Perhatian masyarakat Jerman mungkin lebih sedikit terpusat ke laga Der Klassiker, pertandingan yang sebenarnya masih kalah panas dengan Revierderby yang sudah disusupi kebencian, yang mempertemukan antara Borussia Dortmund dan Bayern München pada Bundesliga pekan ke-11 yang berlangsung pada 19-20 November 2016. Mereka lupa bahwa ada hal yang tak kalah menarik terjadi di tempat lain.
Spieltag 11 mencatatkan hal lain selain kemenangan Dortmund atas Bayern dengan skor 1-0. Mari lemparkan pandang ke arah BayArena, tempat pertarungan antara sang empunya stadion, Bayer Leverkusen, melawan sang tamu dari wilayah Jerman Timur, RB Leipzig. Pertandingan tersebut berjalan seru, saling kejar-mengejar angka, sebelum akhirnya Die Roten Bullen berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 2-3.
Dalam kemenangan tersebut, cukup banyak standar dan hal baru yang berhasil ditancapkan oleh RB Leipzig. Standar-standar yang, membawa mereka sekarang untuk sementara duduk di peringkat pertama klasemen Bundesliga mengungguli Bayern München dan membuat perhatian mulai teralih ke mereka, selain hal-hal baru yang juga mulai mereka dapatkan.
11 Pertandingan Tak Terkalahkan, Dengan Enam Kemenangan Beruntun Di Dalamnya
RB Leipzig menjadi klub pertama dalam sejarah Bundesliga yang menorehkan catatan tidak kalah dalam 11 pertandingan. Dahulu, pada musim 1993/1994, MSV Duisburg menorehkan catatan tidak kalah dalam 10 pertandingan. Sekarang, catatan tersebut resmi terlewati dan menjadi masa lalu, karena RB Leipzig sudah menorehkan standar baru di sana dengan 11 pertandingan tak terkalahkan.
Lebih hebatnya lagi, dalam 11 pertandingan tersebut, enam dari delapan kemenangan yang mereka dapatkan diraih secara beruntun. Dalam Bundesliga 2016/2017 sejauh ini, hanya Leipzig yang sukses mencatatkan hal tersebut.
Mulanya Dibenci, Sekarang Mulai Ada yang Menaruh Hati
Dengan jalan dan cara yang ditempuh RB Leipzig untuk naik merangkak dari divisi lima sampai sekarang berkompetisi di Bundesliga, banyak suporter dari tim lain yang membenci. Kepala banteng dilempar ke stadion, boikot pertandingan, dan spanduk-spanduk berisikan penolakan yang dibentangkan di stadion, semua sudah pernah Leipzig alami selama bertandang ke kandang lawan. Melihat siapa yang berada di belakang mereka dalam meraih kesuksesan, tak heran para suporter pun marah.
Baca Juga:
RB Leipzig, Sepakbola Jerman Timur, dan Kapitalisme yang Menolong Mereka
Kenapa Suporter Borussia Dortmund Melakukan Boikot Pertandingan?
Sepakbola Sebagai Jalan Sukses Minuman Berenergi
Namun sekarang, di tengah prestasi-prestasi positif yang terus diraih oleh RB Leipzig, mulai banyak orang yang menaruh hati. Setelah Mark van Bommel yang meramalkan bahwa Leipzig akan meramaikan perebutan posisi atas Bundesliga 2016/2017, sekarang giliran Thomas Tuchel, pelatih Dortmund, yang mulai menaruh perhatian kepada RB Leipzig.
"Saya ingat fenomena Leicester City di Liga Primer musim 2015/2016. Menurut saya RB Leipzig dapat melakukan hal yang sama. Saya semakin yakin dengan prediksi saya setiap kali melihat mereka bermain. Mulai sekarang mereka harus dianggap sebagai lawan yang serius," ujar Tuchel.
Menerapkan Pola Permainan yang Menghibur
Tim yang baru promosi dari divisi dua ke divisi utama lazimnya bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik, karena mereka sadar bahwa mereka hanyalah kurcaci di tengah kepungan tim-tim besar divisi utama. Namun lain hal dengan RB Leipzig.
Bermaterikan pemain-pemain muda yang masih berusia 21-25 tahun, Leipzig justru menampilkan permainan yang atraktif dan menghibur. Pressing yang ketat ketika pemain lawan masuk area pertahanan dan sedikit pemaksaan kepada pemain lawan untuk mengalihkan bola ke sayap, serta model serangan yang langsung menusuk dari tengah dengan build up dan transisi yang cepat, membuat permainan RB Leipzig begitu menghibur mata penonton karena kombinasi umpan-umpan pendek yang kerap terjadi, terutama di tengah lapangan.
Model permainan yang sedikit banyaknya dipengaruhi oleh sosok Ralf Rangnick ini, juga memberikan penyegaran dan hal baru, bahwa klub yang berasal dari divisi dua pun mampu menyajikan permainan yang menarik.
Baca Juga:
Taktik yang Meroketkan RB Leipzig ke Papan Atas Bundesliga
Meramaikan Kembali Jerman Timur
Sejak Energie Cottbus terdegradasi dari Bundesliga ke Bundesliga 2. pada 2009 silam, tidak ada lagi perwakilan dari daerah Jerman Timur di Bundesliga. Pamor RB Leipzig yang naik ini tentunya membawa keriuhan-keriuhan Bundesliga terbagi juga ke Jerman Timur, setelah sejak 2009 daerah itu, seperti yang diibaratkan oleh Back Page Football, laiknya padang pasir.
Total 40.000 penonton yang datang ke Red Bull Arena (Zentralstadion) merupakan sebuah bukti antusiasme penduduk Leipzig akan sepakbola yang kembali menggeliat di daerah mereka. Klub ini berhasil memenangkan hati dari penduduk Leipzig, meski tidak berhasil memenangkan hati dari penduduk Jerman laiknya Leicester City di Inggris.
Dengan mulai bangkitnya RB Leipzig, maka kota Leipzig pada khususnya dan wilayah Jerman pada umumnya, sudah mulai kembali merasakan denyut sepakbola yang sempat mati suri.
**
Berikut adalah hal dan standar baru yang berhasil diterapkan oleh RB Leipzig di Bundesliga. Meski mungkin saja pada akhir musim nanti segala sesuatunya masih bisa terjadi, entah RB Leipzig juara liga atau malah RB Leipzig akan kembali ke divisi dua.
Tapi dengan pencapaian mereka ini, setidaknya Die Roten Bullen akan diingat sebagai klub yang pernah memberikan bumbu sedap kepada Bundesliga yang kerap dikuasai oleh München ataupun Dortmund.
foto: @RBLeipzig_EN
Komentar