Oleh: Kidung Swara Mardika
Sejak dibeli oleh taipan Russia, Roman Abramovich pada 2003 silam, Chelsea merangsek naik menjelma menjadi kekuatan yang sangat diperhitungkan di kancah persepakbolaan Inggris. Gelontoran dana yang dikucurkan pebisnis yang juga seorang politikus ini menyilakan klub London Barat tersebut untuk habis-habisan bermanuver pada setiap bursa transfer.
Namun, tulisan ini tidak akan membahas tentang sepak terjang Roman Abramovich di industri sepakbola. Apalagi tentang hubungan Roman dengan Kremlin ataupun Putin. Tidak, tentu saja bukan itu.
Di balik segala kesuksesan Chelsea dalam satu dekade terakhir di bawah kekuasaan Roman Abramovich, diwakili dengan empat trofi Liga Primer, empat trofi Piala FA, dan satu trofi Liga Champions, tak banyak yang membicarakan sosok pria berkebangsaan Nigeria bernama John Obi Mikel. Pemain yang dibeli Chelsea sebesar £16m (harga yang cukup mahal untuk pemain yang saat itu masih berusia 19 tahun) dari klub Norwegia, Lyn, pada 2006 ini telah sukses mencatatkan 249 pertandingan bersama Chelsea.
Memang angka yang masih jauh apabila dibandingkan dengan legenda Chelsea seperti Frank Lampard atau John Terry yang telah menorehkan caps lebih dari 400 pertandingan. Tapi hal tersebut tidak menutup pintu apresiasi yang sudah semestinya diberikan kepada pria dengan nama asli John Michael Nchekwube Obinna ini.
Selama hampir sebelas tahun kariernya di Chelsea ia hanya berstatus menjadi pemain pelapis. Lalu apa yang menarik dari holding midfielder yang satu ini?
Seperti yang telah disebut di atas bahwa sejak era Roman Abramovich, Chelsea menjadi tim yang sangat jor-joran perihal pembelian pemain. Beberapa nama bintang besar sepak bola seperti, Andriy Shevchenko, Michael Ballack, Deco, Fernando Torres, Juan Mata, hingga Francesc Fabregas singgah ke kubu The Blues.
Budget yang dimiliki Chelsea seakan tak ada habisnya untuk terus mendatangkan pemain-pemain bintang untuk merapat dan memperkuat skuat. Tak hanya itu, barisan manajer pun ikut mengalami pergantian yang cukup dinamis di bawah kepemimpinan Abramovich. Setidaknya, sudah 12 kali bos Russia tersebut memecat dan mengganti posisi manajer Chelsea.
Dalam periode yang riuh tersebut, John Obi Mikel tetap berada di Chelsea, bahkan hingga sekarang. Meskipun terlihat tak terlalu memiliki peran yang vital di tim, toh buktinya semarak pergantian manajer yang menukangi Chelsea tak membuat dirinya tersingkir dari klub. Kemampuan Chelsea untuk mendatangkan pemain bintang, yang bahkan memiliki posisi sama dengan Obi Mikel belum juga membuatnya angkat kaki dari Stamford Bridge.
Ketika Chelsea memulangkan Nemanja Matic dari Benfica, nama Juan Mata yang disingkirkan lalu kemudian bermain untuk Manchester United. Kemudian kedatangan The New Makelele, N’Golo Kante, musim 2016/2017 ke Chelsea juga masih belum mengusik namanya di tim. Malah nama-nama seperti Fabregas dan Oscar yang santer diberitakan akan segera hengkang.
Jika ingin bersikukuh menyematkan bahwa Obi Mikel bukan pemain penting di Chelsea, tunggu dulu. Pada 2012 silam, ketika Chelsea berhasil meraih trofi Liga Champions pertama mereka di bawah asuhan manajer Roberto Di Matteo, tak banyak yang mengangkat topi kepada John Obi Mikel. Menjadi starter sebagai salah satu trio gelandang menemani Frank Lampard dan Juan Mata, peran John Obi Mikel cukup vital dalam kemenangan Chelsea.
Ya, perannya hari itu begitu sentral dan penting. Mudah memang menyematkan gelar pahlawan kepada Didier Drogba yang mencetak gol penyama kedudukan di menit ke-88. Sama mudahnya dengan melupakan prajurit yang menyelamatkan tim sepanjang pertandingan.
Melawan Bayern München di Allianz Arena yang tak lain merupakan kandang Bayern sendiri, Chelsea digempur tiada ampun. Tidak ada pilihan bagi Di Matteo kecuali menerapkan skema bertahan dan berharap kepada serangan balik. Di malam bersejarah itu sang kapten tim, John Terry, tidak bisa bermain. Gary Cahill harus berduet dengan David Luiz muda.
Sisi kanan pertahanan pun ‘hanya’ ditempati oleh Jose Bosingwa. Sedangkan sisi kiri menjadi pos yang lebih melegakan karena ada Ashley Cole di sana untuk mengawal pergerakan Arjen Robben. Petr Cech di bawah mistar lebih berfungsi sebagai Rosario yang memberikan ketenangan bagi barisan pertahanan Chelsea. Kiranya kiper berpengalaman tersebut berperan seperti frasa all is well dalam film 3 Idiots.
Namun bermain bertahan pun membutuhkan jenderal. Secara rendah hati John Obi Mikel telah berhasil mengemban tugas berat ini. Selama 120 menit ia membaca arah bermain lawan. Ia orang pertama yang menutup jalur serangan Die Roten sambil menunggu Frank Lampard kembali dari transisi menyerang ke bertahan.
