Kenapa Underdog Disebut Kuda Hitam?

Klasik

by Dex Glenniza 75565 Pilihan

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Kenapa Underdog Disebut Kuda Hitam?

Pasti ada kesebelasan unggulan dan non-unggulan di olahraga sepakbola. Misalnya pada pengundian grup sebuah kompetisi saja, setiap pot ditentukan oleh status ini. Koefisien UEFA yang menentukan sebuah negara bisa mewakili berapa kesebelasan di Liga Champions dan Liga Europ juga ditentukan dengan hal-hal semacam ini.

Pada kenyataannya, bukan hanya di sepakbola istilah unggulan dan non-unggulan sering digunakan. Istilah ini sudah dikenal dengan nama ‘underdog’ atau di Inggris juga biasa disebut sebagai ‘minnow’. Meskipun kadang juga bisa menjadi ‘kalahan’ atau ‘orang sial’, dalam Bahasa Indonesia underdog secara umum diterjemahkan menjadi “kuda hitam”.

Kenapa ada ‘dog’ (anjing) di underdog? Kemudian di istilah Bahasa Indonesia, kenapa ada ‘kuda’ di kuda hitam? Kenapa tidak jadi ‘di bawah anjing’ saja? Atau kenapa tidak menggunakan ‘black horse’ untuk Bahasa Inggris?

Lagi-lagi kita melihat kekayaan terminologi, meskipun kali ini tidak khusus untuk urusan sepakbola. Istilah underdog memiliki arti seseorang atau suatu kelompok (di sepakbola berarti kesebelasan) yang lebih populer untuk kalah pada sebuah kompetisi.

Lawan kata underdog, atau yang diunggulkan untuk menang, langsung disebut sebagai ‘top dog’ (dengan spasi).

Awal istilah underdog

Istilah underdog berawal dari “olahraga” adu anjing (dog fight). Pada adu anjing, pemenangnya biasanya berada di atas pecundang, atau pecundang berada di bawah (terbaring kalah). Hal ini yang diserap menjadi istilah ‘under the winner’ (di bawah sang pemenang), yang kemudian menjadi ‘underdog’.

Bandar judi hampir pasti mencatat rekor siapa saja anjing yang menang dan kalah. Mereka kemudian mengelompokkan anjing-anjing tersebut ke dalam dua kategori, yaitu ‘top dog’ (anjing yang kemungkinan akan menang) dan ‘underdog’ (anjing yang kemungkinan akan kalah). Bagi penjudi yang memasang taruhan, nilai underdog akan lebih tinggi jika menang.

Saat ini istilah ‘underdog’ sudah banyak digunakan dalam kompetisi dan bukan hanya olahraga, tapi sampai politik dan banyak aktivitas lainnya. Sebaliknya, sedangkan istilah ‘top dog’ sudah meluas lagi menjadi seseorang yang memiliki kekuasaan atau kekuatan (alias bos).

Kata ‘underdog’ secara resmi masuk ke dalam Merriam-Webster Collegiate Dictionary pada 1887. Kemudian istilah ini mulai banyak digunakan di masyarakat luas pada abad ke-19 dengan memiliki arti yang awalnya adalah “anjing yang kalah pada adu anjing”.

Meskipun istilah ini berasal dari Amerika Serikat, Inggris mulai menggunakan ini pada koran-koran mereka sejak abad ke-19. Sekarang Inggris memiliki istilah lainnya untuk ‘underdog’, yaitu ‘minnow’.

Awal istilah kuda hitam

Sekarang kita beralih ke Bahasa Indonesia. Kita ambil istilah yang paling umum saja, yaitu ‘kuda hitam’. Ternyata kuda hitam ini bukan turunan langsung dari underdog.

Istilah ‘kuda hitam’ berawal pada tahun 1946, tidak lama setelah berakhirnya Perang Dunia II.Istilah ini sangat jauh dari peristiwa awal underdog di atas. Saat itu seseorang bernama Alec Ramsey, melakukan perjalanan kapal laut di lepas pantai utara Afrika bersama ayahnya.

Dalam perjalanannya kembali ke Inggris, di dek kapal, Alec melihat seekor kuda Arab yang membawa gula batu di punggungnya. Kuda itu berwarna hitam dan digambarkan sebagai kuda yang gagah. Saat itu kuda tersebut sedang ditarik dengan kasar oleh empat orang pria. Diam-diam Alec mendatangi kuda itu.

Malam itu, kapal mereka dihantam badai. Alec berusaha untuk membebaskan kuda hitam itu tetapi malah terlempar dari kapal.

Kapal tersebut kemudian tenggelam. Hanya Alec dan kuda itu yang selamat. Mereka terdampar di sebuah pulau terpencil. Alec dan kuda hitam tersebut membentuk ikatan persahabatan yang kuat. Sampai pertolongan datang menyelamatkan, mereka kembali ke Amerika Serikat di mana Alec bertemu dengan seorang pelatih kuda bernama Henry Dailey.

Henry mengajarkan Alec bagaimana menunggangi kuda. Alec menamai kudanya The Black Stallion. Namun, tanpa dokumentasi silsilah yang jelas mengenai asal-usul The Black Stallion, Alec tidak bisa mendaftarkan kudanya ke kejuaraan ternama.

Akhirnya The Black Stallion disertakan ke kejuaraan yang diikuti oleh kuda-kuda yang tidak memiliki silsilah jelas. Pertandingannya diawali dengan melawan dua kuda pacuan tercepat dalam kejuaraan tersebut, Cyclone dan Sun Raider. Sejak itulah legenda The Black Stallion dimulai.

Kemudian dari tahun ke tahun, istilah The Black Stallion atau kuda hitam digunakan orang-orang untuk menyebut mereka yang tidak diunggulkan tetapi justru menjadi juara, mereka yang tidak memiliki catatan sebagai juara tetapi justru membuktikan kepada dunia bahwa merekalah sang juara.

“Tanpa silsilah kenamaan, kita akan menaklukkan dunia dan membuat sejarah yang hanya milik kita, Black. Kamu hanya perlu berlari dan jangan pernah berhenti berlari,” seperti yang kami kutip dari Kompasiana. Kisah ini bisa Anda tonton dalam runutan video di bawah ini.

***

Melihat kedua penjelasan di atas, ternyata istilah underdog tidak ada hubungannya sama sekali dengan kuda hitam. Istilah kuda hitam sendiri ternyata terjemahan langsung dari kisah The Black Stallion.

Pada sepakbola, kehadiran underdog atau kuda hitam selalu mewarnai setiap kompetisi. Leicester City yang menjuarai Liga Primer Inggris musim lalu juga sudah terkenal dengan underdog. Kemudian pada, misalnya, pertandingan Piala FA antara Manchester United melawan Crawley Town (Februari 2011), Crawley Town disebut sebagai minnow.

Pada akhirnya ‘underdog’ memang ada hubungannya dengan anjing; dan ‘kuda hitam’ ada hubungannya juga dengan kuda.

Komentar