Saat Anda bermain sepakbola bersama komunitas, lingkungan rumah, atau sekolah, biasanya akan ada satu pemain yang memiliki kemampuan bermain paling buruk dari yang lain. Pemain ini tidak memiliki kemampuan menggiring bola dengan baik dan tidak bisa mengoper dengan akurat. Mungkin dia hanya bisa berlari kencang dan menendang bola jauh tanpa akurasi.
Di mana Anda akan menempatkan pemain seperti ini? Bek sayap.
Posisi bek sayap dianggap paling cocok untuk menempatkan pemain paling buruk dalam satu tim. Cukup berikan tugas sederhana kepadanya, ikuti pemain sayap lawan, ganggu jangan sampai menerobos masuk ke kotak penalti, dan buang bola kemana pun itu ketika berhasil merebut.
Lebih spesifik lagi, bek sayap kanan yang lebih sering menerima tugas paling gampang ini. Bek sayap kiri sering kali diisi pemain kidal yang lincah dengan kemampuan menggiring bola yang luar biasa. Dengan adanya pemain ini sebagai bek sayap kiri membuat serangan tim dari sisi kiri menjadi lebih berbahaya. Jadilah posisi bek kanan yang dikorbankan untuk diisi oleh pemain paling lemah di tim tersebut.
Namun, seiring berkembangnya permainan sepakbola, bek sayap kanan mulai menjadi pertimbangan untuk tidak diisi oleh pemain paling cupu. Permainan umpan-umpan pendek dari belakang membuat bek sayap juga harus berkontribusi dalam membangun serangan. Kita pun mulai mengenal bek sayap yang memberikan dampak luar biasa bagi serangan klubnya. Nama-nama seperti Dani Alves, Philipp Lahm, Kyle Walker, Kierran Trippier, serta Trent-Alexander Arnold adalah beberapa nama yang tidak hanya menjaga sisi kanan pertahanan, namun juga memberikan suplai bola kepada lini serang.
Khusus nama terakhir, catatannya saat ini sangat istimewa. Pemain muda jebolan akademi Liverpool ini sudah menjadi pemain regular di tim inti Liverpool sejak berusia 19 tahun. Ia ikut membawa Liverpool mencapai babak final Liga Champions dua tahun berturut-turut dan satu di antaranya menjadi juara. Musim lalu, Trent Alexander-Arnold berhasil mencatatkan 12 asis bagi Liverpool sekaligus menjadi penyumbang asis terbanyak bagi Liverpool bersama bek sayap kiri Liverpool, Andrew Robertson.
Michael Cox, dalam tulisannya di The Athletic, menjelaskan bahwa Trent Alexander-Arnold adalah playmaker Liverpool semenjak kepindahan Coutinho. Bagaimana bisa seorang bek sayap kanan menjadi pengatur serangan Liverpool? Cox mengatakan bahwa pertandingan Liverpool melawan Arsenal sangat menggambarkan bagaimana peran Trent Alexander-Arnold sebagai pengatur serangan Liverpool.
Cara paling sederhana adalah melihat dari proses terjadinya ketiga gol Liverpool pekan lalu. Semuanya berawal dari kaki bek sayap berusia 20 tahun ini. Gol pertama berasal dari asisnya. Tendangan sudutnya berhasil disambut Joel Matip. Pada gol kedua dan ketiga namanya memang tidak tercantum sebagai pencetak gol ataupun asis, namun jika kita mundurkan sedikit ke belakang, perannya ada di operan sebelum terjadinya asis pada gol tersebut.
Pada gol kedua, Trent Alexander-Arnold melepaskan umpan mendatar kepada Firmino yang kemudian diteruskan dengan pantulan kaki kepada Mohamed Salah yang masuk ke dalam celah di antara bek tengah Arsenal. David Luiz yang terlambat menutup pergerakan Salah terpaksa melanggarnya dan berbuah tendangan penalti. Sementara itu, pada gol ketiga Trent Alexander-Arnold memulai build-up serangan Liverpool dan berhasil lepas dari pressing Aubameyang sebelum akhirnya melepaskan umpan mendatar kepada Fabinho. Gelandang asal Brasil tersebut kemudian meneruskan kepada Mohammed Salah dan berhasil dikonversi menjadi gol.
cuplikan pertandingan Liverpool 3-1 Arsenal (link)
Selepas kepergian Coutinho Liverpool memang tidak memiliki gelandang kreatif yang mampu mengacak-acak pertahanan lawan dari tengah lapangan. Juergen Klopp cenderung memainkan tiga gelandang dengan tipe holding midfielder dan box to box yang berfungsi untuk menjaga lini tengah dari penguasaan lawan pasca kepergian Coutinho. Dalam kondisi ini, disadari atau tidak, kretor serangan Liverpool pindah ke sisi sayap kanan yang berisi Salah dan Alexander-Arnold. Tapi Salah seringkali berada lebih depan untuk menekan garis pertahanan lawan, otomatis, Arnold-lah yang mengambil peran pengatur serangan Liverpool.
Pemain muda asal Inggris ini berhasil menjalani peran tersebut dengan baik dan dapat dibilang menjadi model baru peran fullback modern. Catatan statistik menunjukkan Alexander-Arnold mencatatkan 3,7 key pass per pertandingan. Jumlah ini yang terbanyak di skuat Liverpool musim ini. Crossing-nya adalah yang terbanyak kedua (1,7 per pertandingan) di bawah Andrew Robertson dengan 2 per pertandingan.
Sebelum Arnold, kita memang mengenal beberapa nama lain yang juga berposisi sebagai bek sayap kanan dan memberikan kontribusi pada penyerangan. Ada Daniel Alves, Phillip Lahm, Kieran Trippier, Danilo, dan yang lainnya. Namun ada satu catatan yang membedakan mereka dari kondisi Arnold di Liverpool saat ini. Setiap pemain tersebut selalu bermain bersama seorang pengatur serangan di lini tengah. Pergerakan mereka di sisi sayap kemudian menjadi sangat cair akibat kreativitas yang dibangun dari tengah. Liverpool tidak memiliki pemain yang menjalani peran tersebut di tengah saat ini sehingga membuat aliran serangan seringkali dimulai dari kaki Alexander-Arnold di sisi kanan.
Memang masih ada beberapa catatan dari Arnold soal kemampuan bertahannya. Beberapa kali ia gagal menutup pergerakan lawan saat bertahan. Catatan statistik bertahannya pun tidak terlalu menonjol. Iya hanya mencatat 0,7 tekel per pertandingan dan 0,7 intersep per pertandingan. Angka yang jauh lebih jelek ketimbang Andrew Robertson di sayap kiri yang mencatatkan 2 tekel per pertandingan dan 1,7 intersep per pertandingan.
Namun, perannya sebagai pengatur serangan Liverpool di usia yang masih sangat muda benar-benar menunjukan potensinya yang luar biasa di masa depan. Trent Alexander-Arnold benar-benar menunjukan bahwa posisi bek sayap kanan bukanlah posisi yang dihuni oleh pemain paling buruk di sebuah tim. Melainkan oleh pemain dengan peran paling penting di tim tersebut.
Saksikan pertandingan Burnley vs Liverpool yang berlangsung pada hari Sabtu, 31 Agustus 2019 dapat Anda saksikan melalui Mola Matriks Parabola dan Mola Polytron Streaming.
Komentar