Meskipun jarang menyentuh bola sepanjang pertandingan, keberadaan Obi Mikel mengakomodir pergerakan kawan-kawannya. Hasilnya Bayern dibuat frustasi dan terpaksa kalah lewat babak adu penalti. Oh iya, hari itu Di Matteo juga memiliki nama Michael Essien di bangku cadangan namun tetap mempercayakan penuh tugas menjaga pertahanan kepada John Obi Mikel.
Kaitan Obi Mikel dengan Foo Fighters
“When I talk about it
It carries on
Reasons only knew
When I talk about it
Aries or treasons all renew”
Foo Fighters – Big Me
Terlepas dari malam indah di ibu kota Jerman, apakah John Obi Mikel sedang mengejawantahkan kesetiaan secara tidak langsung? Apakah ia benar-benar mencintai Chelsea atau memang terlalu takut untuk petualangan yang belum tentu membahagiakan?
Di industri sepakbola modern, dengan ber-cv peraih titel juara yang cukup mentereng akan mudah bagi para pemain untuk pergi ke klub lain dan menjadi pemain inti dengan bayaran lebih tinggi. Namun John Obi Mikel tetap bertahan di Chelsea. Begitu juga sebaliknya, Chelsea masih sayang dengan Obi. Antonio Conte percaya John Obi Mikel.
Kisah tersebut seketika mengingatkan penulis dengan Nate Mendel. Apabila kisah hidup dan perjalanan karier memiliki genre, pastilah cerita pesepakbola dan pemain bass di band Foo Fighters ini memiliki genre yang sama; kesetiaan.
Setiap memutar lagu Best of You milik Foo Fighters, seakan-akan Dave Grohl sedang berteriak dramatis-romantis kepada Nate Mendel. Ya, Nate Mendel. Satu-satunya anggota Foo Fighters selain Dave Grohl sendiri yang tidak pernah tergantikan posisinya. Mantap juga menganalogikan Dave Grohl sebagai Roman Abramovich di sini.
“I`ve got another confession to make
I`m your fool
Everyone`s got their chains to break
Holdin` you
Were you born to resist or be abused?
Is someone getting the best, the best, the best, the best of you?
Is someone getting the best, the best, the best, the best of you?”
Foo Fighters – Best Of You
Sejak pertama kali manggung bareng Foo Fighters pada 1995 silam, Nate Mendel tetap berada di posisinya sebagai rythm section hingga hari ini. Artinya sudah dua puluh tahun lebih Mendel ikut berperan dibalik kesuksesan Foo Fighters. Posisi lain dalam band telah melalui beberapa perombakan posisi. Mulai dari keluar masuknya Pat Smear, perekrutan Taylor Hawkins yang membuat William Goldsmith ngambek, dan terakhir Chris Shiflett yang menggantikan Franz Stahl. Pembetot bass? Nate Mendel satu-satunya.
Senada dengan John Obi Mikel, peran Nate Mendel dalam musik Foo Fighters acap kali dilupakan. “Oh, Shiflett bermain dengan luar biasa. Hawkins begitu berenergi dan keren. Dave kembali membuat lagu yang fantastis,” begitu barangkali highlight untuk Foo Fighters yang sering terdengar.
Terhadap raungan rock khas Foo Fighters, teriakan-teriakan, juga hentakan drum yang agresif, di sanalah keberadaan Nate Mendel. Di dalam diam ia memeluk Foo Fighters menjadi kesatuan musik yang utuh. Porsinya sebagai jembatan elemen melodis dan bermain rapat untuk mengunci instrumen drum. Tentu saja peran yang sering terabaikan. Apalagi untuk bersaing dengan riff-riff tersohor yang menjadi andalan Foo Fighters.
Akan tetapi Dave Grohl tidak abai. Ia sadar betul akan peran Nate di dalam tim. Baik dari segi karakter personal maupun pemain bass di band. Dalam film dokumenter perjalanan karir Foo Fighters, Back and Forth, suatu ketika Nate Mendel pernah mengutarakan kepada si ‘Roman Abramovich’ bahwa ia lelah bermain bersama Foo Fighters. Reaksi Dave saat itu begitu kecewa dan dilingkupi kegalauan.
Dave lalu pergi ke luar untuk minum-minum sepanjang malam mengelilingi kota layaknya remaja yang baru saja diputuskan hubungannya oleh sang kekasih melalui telepon. Mantan drummer Nirvana itu pun seketika memutuskan bahwa dengan pernyataan Nate tersebut maka Foo Fighters juga akan bubar. Untung saja apa yang dikatakan Mendel hanyalah letupan emosi sesaat. Nyatanya Foo Fighters terus eksis sampai hari ini dan Nate Mendel masih berdiri merendah di sana.
Membayangkan John Obi Mikel dan Nate Mendel kemudian bertemu 20 tahun atau 30 tahun nanti. Saling menghabiskan masa tua di pesisiran pantai Ubud. Mereka berkawan tanpa banyak mengucapkan kata. Saling memahami satu sama lain walau tidak dengan saling bercerita. Berbekal pengalaman kisah perjalanan. Masing-masing telah penuh dengan ilmu cinta dan kesetiaan yang mahal harganya.
foto: @SquawkaNews
penulis adalah mahasiswa sekaligus content editor di sebuah majalah. Biasa berkicau di Twitter dengan akun @kidungbelang
Komentar