Artikel #AyoIndonesia karya Muhamad Ifanda Syufri
Tim nasional Indonesia akan memulai perjalanannya di piala AFF 2016 dengan menghadapi Thailand pada Sabtu, 19 November 2016. Penggawa timnas garuda akan berjuang agar bisa menjuarai turnamen dua tahunan ini untuk pertama kali.
Perjuangan mereka tidak akan mudah. Bahkan, sebelum piala AFF dimulai, masalah sudah muncul di timnas, mulai dari klub yang hanya diizinkan untuk mengirim dua pemain, hingga masalah cedera.
Timnas Indonesia bahkan telah kehilangan salah satu pemain andalannya, Irfan Bachdim.
Peran Irfan Bachdim dan permainan timnas
Di beberapa laga uji coba Indonesia, Irfan Bachdim jadi salah satu pemain yang paling diandalkan. Semangat tinggi, stamina yang baik, dan tak pernah lelah mengejar bola membuat dirinya cukup menonjol dalam permainan timnas. Dia bisa memahami dan melaksanakan perintah dari Alfred Riedl dengan sangat baik.
Di dalam skema 4-4-2 yang diusung oleh Alfred Riedl, Irfan yang bermain di belakang Boaz Solossa, seolah menjadi jembatan antara lini tengah dengan lini depan. Ia juga sering membuka ruang dan bertandem dengan baik bersama Boaz. Irfan Bachdim juga seakan-akan menjadi pemain yang bermain bebas tanpa terpaku pada posisi aslinya di lapangan.
Namun, Irfan Bachdim yang memiliki peran cukup penting di skema Alfred Riedl, tak bisa berangkat ke Filipina. Dia harus beristirahat selama dua bulan karena menderita cedera saat latihan bersama timnas, tiga hari sebelum keberangkatan ke Filipina.
Tentu, cedera Irfan Bachdim itu menjadi pukulan telak bagi timnas. Ditambah lagi, tidak ada striker timnas yang gaya permainannya persis sama dengan Irfan Bachdim, sehingga Riedl harus mencari cara lain agar posisi tersebut bisa digantikan dengan baik.
Saat ini, timnas memiliki empat penyerang di timnas, yaitu Boaz Solossa, Lerby Eliandry, Ferdinand Sinaga, dan Muchlis Hadi yang dipanggil Riedl menggantikan Irfan Bachdim. Dengan Boaz yang sepertinya sudah menyegel satu tempat di skema 4-4-2 Riedl, berarti tiga pemain itu akan berebut mengisi posisi yang ditinggalkan Irfan Bachdim.
Lerby yang dimainkan dalam beberapa laga uji coba timnas, merupakan tipikal striker yang lebih banyak menunggu di depan atau bermain sebagai pemantul umpan-umpan pemain lain. Ia akan bermain lebih baik jika diposisikan sebagai seorang target man.
Muchlis yang dipanggil untuk menggantikan Irfan adalah pemain yang bisa dibilang mirip dengan Boaz. Ia adalah pemain muda, punya kemampuan baik dalam hal fisik maupun teknik. Muchlis bisa ditempatkan sebagai striker tunggal dan second striker. Namun, tentu Muchlis yang baru dipanggil dan baru akan bergabung dengan tim, butuh adaptasi. Dan juga, pengalaman Muchlis di timnas senior juga masih sangat minim.
Pemain yang mungkin bisa menggantikan Irfan Bachdim di skema 4-4-2 Riedl adalah Ferdinand Sinaga. Pergerakan, stamina, semangat, dan gaya main Ferdinand mungkin yang paling mirip dengan Irfan. Ferdinand juga sudah cukup lama bergabung dengan pelatnas timnas dan juga punya pengalaman yang cukup di timnas senior, sehingga tentu dia setidaknya tahu skema yang diinginkan Riedl. Negatifnya, dia tidak terlalu banyak mendapat menit bermain di laga-laga uji coba yang telah dilaksanakan timnas.
Skema lain yang mungkin bisa dicoba Alfred Riedl
Dari daftar skuat Indonesia di Piala AFF 2016, Indonesia membawa banyak pemain bertahan yang baik dan para gelandang kreatif, namun mengalami ‘krisis’ di lini depan. Seperti yang dijabarkan di atas, kekuatan di lini depan akan berkurang karena cederanya Irfan Bachdim.
Skema 4-4-2 yang dipakai Riedl sebenarnya tidak buruk. Terbukti dalam beberapa uji coba, lini serang timnas cukup baik, hanya perlu beberapa perbaikan dari segi pertahanan. Dalam skema 4-4-2 itu, tidak ada gelandang bertahan yang bisa menetralisir serangan lawan sebelum sampai ke pusat pertahanan timnas. Demikian pula bek sayap yang mudah dilewati.
Evan Dimas, Stefano Lilipaly, Dedi Kusnandar, dan Bayu Pradana, jika dua di antara mereka dimainkan sebagai gelandang tengah, maka satu diposisikan untuk menyerang dansatu lainnya bertahan.
