatan dalam menentukan kebijakan selama pertandingan membutuhkan latihan yang intensif dengan sokongan gizi yang cukup. Tidak terdapat perbedaan yang mencolok mengenai kebutuhan gizi para pemain sepakbola secara umum dengan wasit, sehingga wasit dapat menerapkan anjuran diet yang sama namun disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setiap individu.
*Penulis adalah ahli gizi yang suka bermain sepakbola. Aktif di akun @diyansetyaji
Sumber gambar: dailymail.co.uk
Komentar