Jalan Berliku Persipa Pati

PanditSharing

by Pandit Sharing 46114

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Jalan Berliku Persipa Pati

Oleh: Muhammad Sukron Fitriansyah

Sepakbola adalah pilihan. Jika seorang pemain bebas memilih klub yang akan ia bela, sebagai suporter kita juga bebas memilih klub mana yang akan kita dukung. Tidak pandang dari pulau mana klub tersebut.

Kecintaan terhadap sesuatu, termasuk sepakbola tak bisa dibatasi. Seperti kecintaan saya kepada Persija Jakarta yang saya kenal sejak era trio ABG (Aliyudin, Bambang Pamungkas, dan Greg Nwokolo) berjaya. Tapi ada satu hal yang tidak boleh saya lupakan, yakni mendukung sepenuh hati klub kelahiran.

Di utara pulau Jawa terdapat sebuah kabupaten kecil bernama Pati. Itu adalah tempat dimana saya dilahirkan. Kabupaten yang menjadi sentra kelapa kopyor di Indonesia ini memang kurang begitu familiar di telinga masyarakat umum, bahkan yang berada di pulau Jawa sekalipun. Pati memang kalah tenar dengan kabupaten tetangga seperti Rembang, Kudus, maupun Blora. Namun, hal tersebut tidak mengurangi kecintaan saya terhadap Pati.

Geliat persepakbolaan di kabupaten Pati juga menarik banyak peminat. Persipa Pati merupakan klub kebanggaan kami masyarakat Pati. Sebagian besar mereka adalah kaum muda-mudi dari berbagai penjuru Pati yang begitu memuja Persipa Pati. Perkenalan saya dengan dunia sepakbola di Pati baru benar-benar intim saat saya memutuskan bergabung dengan SSB (sekolah sepakbola) di salah satu kecamatan.

Di sana kami ditempa secara fisik, taktik, dan kerjasama. Harapannya SSB kami dapat berbicara lebih saat melakoni turnamen demi turnamen di Pati, dan dapat melihat secara langsung perkembangan sepakbola Pati.

Turnamen yang kami jalani memang berjalan ketat. Ternyata banyak bibit muda yang ada di Pati. Bahkan nama seperti Rudi Widodo (Persija) dan Wawan Febrianto (eks Timnas U-19) merupakan pemain asli Pati. Sejatinya masih banyak pemain-pemain berbakat yang ada di Pati. Namun, ketidakseriusan pemerintah setempat dan kurangnya kesadaran merupakan permasalahan yang masih terjadi.

Sejarah singkat Persipa Pati

Persipa Pati lahir di awal-awal kemerdekaan yakni tahun 1951. Saat itu Persipa Pati memang belum terlalu dikenal banyak pecinta sepakbola nasional. Laskar Saridin dan Lembu Landoh merupakan julukan bagi Persipa Pati. Saridin adalah tokoh penting yang disegani oleh masyarakat Pati. Sedangkan Lembu Landoh merupakan kerbau peliharaan Saridin yang kulitnya tidak mampu ditembus senjata apapun.

Namun, masyarakat Pati secara umum lebih condong menyebut Persipa Pati sebagai “Laskar Saridin”. Di luar apapun makna dari kedua julukan di atas untuk Persipa Pati, semuanya memiliki makna yang hampir sama, yaitu sebagai tanda bahwa Persipa Pati sebagai klub yang ditakuti lawan-lawannya.

Untuk mendukung setiap pertandingan yang bakal dilakoni, Persipa Pati sering menggunakan Stadion Joyokusumo, stadion yang menjadi kebanggaan masyarakat Pati. Stadion Joyokusumo mampu menampung 10.000 ribu Patifosi (suporter Persipa Pati). Sebagai putra daerah Pati, saya baru sekali bertandang ke Stadion Joyokusumo. Itu pun bukan sebagai suporter untuk mendukung Persipa Pati saat bertanding. Melainkan sebagai pemain.

Saat itu kami diberi kesempatan mewakili SSB yang kami bela berlaga di Turnamen Bupati Cup. Turnamen yang diikuti berbagai SSB di Pati. Bagian depan stadion memang tampak biasa saja. Ruang-ruang yang ada di dalam stadion terlihat masih terawat. Naik ke bagian tribun, akan sedikit berbeda.

Stadion Joyokusumo ini hanya memiliki tribun yang terdapat atapnya di bagian depan saja—atau yang sering digunakan untuk tamu undangan dan penonton VIP. Sedangkan tribun lainnya dibiarkan terbuka. Untuk tempat duduk semua tribun juga tak ada kursi, karena hanya sebatas tempat duduk menyerupai tangga.

Pemerintah setempat memang kurang memberikan perhatian khusus terhadap kesebelasan Persipa Pati, khususnya permasalahan terkait stadion. Stadion Joyokusumo malah sering digunakan sebagai tempat konser musik musisi-musisi ibukota. Alasannya mungkin karena Persipa Pati jarang berlaga di level tertinggi sepakbola Indonesia. Akibatnya banyak fasilitas stadion yang rusak seperti rumput stadion.