Contohnya ketika Evan dimainkan bersama Lilipaly di laga uji coba melawan Vietnam. Ketika Evan naik membantu penyerangan, maka Lilipaly akan membantu pertahanan. Karena Lilipaly bukanlah seorang gelandang bertahan murni, tentulah dia juga tidak terlalu baik dalam bertahan. Inilah yang sepertinya membuat timnas mudah ditembus dari tengah.
Riedl memang bisa saja mencoba skema lain, seperti 4-3-3 atau 4-2-3-1.
Untuk skema 4-3-3, sepertinya agak sulit diterapkan, karena pelatih asal Austria ini belum pernah memainkan tiga gelandang di tengah. Jika menerapkan skema ini, risiko yang diambil Riedl lebih besar. Tapi jika memang sangat dibutuhkan, skema ini bisa menjadi alternatif.
Formasi 4-2-3-1 agaknya menjadi skema yang paling cocok jika Riedl ingin mencoba skema lain. Apalagi skema 4-2-3-1 akrab bagi pemain karena banyak digunakan tim-tim sepakbola Indonesia. Dengan komposisi skuat timnas yang dibawa ke Filipina, skema ini adalah skema pas jika digunakan oleh timnas Indonesia. Timnas Indonesia memiliki banyak gelandang berbakat, tapi krisis di lini depan.
Dengan skema 4-2-3-1, Riedl tentu bisa menempatkan lebih banyak gelandang yang bisa menyalurkan kreatifitas -- kreatifitas yang dibutuhkan para penyerang untuk mencetak gol. Selain itu, jugan akan ada dua orang yang berperan sebagai gelandang bertahan yang akan menahan serangan dari lawan terlebih dahulu sebelum sampai ke pertahanan. Peran tersebut bisa dimainkan oleh Manahati Lestusen dan Bayu Pradana untuk membantu Yanto Basna dan Fachrudin di belakangnya.
Di depan Manahati dan Bayu, timnas bisa menempatkan Evan Dimas atau Stefano Lilipaly, sementara di sayap kiri dan kanan ada Zulham Zamrun dan Andik Vermansah yang akan menopang Boaz atau Lerby di depan.
Skema dasar 4-2-3-1 ini juga bisa dikembangkan menjadi 4-1-4-1. Pada skema dasar, timnas bisa memainkan Bayu bersama Evan di posisi gelandang bertahan, tapi kemudian di dalam permainan, Evan bisa naik ke depan untuk membantu penyerangan bersama Lilipaly, Zulham dan Andik.
Pada sistem 4-2-3-1, pressing ketat juga bisa berfungsi baik, karena banyak pemain di lini tengah yang bisa melakukan pressing kepada lawan. Operan-operan pendek juga pasti akan berfungsi dengan baik, yang tentunya akan menguntungkan karena timnas akan menguasai permainan.
Akan ada banyak kreasi serangan dari para gelandang yang akan memanjakan penyerang. Para gelandang bertipikal menyerang seperti Evan dan Lilipaly juga akan lebih tenang dalam membangun serangan, karena mereka tidak lagi dibebani tugas untuk bertahan, sebab di belakang mereka ada satu orang gelandang bertahan yang membantu pertahanan.
Bek sayap dan pemain sayap bisa saling membantu, baik dalam bertahan maupun menyerang. Bek tengah akan terbantu dengan adanya gelandang bertahan yang akan menghadapi serangan lawan terlebih dahulu, sehingga mereka bisa lebih siap jika gelandang bertahan tadi dilewati lawan.
Untuk para penjaga gawang, tiga kiper yang dibawa timnas, yakni Andritany Ardhiyasa, Kurnia Meiga dan Teja Paku Alam, punya kemampuan yang tidak jauh berbeda. Tapi, ada satu catatan yang harus selalu diperhatikan agar skema ini bisa berjalan mulus, yaitu jarak antar lini tidak boleh terlalu jauh.
Semua pilihan tentu ada di tangan Alfred Riedl. Opa Riedl lebih tahu skema yang paling cocok dengan skuat timnas saat ini, taktik yang akan dimainkan, maupun pemain yang akan dipilihnya.
Mari berharap, apapun yang nantinya dipilih Riedl, merupakan yang terbaik untuk timnas. Saat ini, yang bisa kita lakukan tentu berdoa dan terus mendukung timnas Indonesia agar bisa membawa pulang tropi piala AFF untuk pertama kalinya ke tanah air tercinta, Indonesia.
Ayo Indonesia!
Penulis adalah seorang pelajar yang sangat menyukai sepakbola. Bercita-cita menjadi akuntan dan pelatih tim sepakbola. Beredar di dunia maya dengan akun Twiter @MuhamadIfanda. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis. Selengkapnya baca di sini: Ayo Mendukung Timnas Lewat Karya Tulis.
Komentar