Oleh: Fajar Aprilian*
Permainan bukan cuma pelepas penat. Permainan juga kerap dijadikan rutinitas dengan waktu dan durasinya sudah ditentukan. Permainan sering membuat seseorang terlena, membuat mereka lupa waktu dan melupakan banyak hal, seperti tidur dan makan. Sudah banyak ditemukan di berbagai belahan penjuru dunia seseorang yang meninggal karena terlalu kecanduan dengan permainan, baik itu permainan yang berhubungan dengan teknologi atau bahkan permainan ekstrem.
Dalam sepakbola, kata “permainan” menjadi salah satu kata yang sudah tak asing lagi, karena selain olahraga banyak juga yang menganggap bahwa sepakbola itu bagian dari permainan. Selain itu, kata “permainan” dalam sepakbola juga selalu diidentikkan dengan bagaimana sebuah kesebelasan bermain atau sering disebut filosofi bermain juga sistem permainan.
Filosofi bermain atau sistem permainan adalah hal yang sangat penting. Tanpa keduanya, performa tim menjadi tidak baik. Membuat filosofi dan menerapkan sistem permainan tidaklah mudah karena harus melalui latihan yang serius dan membutuhkan waktu yang tak sedikit karena sebuah sistem permainan merupakan bentuk otomatisasi dari latihan.
Ada banyak sistem permainan yang dipakai di sepakbola dewasa ini. Beberapa di antaranya seperti tiki-taka, gegenpress, counter-attack, dan park the bus. Namun sistem-sistem tersebut juga dengan sistem permainan lainnya hanya dikategorikan menjadi dua sistem permainan, yakni permainan menyerang juga permainan bertahan.
Menyerang atau Bertahan? Idealis atau Realistis?
Permainan menyerang dan permainan bertahan seringkali menjadi perdebatan mengenai mana yang lebih baik. Mereka para pemakai juga para penikmat permainan menyerang lebih berpikir idealis, sedangkan penikmat permainan bertahan lebih terkesan realistis.
Kubu sepakbola menyerang menganggap bahwa pertahanan terbaik adalah dengan menyerang. Mereka juga menganggap sepakbola menyerang merupakan sistem permainan yang lebih indah dibandingkan dengan sepakbola bertahan. Sedangkan kubu sepakbola bertahan beralasan bahwa sepakbola yang baik itu adalah sepakbola efektif, karena mereka berpikir bahwa yang terpenting itu bukan jumlah tembakan ke gawang tetapi jumlah gol yang disarangkan.
Mereka yang lebih suka dengan permainan menyerang juga beranggapan bahwa sepakbola menyerang itu lebih menarik dan lebih enak ditonton ketimbang sepakbola bertahan karena untuk itulah sepakbola dibuat. Sedangkan para pendukung sepakbola bertahan beranggapan untuk apa sepakbola indah jika tak bisa menghasilkan kemenangan? Karena kemenanganlah yang lebih diinginkan para fans.
Lalu mana yang benar dan mana yang salah? Atau manakah yang lebih baik ?
Sepakbola menyerang bisa benar di satu sisi bisa juga salah di sisi lain, begitu pun dengan sepakbola bertahan. Sepakbola menyerang benar mengenai anggapan bahwa membuat permainan menjadi lebih menarik adalah pilihan yang yang lebih baik. Soalnya, para penggemar mengeluarkan uang ke stadion bukan cuma untuk mendukung tim kebanggaannya tapi juga menonton dan bisa menikmati pertandingan. Tapi mereka juga salah, karena memang jika mereka menomorsatukan sepakbola indah ketimbang hasil pertandingan, ini jelas tak akan membuahkan prestasi bagi mereka, karena yang menanglah yang akan menjadi juaranya.
Pun dengan sepakbola bertahan. Mereka benar soal sepakbola efektif, tapi dengan tak menghiraukan para penonton yang mengorbankan banyak hal untuk bisa menyaksikan sebuah pertandingan sepakbola itu juga merupakan suatu kesalahan.
Jadi siapa yang lebih baik? jawabannya adalah keduanya. Dengan fakta-fakta yang ada, tak ada yang benar-benar unggul soal siapa yang lebih baik. Barcelona pernah merajai Eropa selama beberapa tahun dengan sepakbola menyerang di bawah asuhan Pep Guardiola, tapi Jose Mourinho dengan sepakbola bertahannya pun sudah mendapatkan banyak gelar di hampir semua kompetisi top Eropa. Yang lebih baik adalah yang paling mampu memanfaatkan situasi. Sepakbola menyerang kadang bisa menjadi membosankan, sepakbola bertahan yang lebih mengutamakan hasil pun tak selalu berbuah kemenangan.
Permainan? Nikmati Saja Jangan Terlena
Sepakbola mampu menjadi salah satu industri olahraga terbesar dan terpopuler di dunia, salah satu faktornya karena memang sepakbola ini merupakan olahraga yang menarik. Tapi dalam kompetisi, mereka yang menang di laga final atau tim yang paling banyak mengumpulkan poin lah yang menjadi juaranya.
Dengan menyerang memang peluang untuk meraih kemenangan menjadi lebih besar karena lebih banyak melakukan percobaan mencetak gol, tapi peluang untuk kalah pun menjadi sama besarnya, mengingat ruang yang dihasilkan di lini pertahanan pun menjadi terbuka. Sedangkan sepakbola bertahan memang memperkecil peluang mereka untuk kalah, karena mereka benar-benar mencoba bermain disiplin di belakang, tetapi membuat peluang mereka untuk menang pun menjadi lebih kecil. Di kompetisi penuh, hanya terus-menerus meraih hasil imbang tak akan membuat mereka juara, bahkan bisa saja membuat mereka terpuruk di bawah klasemen.
Pilihan yang lebih baik adalah dengan mampu memahami situasi pertandingan dan benar-benar bisa memanfaatkannya. Jangan sampai terlalu berfokus pada filosofi bermain, jangan sampai permainanmu malah justru mempermainkanmu. Karena mereka yang berfilosofi menyerang pun suatu saat mau tidak mau harus bermain bertahan penuh. Pun yang lebih senang dengan bermain aman lewat bermain bertahan, suatu saat mau tidak mau mereka harus menyerang total.
Nikmati saja permainannya, seperti apa yang dikatakan pelatih anyar Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer. Solskjaer menginginkan para pemainnya menikmati setiap pertandingannya yang bisa jadi merupakan salah satu faktor penting bangkitnya Manchester United di empat pertandingan terakhir. Jangan justru malah terlena dengan filosofi bermain dan melupakan mana yang lebih penting.
Bijaklah dengan permainanmu.
*Penulis bisa dihubungi lewat akun Twitter @fajar_april14 dan Instagram @aprilian1996
**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar