Artikel #AyoIndonesia karya Fajar Asmara
Dalam partai final AFF 2016, Thailand sebagai juara bertahan memang lebih diunggulkan menjadi juara ketimbang Indonesia. Rekor tidak terkalahkan selama gelaran Piala AFF 2016 menjadi salah satu alasan mengapa Thailand diunggulkan menjadi juara. Ditambah permainan menyerang nan atraktif yang ditunjukkan oleh Teerasil Dangda dan kawan-kawan semakin membuat Thailand di posisi teratas untuk merengkuh gelar Piala AFF 2016.
Walau diunggulkan sebagai juara, namun pola jalur juara Piala AFF 2016 justru berpihak ke Indonesia. Untuk sementara mari kita lupakan hal teknis terukur berupa taktik dan strategi Alfred Riedl, dan melihat bagaimana Professor Yohanes Surya Mestakung teori bekerja. Ini adalah cocokologi timnas Juara Piala AFF 2016.
Istilah semesta mendukung dipopulerkan oleh seorang fisikawan bernama Prof. Yohanes Surya. Teori ini diambil dari konsep sederhana fisika, bahwa ketika sesuatu berada dalam kondisi kritis maka setiap partikel di sekelilingnya akan bekerja serentak demi mencapai titik ideal. Kekuatan alam akan bersatu mewujudkan mimpi bagi siapa saja yang memercayainya dan mau bekerja keras.
Dalam buku nya yang berjudul Mestakung, Prof Surta menjelaskan terdapat tiga hukum mestakung ini. Pertama setiap kondisi kritis pasti ada jalan keluar. Hukum mestakung pertama ini menggambarkan kondisi timnas Indonesia selama akan persiapan dan menjalani gelaran piala AFF 2016 yang begitu mengkhawatirkan. Dalam menyambut gelaran AFF 2016, pelatih Alfred Riedl tidak bisa memanggil para pemain terbaik Indonesia karena adanya peraturan pembatasan pemanggilan maksimal dua pemain setiap klub.
Aturan ini sebagai dampak dari terus berjalannya Indonesia Soccer Championship selama Piala AFF berlangsung. Pembatasan jumlah pemain setiap klub untuk membela timnas membuat Alfred Riedl harus berpikir dan memilih dengan bijak siapa saja pemain yang cocok dengan strategi dan formasi bermainnya. Ditambah Alfred Riedl sempat kesulitan ketika beberapa klub enggan melepas pemainnya untuk timnas Indonesia. Riedl bahkan sempat mengeluh dengan kondisi kritis yang menimpa timnas Indonesia ini.
Melihat hukum mestakung pertama, setiap kondisi kritis selalu ada jalan keluar, ternyata kondisi kritis timnas Indonesia selalu memiliki jalan keluar yang unik. Salah satu yang unik adalah Hansamu Yama yang sempat dicaci di media sosial karena tidak sengaja mencederai Bachdim, nyatanya dalam dua laga penting, semifinal dan final AFF 2016 selalu menjadi penyelamat sekaligus jalan keluar Indonesia dalam kondisi kritis. Gol sundulannya ke gawang Vietnam dan Thailand mampu menjaga asa Indonesia untuk bisa merengkuh gelar Piala AFF 2016.
Hukum mestakung kedua adalah ketika seseorang melangkah, ia akan melihat jalan keluar. Pada dua partai perdana Piala AFF 2016, Indonesia bermain tidak begitu menjanjikan. Pola serangan dan pertahanan Indonesia bisa dibilang ya segitu-segitunya. Dari dua partai perdana Piala AFF 2016, Indonesia hanya mampu meraih satu poin, hasil dari satu kali kekalahan melawan Thailand dan hasil imbang saat menghadapi tuan rumah Filipina. Rasa pesimis untuk bisa lolos ke babak semifinal langsung menyelimuti publik sepakbola Indonesia. Dipersulit dengan kondisi Indonesia baru bisa lolos ke semifinal apabila Filipina gagal meraih poin dari tim terkuat Thailand sedangkan Indonesia harus menang melawan Singapura.
Sempat dikejutkan oleh gol Singapura melalui sepakan voli Khairul Amri di babak pertama, Indonesia kemudian berusaha membongkar pertahanan Singapura di babak kedua. Dua umpan silang dari sisi kiri berhasil dikonversi menjadi gol oleh Andik Vermansah dan Stefano Lilipaly. Indonesia kemudian seakan menemukan pencerahan melalui seorang Rizky Porra yang tampil semakin baik seiring berjalannya turnamen. Hingga leg ke 1 final Pora sudah mencatatkan 4 asis. Umpan silang Pora seakan jalan keluar untuk lepas dari krisis.
Hukum mestakung yang ketiga adalah ketika seseorang tekun melangkah, ia akan mengalami mestakung, semesta mendukung. Dalam laga semifinal dan final Piala AFF 2016 leg pertama, kita melihat bagaimana perjuangan Boaz dkk. untuk terus bisa bertahan menghadapi tim-tim yang lebih difavoritkan untuk menang yaitu Vietnam dan Indonesia.
Semangat agar terus berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik membuahkan hasil kemenangan melawan Vietnam di laga semifinal dan final leg pertama melawan Thailand. Dalam dua laga tersebut sebenarnya Indonesia selalu berada dalam tekanan Vietnam dan Thailand. Mau tidak mau, suka tidak suka kita memang harus akui bahwa kualitas timnas Vietnam dan Thailand pada saat ini memang lebih baik dari timnas Indonesia.