Melacak prestasi tertinggi Persipa Pati memang agak rumit. Prestasi tertinggi Persipa Pati tertinggi adalah pernah berlaga di Divisi I Liga Indonesia. Hal tersebutlah yang didamba-dambakan Patifosi saat ini. Di suatu laga saat Persipa bertanding, sebuah spanduk bertuliskan “Bapak…!Rasane Divisi Utama Niku Pripun”. Sebuah kerinduan tergambar jelas di spanduk tersebut. Kerinduan melihat Persipa Pati bertanding di level lebih tinggi (Divisi Utama). Maklum, sudah lama Persipa Pati berjibaku di Liga Nusantara.

Tahun lalu menjadi tahun emas Persipa Pati. Pada gelaran Liga Nusantara 2016 zona Jawa Tengah, Persipa Pati berhasil menembus hingga babak semifinal. Sebelum akhirnya dikalahkan Persikaba Blora dengan agregat 1-0 di Stadion Krisdosono. Di leg pertama Persipa Pati ditahan imbang dengan skor kacamata. Persikaba Blora sejak dulu memang menjadi lawan bebuyutan Persipa Pati. Jadi tak heran laga semifinal tersebut berjalan seru.

Di luar itu Persipa Pati tahun 2016 kemarin juga tampil berbeda. Jersey yang mereka kenakan berbalut sponsor. Hal yang sangat jarang masyarakat Pati melihatnya belakangan ini. Ditambah lagi dengan bus khusus tim Persipa Pati yang didesain memakai logo dan warna merah kebesaran Persipa Pati. Tentu bus tersebut akan memudahkan Persipa Pati untuk melakukan tour ke luar kota. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi suporter dan pemain-pemain Persipa Pati.

Satu hal yang juga patut untuk diapresiasi adalah loyalitas Patifosi untuk tetap mendukung Persipa Pati. Tahun kemarin dukungan dari Patifosi sangat luar biasa, walau Persipa Pati tak mengangkat trofi. Tapi saat melakoni laga tandang di luar kota Patifosi turut hadir memberikan dukungan untuk Persipa Pati. Termasuk saat Persipa Pati mangalami masalah finansial. Patifosi dengan sukarela menggalang koin peduli Persipa Pati. Sebuah kecintaan terhadap klub benar-benar ditunjukkan oleh Patifosi.

Persipa Kini

Gonjang-ganjing kepengurusan PSSI dan polemik dengan Kemenpora mulai menemui titik terang. Edy Rahmayadi terpilih menjadi Ketua Umum PSSI. Gesekan antara PSSI dan Kemenpora pun telah mencair. Kini persepakbolaan Tanah Air mulai berbenah. Termasuk liga.

Liga Indonesia dijadwalkan akan bergulir bulan Maret mendatang. Semua klub nasional berbenah mempersiapkan diri dalam menyonsong Liga Indonesia. Pasca dicabutnya sanksi FIFA, klub-klub Indonesia bisa bernafas lega. Mereka sudah bisa berkompetisi lagi. Kesempatan emas itu seharusnya direspon baik oleh pengurus Persipa Pati dan pemerintah setempat.

Namun, tampaknya hal tersebut tidak mendapatkan respon dari pihak terkait. Persipa Pati hingga kini masih belum terdengar tanda-tanda kebangkitannya. Alih-alih bangkit, isu mempersiapkan skuat jelang bergulirnya kompetisi pun tak terdengar.

Malah isu tak sedap yang menyelimuti Persipa Pati. Salah seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati yang juga pernah menjabat sebagai bendahara Persipa Pati, terbukti melakukan tidak pidana korupsi aliran dana hibah untuk Persipa Pati. Tersangka akhirnya harus mendekam di penjara selama dua tahun karena perbuatannya.

Di balik apapun situasi Persipa Pati saat ini, pihak terkait seharusnya memberikan kejelasan atas nasib Persipa Pati. Patifosi sejatinya akan mendukung apapun keputusan pihak Persipa Pati asal tujuannya sama, yaitu memajukan sepakbola kota Pati.

Pembenahan dasar seperti fasilitas-fasilitas stadion harus diadakan. Supaya menarik banyak pendukung untuk hadir ke stadion. Itu akan berdampak positif bagi pemasukan klub dan yang terpenting adalah meningkatkan gairah Persipa Pati dalam setiap laga yang dimainkan. Salam satoe hati sampe mati!

foto: murianews.com

Penulis adalah seorang mahasiswa yang bekerja paruh waktu di LPM EKSPRESI. Biasa berkicau di @Sukron14M


Tulisan ini merupakan bagian dari Pesta Bola Indonesia, menyemarakkan sepakbola Indonesia lewat karya tulis. Isi dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis

Komentar