Semangat kami tak pernah padam...
Suara kami pun takkan pernah hilang...
Yakinilah bahwa kau takkan sendirian...
Di sini kami selalu mendukungmu...
Lirik di atas adalah salah satu penggalan lagu yang menyemerakkan Stadion Tugu, Jakarta, Selasa (2/8) siang WIB. Bagi sebagian suporter, lagu tersebut memang tak memiliki keterikatan. Namun bagi Bonek – sebutan untuk pendukung Persebaya –, lagu tersebut adalah salah satu alat pembakar semangat mereka.
Selain lagu di atas, pembakar semangat Bonek lain adalah sosok dedengkot pendukung Persebaya, Andie Peci. Ya, meski tidak memiliki tubuh kekar dan besar, orasi-orasi Andie bisa membuat nyali ribuan Bonek yang berada di Stadion Tugu bergidik.
Saat bertemu Pandit Football, suara Andie mulai habis lantaran seringnya ia berteriak. Meski demikian, hal tersebut tak mengurangi keinginannya untuk berbagi semangat kepada suporter lain.
“Meski saat ini Persebaya sudah menang (atas PT. Mitra Muda Inti Berlian), namun kami masih belum puas. Gruduk Jakarta menjadi bukti bahwa ini adalah langkah awal Bonek untuk mengembalikan Persebaya ke persepakbolaan Indonesia,” jelasnya.
Seperti yang diketahui, bonek berangkat ke Jakarta untuk meminta keadilan dari PSSI atas keabsahan PT. Persebaya Indonesia, yang sebelumnya menang atas PT Mitra Muda Inti Berlian pada kasus hukum logo dan nama Persebaya.
“Kami datang ke sini bukan untuk mengemis hak-hak Persebaya yang orang-orang tersebut ambil. Tapi, kami datang ke sini untuk meminta. Penguasaan sepakbola oleh oligarki justru membuat kami semakin bersemangat,” kelakarnya.
Upaya Bonek meminta PSSI untuk mengembalikan hak-hak Persebaya dengan berangkat ke Jakarta memang begitu menarik perhatian. Selain karena jarak Surabaya ke Jakarta yang cukup jauh. Bonek juga harus menghadapi persoalan lain, yakni status mereka dengan pendukung Persija. Suporter asal Surabaya ini sebelumnya dikenal dekat dengan pendukung Persib Bandung, Bobotoh. Sementara, di sisi lain Bobotoh memiliki hubungan kurang baik dengan pendukung Persija, The Jak.
“Ya, hal tersebut memang menjadi persoalan awalnya. Tapi, lama kelamaan kami upayakan agar hal tersebut tidak menjadi masalah. Upaya PSSI untuk membuat kami diam dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Jakarta pada akhirnya menjadi bumerang untuk PSSI itu sendiri karena kami tetap mampu datang ke Jakarta dan justru tidak ada masalah yang muncul antara kami dengan The Jak,” ucap Andie.
“Langkah kami ini membuktikan bahwa tidak ada yang tidak bisa jika mau berusaha. Kami berharap agar suporter kesebelasan lain yang juga dimatikan oleh PSSI untuk berjuang bersama-sama,” tukasnya. “Sebab, perjuangan tidak mengenal kata terlambat.”
Perjuangan ribuan Bonek untuk meminta hak Persebaya mulai menemui titik terang mana kala mereka bertemu dengan salah satu Executive Comittee PSSI, Tony Apriliani. Dalam pertemuan antara Bonek dengan Tony, Selasa (2/8) siang WIB, disepakati bahwa PSSI siap mengembalikan hak-hak Persebaya ke persepakbolaan nasional.
“Apa yang dijanjikan oleh Tony dan Pak Imam Nahrawi (Menpora, bertemu pada malam harinya) membuat kami sedikit lega. Tapi, bukan berarti kami puas dan kami akan terus berjuang hingga status-nya menjadi jelas,” ujar Andie.
Andie berkata bahwa Bonek yang hadir saat ini baru mencapai 80% dari jumlah total. Ia pun berjanji bahwa dalam Kongres PSSI yang rencananya bakal digelar pada 17 Oktober 2016 mendatang, mereka bakal datang dengan pasukan yang lebih banyak.
“Kami datang ke sini bukan untuk melakukan hal yang buruk. Sebab, kedatangan kami ke sini untuk memastikan bahwa upaya PSSI me-mati-suri-kan Persebaya menjadi yang terakhir kalinya dalam sejarah kesebelasan ini,” tambahnya.
Saat ditanya apakah Bonek mau membuka tangan terhadap beberapa eks Persebaya yang kini berada di Bhayangkara Surabaya United, Andie tidak mempermasalahkannya. Tapi, ia menegaskan bahwa Bonek juga melihat alasan mereka pergi dari Persebaya, semisal Evan Dimas. “Kalau Evan, kan, sudah jelas. Pasti ada alasan tertentu di balik kepindahannya ke Bhayangkara.”
Terakhir, Andie, mewakili bonek, menyampaikan harapannya terhadap pengurus tertinggi persatuan sepakbola negeri ini. “Kalau harapan saya tidak berharap muluk-muluk, saya cuma bisa mengatakan agar PSSI tidak mengulangi hal-hal seperti ini (me-mati-suri-kan sebuah kesebelasan). Sebab, hal seperti inilah yang membuat prestasi sepakbola menjadi buruk.”
Komentar