Dalam sebuah kompetisi, setiap musim selalu ada yang datang dan pergi. Tapi siapa yang peduli? Adakah penggemar Juventus atau AS Roma di sini yang tahu kesebelasan mana yang musim depan promosi atau terdegradasi? Buat saya, musim ini ada satu momen penting di Serie A Italia karena Hellas Verona terdegradasi.
Siapa yang tidak senang rival abadi kini akhirnya terdegradasi? Siapa yang tak senang, rival sekota kini menderita?
Saya adalah penggemar Chievo Verona sejak 2000. Mungkin pembaca bingung, mengapa Verona degradasi, tapi saya senang. Tenang, karena yang terdegradasi adalah "Hellas", bukan "Chievo". Kedua kesebelasan tersebut berasal dari kota Verona. Di sepakbola, pendukung kedunya kerap bergumul karena persaingan yang begitu sengit. Walah hanya berstatus penonton layar kaca, tetapi setidaknya ada emosi serupa yang merasuk ke dalam jiwa, terlebih saya selalu mengikuti perkembangan AC Chievo Verona.
Saya adalah pencetus sekaligus admin akun twitter @ChievoVeronaFC yang menjadi akun komunitas bagi beberapa orang (Ya! Memang hanya beberapa orang!) pecinta Chievo di Indonesia. Kami sedang berusaha mendirikan fan base yang kami namakan Mussi Volanti Indonesia. Kenapa mesti Mussi Volanti? Mussi Volanti sendiri berarti Keledai Terbang.
Sejarah penamaan Keledai Terbang sendiri adalah ejekan yang dilemparkan pendukung Hellas Verona, kesebelasan lain asal Verona, untuk Chievo yang berasal dari daerah Chievo, di Verona. Akan tetapi, justru olok-olokan tersebut menjadi pemantik semangat bagi penggemar maupun Klub untuk membuktikan diri, bahwa Chievo memang bisa meraih mimpi untukterbang setinggi langit. Semangat dan Harapan itulah yang menjiwai kami untuk menggunakan nama tersebut.
Baca juga: Persaingan Pendukung Hellas dan Chievo di Kota Verona
Kepastian terdegradasinya Hellas terjadi pada pekan ke-35 Serie A, pada Selasa (26/4) dini hari WIB setelah peringkat ke-17, Carpi, menaklukkan Empoli 1-0. Hasil ini sekaligus memupus kemenangan dramatis Hellas 2-1 atas AC Milan di Stadion Marc Antonio Bentegodi sehari sebelumnya.
Hellas terdegradasi setelah hanya meraih 25 poin dan tertinggal 10 poin dari Carpi. Dengan menyisakan tiga laga, berarti poin maksimal yang bisa diraih Hellas hanya 34 poin yang tidak akan bisa mengejar Carpi.
Pada laga lain, Chievo menelan kekalahan 0-1 saat bertandang ke markas Atalanta pada giornata ke-35 Serie A. Akan tetapi kekalahan ini tak menggeser posisi Chievo di peringkat kedelapan klasemen dengan poin 48. Dengan hasil ini, berarti si Keledai sekarang terbang lebih tinggi jika dibandingkan saudara tuanya yang pernah sukses merengkuh satu perisai juara Liga Italia secara fenomenal pada 1985.
Chievo hingga saat ini belum pernah mengenakan lambang juara Liga Italia di kostumnya. Namun, sejak muncul ke Serie-A, Chievo perlahan mengepakkan sayapnya, meski sempat turun lagi ke Serie-B selama semusim.
Penggemar Hellas kerap mencemooh Chievo dalam chant: When donkey fly, well have derby in Serie A. Cemoohan tersebut kerap didengar saat Chievo berkutat di Seconda Cattegoria, hingga Lega Pro yang dulu menjadi bahan olok-olokan. Kini, penggemar Chievo bisa menepuk dada dan merasa bangga.
Lihat kawan, keledai memang tak bersayap. Akan tetapi kini tingginya sudah melampaui kalian wahai Verona Yunani!
Derby Della Scalla, derby yang mempertemukan Hellas dan Chievo benar-benar terjadi di Serie A. Musim depan, bolehlah kami giliran bernyanyi: Keledai Terbang akan kembali merangkak jika Derby Della Scalla terjadi di Serie B!
Catatan prestasi Chievo memang tidak sementereng Hellas. Jumlah penggemar Chievo pun bisa dikatakan paling sedikit di Verona maupun di Italia, juga di Indonesia. Kadang, penggemar kesebelasan semenjana seperti kami sering dicap sebagai hipster. Namun, banyak orang yang tidak paham kalau cinta itu buta, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Secara teknis, kesuksesan Chievo yang bisa bertahan di papan tengah Serie A tak lepas dari awal yang baik pada musim ini. Kami sempat merasakan sejuknya puncak pada giornata ketiga saat menang atas Empoli, telak atas Lazio, serta sanggup menahan imbang Juventus.
Selain kepergian Alberto Paloschi, tak ada yang membuat saya layak bersedih musim ini. Apalagi di penghujung musim di mana Chievo berhasil tak terkalahkan selama enam pekan sebelum ditumbangkan Atalanta. Degradasinya Hellas membuat saya kian menyayangi satu-satunya kesebelasan Italia yang pernah merasakan semua level kompetisi sepakbola Italia yang mulai merangkak mulai dari Terza Cattegoria, Seconda Categgoria, Prima Cattegoria, Promozione, Eccellenza, Serie D, Lega Pro 2, Lega Pro 1, Serie B, dan sekarang di Serie A.
Salam.
*Penulis tinggal di Kalimantan Barat, berakun twitter @nataliuzone dan @chievoveronaFC.
ed: fva
Komentar