Oleh: Dipa Nugraha
Siapa yang paling berhak mewakili suara liyan adalah pertanyaan yang dikupas dengan sangat padat di dalam tulisan Linda Alcoff. Siapakah yang mempunyai otoritas lebih tinggi membicarakan suatu kelompok, suatu komunitas, apakah seorang ahli yang melakukan riset dan punya data ataukah orang-orang yang menjadi bagian dari komunitas itu?
Pertanyaan itu juga muncul menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tulisan Multatuli yang berjudul Max Havelaar, apakah ia tulus dan memiliki otoritas yang valid untuk menyuarakan ketertindasan pribumi ataukah Multatuli hanya memperjuangkan dirinya sendiri dan salah di dalam menafsirkan penderitaan pribumi? Itulah yang dibongkar Nieuwenhuys dan juga sejarawan Belanda Wesseling meski van der Bergh membela pengaruh Max Havelaar terhadap pupusnya kolonialisme di Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi di Liga Inggris. Keributan baru saja terjadi antara pandit sepakbola Gary Neville dengan para kontributor ArsenalFanTV.
Pertanyaannya adalah, jika Arsenal dan masa depan Arsenal harus membicarakan masih perlu tidaknya peran Arsene Wenger maka suara siapakah yang lebih layak dipertimbangkan? Suara siapakah yang lebih layak didengar? Apakah seorang pandit sepakbola yang tahu permainan sepakbola dan punya beragam data tetapi tidak memiliki keterikatan emosional, pengorbanan uang dan waktu untuk membeli tiket dan menonton pertandingan seperti Gary Neville lebih punya otoritas dibandingkan para suporter di ArsenalFanTV yang menyuarakan pergantian manajer Arsenal?
Masalahnya dimulai ketika Gary Neville menyebut para suporter Arsenal di ArsenalFanTV sebagai embarassing (memalukan) karena meminta Wenger out sementara Wenger sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa selama 20 tahun menukangi Arsenal.
ArsenalFanTV adalah kanal TV di YouTube yang dimulai oleh Robbie sejak November 2012 dan menjadi kanal bagi suara suporter sepakbola terbesar dan teramai di dunia maya.
Robbie Lyle, pendiri dan pembawa acara ArsenalFanTV, sebuah kanal fans Arsenal di YouTube, menyatakan bahwa apa yang dinyatakan oleh Gary Neville adalah seolah meremehkan suara suporter dari pertandingan sepakbola. Di dalam sebuah acara yang disiarkan oleh Ball Street Network, sebuah jaringan pemberi kanal bagi suporter sepakbola untuk menyuarakan diri mereka yang tidak melulu didikte oleh media massa arus utama, Robbie menekankan bahwa suara dari suporter harus mulai dipertimbangkan. Suporterlah yang menghidupkan pertandingan sepakbola dan membuat sebuah klub dapat terus hidup.
Beberapa media massa besar di Inggris (The Telegraph, Independent, The Guardian, The Evening Standard, Daily Mail) membicarakan polemik ini dan pembicaraan menjurus pada fenomena fan media atau fan TV ini muncul dengan berbagai perspektif.
Ada yang pesimis mengenai kelestarian kanal penyambung lidah fans seperti ArsenalFanTV ini tetapi juga ada yang melihatnya secara optimis bahwa tradisi baru di dalam pewartaan sepakbola kini telah berubah bukan hanya domain media massa besar, para pandit sepakbola, atau mantan pesepakbola saja. Suporter (sudah) mulai didengar, dan suara mereka yang dulu tidak muncul di khalayak ramai, terpisah-pisah, sepi, kini bisa didengar lebih luas dan tersatukan dalam emosi, keinginan, bahkan tuntutan yang sama.
Benar bahwa polemik yang muncul dari pernyataan Gary Neville terhadap ArsenalFanTV akhirnya terlerai setelah Garry Neville bertemu dan berbagi pandangan dengan para fan kontributor ArsenalFanTV. Benar bahwa Arsene Wenger tampaknya masih belum goyah juga padahal sudah dibombardir dengan teriakan dari kontributor ArsenalFanTV agar ia keluar; suara para suporter Arsenal seolah-olah tidak memberikan dampak berarti.
Tetapi munculnya polemik yang berawal dari komentar seorang pandit sepakbola yang cukup disegani di sebuah acara TV seperti Gary Neville mengenai suara-suara fan di kanal ArsenalFanTV dan coverage dari media massa utama di Inggris justru menjadi bukti bahwa otoritas suara media massa besar dan para pandit sepakbola kini tidak menjadi monopoli mereka semenjak fan media mulai pelan tetapi pasti masuk ke dalam pelibat diskursus mengenai bagaimana industri sepakbola dijalankan dan bagaimana sepakbola harus dimainkan.
Seperti penjelasan Alcoff di dalam tulisannya bahwa tidak jadi soal siapa yang harus menyuarakan sesuatu asalkan perubahan yang baik bagi semua pihak dapat terjadi. Hal inilah yang dilihat sebagai hal yang positif oleh Lawrence Tallis, seorang pengamat media sepakbola, mengenai fan media. Bahwa revolusi di dalam industri sepakbola di Inggris bisa diklaim sedang terjadi dan suara suporter lewat fan media kini menjadi bagian vital di dalamnya.
Bahwa perubahan yang baik di dalam industri sepakbola di Inggris kini tidaklah melulu berasal dari suara yang berasal dari media massa arus utama dan para pandit sebab suara para suporter bisa saja memberikan perubahan yang baik bagi industri sepakbola dan bagi sebuah klub.
Tentu saja untuk kasus Arsenal, belum tentu konsistensi yang dibela oleh Gary Neville, seorang pandit sepakbola, atas Arsene Wenger adalah baik bagi Arsenal. Bisa jadi suara para suporterlah yang menginginkan Arsene Wenger keluar dari Arsenal dan digantikan oleh manajer lainnya yang justru akan membawa Arsenal kepada jalan kejayaan.
Penulis adalah seorang pemerhati diskursus keislaman, kesusastraan Indonesia, serta studi-studi yang berkaitan dengan gender. Sekarang tinggal di Melbourne, Australia, dan biasa berkicau di akun @dipanugraha
Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis lewat rubrik Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada di dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.
Komentar