Namun dengan kerja keras, nasib-nasib kritis timnas Indonesia dan kusutnya kondisi sepakbola Indonesia bisa jadi menjadi poin pembeda di piala AFF 2016 kali ini. Bahkan jika diperhatikan, sejak awal turnamen Indonesia tahu bahwa kondisinya sedang sulit, tapi memutuskan terus melangkah, berjuang sekuat tenaga tidak menyerah. Hasilnya kita bisa melangkah ke final dan bahkan memenangkan leg pertama.
Selain ada keterkaitan dengan tiga hukum mestakung, ada juga cocokologi yang berhubungan dengan pola turnamen. Ada banyak pola di dunia ini. Setiap kejadian memiliki polanya masing-masing. Sejarah selalu menemukan pengulangannya. Beberapa pola berulang di Piala AFF mendukung Indonesia untuk menjadi juara. Sejarah turnamen-turnamen sebelumnya pun tersenyum kepada Indonesia.
Salah satunya pola yang terjadi di Piala AFF sebelumnya, yang berhubungan dengan striker Thailand, Teerasil Dangda. Teerasil yang tampil begitu garang di gelaran Piala AFF 2016 ini telah mencatatkan 6 gol, termasuk gol tandang saat melawan Indonesia di final, membuat dirinya menjadi pencetak gol terbanyak di piala AFF 2016. Akan tetapi walau sukses menjadi pencetak gol terbanyak dalam Piala AFF 2016, sejarah mencatat jika Teerasil sukses menjadi top skor maka Thailand akan gagal menjadi juara. Hal ini dilatarbelakangi kegagalan Thailand dalam dua final piala AFF tahun 2008 dan 2012. Dalam dua gelaran final tersebut, Teerasil sukses menjadi top skor namun Thailand harus kalah di partai final.
Pola para juara Piala AFF dari tahun 2004 yang menggunakan system kandang-tandang, tim yang unggul pada leg pertama akan merengkuh gelar juaran piala AFF. Pada tahun 2004, timnas kita harus mengakui keunggulan Singapura pada leg pertama dengan skor 3-1 dan pada leg kedua timnas Indonesia kalah lagi 2-1. Begitupun pada tahun 2010, timnas Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia 3-0 pada leg pertama dan gagal mengejar agregat pada leg kedua walau menang 2-1. Sementara pada tahun 2007, 2008, 2012, dan 2014 pola tim yang memenangi leg pertama kemudian menjadi juara terus berlanjut. Singapura, Vietnam dan Thailand mampu menjaga tren pola sebagai tim yang unggul pada leg pertama keluar sebagai juara piala AFF. Pada final AFF 2016, Indonesia sukses mengalahkan Thailand pada pertandingan leg pertama final AFF 2016 dengan skor 2-1.
Ada juga yang mengaitkan pola kiprah timnas Indonesia yang mirip dengan pola kiprah timnas Portugal di ajang Euro2016. Tidak diunggulkan, terseok di fase grup, sama-sama berkostum merah, kapten sama-sama nomor 7, di semifinal bertemu lawan yang sama menggunakan warna merah (Vietnam sebagai Wales), di final bertemu lawan yang menggunakan baju biru (Thailand sebagai Perancis), dan bahkan Andik yang cedera diawal laga final leg 1 disamakan dengan cederanya Cristiano Ronaldo pada laga final Euro 2016. Padahal yang mirip Ronaldo kan Zulham bukan Andik. Tapi di sini terlihat bahwa masyarakat Indonesia gemar sekali mengait-ngaitkan sesuatu yang memiliki pola yang sama dan percaya bahwa semesta akan mendukung semua itu terjadi.
Melihat berbagai pola dan hukum mestakung yang dikaitkan dengan kondisi timnas Indonesia di final AFF 2016 mudah-mudahan mampu meningkatkan semangat juang dan menguatkan timnas kita untuk bisa meraih hasil maksimal saat menjalani leg kedua nanti di Thailand.
Walau Thailand memiliki keunggulan gol tandang, tapi kita tak usah risau, karena kita dan skuat timnas Indonesia bisa mengingat hukum mestakung pertama setiap kondisi kritis pasti ada jalan keluar. Walau Thailand adalah tim terkuat di Asia Tenggara, kita tak perlu takut karena tinggal mengingat hukum mestakung kedua ketika seseorang melangkah, ia akan melihat jalan keluar. Walau Thailand tim paling sedikit kebobolan, tidak usah takut, toh timnas kita, hanya timnas Indonesia yang mampu menjebol gawang Thailand empat kali, dan tentu saja sekali lagi tinggal mengingat hukum mestakung ketiga ketika seseorang tekun melangkah, ia akan mengalami mestakung.
Timnas Indonesia telah melakukannya di leg pertama, di leg kedua Indonesia pun pasti bisa. Semoga semesta mendukung timnas Indonesia menjadi juara! Setelah ratusan purnama berlalu, mungkin ini saatnya Indonesia bisa berjaya di Piala AFF 2016 ini. Semoga saja!
Penulis merupakan fans berat dari Zulham Zamrun dan biasa berkicau lewat akun @fajarasamara. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.
Komentar