Sebelum kekalahan menyakitkan melawan Liverpool akhir pekan lalu, sebagian, bahkan mungkin mayoritas pendukung Manchester United mungkin tengah bersuka cita. Ashley Young akhirnya pergi meninggalkan Old Trafford. Ditebus dengan dana 1,5 juta Euro oleh Inter Milan, pemain kelahiran 9 Juli 1985 itu mendapat kontrak hingga akhir musim 2019/20 dari La Beneamata. Kontrak tersebut bisa diperpanjang satu tahun lagi di akhir musim 2019/20.
Young sebenarnya sudah dirumorkan untuk hengkang dari Old Trafford sejak lama. Pada 2013, Daily Mail sempat mengabarkan bahwa kubu Manchester United ingin membuang Young bersama dengan gelandang asal Brasil, Anderson. Padahal, saat itu Young baru dua tahun menetap di Kota Manchester. Kontraknya pertamanya bersama klub masih menyisakan tiga tahun.
Keputusan Sir Alex Ferguson untuk pensiun menjadi alasan Young disebut akan hengkang ketika itu. Beruntung, David Moyes yang ditunjuk sebagai penerus Ferguson tetap menyediakan tempat untuk Young. Young tetap mendapat posisi di skuad utama MU meski dirinya harus ditarik lebih ke belakang dan mengubah posisinya dari gelandang jadi bek sayap. Sejak saat itu, Young yang dulu sempat digadang-gadang akan diberi kepercayaan mengenakan nomor keramat, tujuh, di Manchester United permanen menjadi seorang bek.
Young sebenarnya cukup kompeten sebagai pemain bertahan. Dari 109 penampilannya sebagai bek kanan ataupun kiri di Manchester United, ia berkontribusi dalam 14 gol. Memang terlihat sedikit jika dibandingkan bek-bek sayap lainnya. Namun, perlu diperhitungkan juga bahwa mayoritas bek sayap yang rajin terlibat dalam sebuah gol seperti Trent Alexander-Arnold atau Ben Chilwell punya kebebasan untuk menyerang. Sementara Young harus lebih fokus memperkuat lini pertahanan Manchester United yang rentan.
Bedasarkan data dari WhoScored, hingga pekan ke-22 Liga Primer Inggris 2019/20, Young lebih sering melakukan tackle (1,2 per 90 menit) dibandingkan Harry Maguire (1,1) dan Victor Lindelof (0,7). Dirinya juga unggul dari Lindelof dalam urusan memotong aliran bola lawan (0,9 : 0,8). Padahal jam terbangnya di Liga Primer Inggris 2019/20 tidak mencapai seribu menit. Lebih sedikit dibandingkan Maguire (1.980’) dan Lindelof (1.890’).
VIDEO: Wawancara Pertama Ashley Young di Inter Milan
Memang, Young bukanlah seperti pemain sama seperti saat ia masih membela Watford ataupun Aston Villa. Dirinya bukan lagi pemain yang memiliki daya ledak, kecepatan, dan insting mencetak gol. Sering terlihat kelelahan, terlambat mundur setelah membantu serangan, atau enggan untuk maju ketika ada ruang yang bisa diisi untuk memberikan opsi kepada rekan satu tim.
Bermain sebagai bek sayap, dirinya juga memiliki kelemahan di satu bagian krusial. Young tidak pernah memiliki akurasi umpan lambung yang bagus. Sejak masih membela Watford, akurasi umpan lambung Young tidak pernah mencapai 50%. Bahkan sempat ada di angka 16% pada musim 2016/17. Young jelas bukan David Beckham.
Young lebih dikenal lewat kemampuannya menggiring bola, kecepatan, dan kegemarannya menusuk masuk ke kotak penalti lawan. Sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan ketika berposisi sebagai bek sayap di kesebelasan dengan masalah pertahanan, apalagi ketika usianya sudah tidak muda lagi.
Menengok kembali pertemuan Manchester United dengan Barcelona di perempat final Liga Champions UEFA 2018/19, terlihat jelas bagaimana Young menjadi titik lemah tim. Apalagi di pertemuan pertama saat dirinya melepaskan 11 umpan lambung dan tidak ada satupun yang akurat.
Kelemahan ini kemudian membuat Manchester United bertahun-tahun terlihat minim kreativitas di sisi permain yang diisi Young. Akan tetapi, perlu diingat juga bahwa Aaron Wan-Bissaka yang mengisi posisi Young juga lebih memiliki karakter bertahan dibandingkan menyerang.
Seperti angka yang sudah dipaparkan WhoScored di atas, Young tidaklah terlalu buruk dalam urusan bertahan. Ada alasan mengapa Young tetap menjadi pilihan sekalipun Manchester United sudah memiliki Matteo Darmian, Diego Dalot, Guillermo Varela, ataupun memiliki Timothy Fosu-Mensah, Cameron Borthwick-Jackson, Tyler Blackett, dan Reece James di akademi.
Hanya dengan melihat pertandingan Manchester United kontra Liverpool di Oktober 2019, akan terlihat jelas bagaimana Young memiliki kemampuan yang baik sebagai bek. Dalam pertandingan yang berakhir imbang 1-1 itu, ia sukses mematikan pergerakan Sadio Mane dan Alexander-Arnold, dua otak serangan terbaik Liverpool.
Walaupun total sentuhan bola Mane dan Alexander-Arnold lebih dari 150 kali, keduanya hanya bisa menciptakan lima peluang untuk Liverpool. Mereka juga hanya tiga kali berhasil menggiring bola di pertandingan tersebut.
Padahal, Alexander-Arnold dan Mane terkenal gemar menggiring bola dan menjadi motor serangan Liverpool. Tapi mereka dimatikan oleh Young. Young sendiri mencatat dua intersep, tiga kali menyapu bola dari pertahanan Manchester United dan mengembalikan penguasaan bola untuk timnya dalam enam kesempatan berbeda. Tak ada pemain bertahan Manchester United yang berhasil mengembalikan penguasaan bola lebih sering dibanding Young saat itu.
https://twitter.com/youngy18/status/1218255639190917120">
https://twitter.com/youngy18/status/1218255639190917120
Dirinya mungkin tidak layak disebut legenda klub. Jika melihat definisi ‘legenda’ di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata tersebut memiliki arti sebagai cerita rakyat zaman dulu yang berhubungan dengan peristiwa sejarah atau tokoh terkenal.
Young sebenarnya ada hubungannya dengan sejarah Manchester United, ia merupakan bagian dari tim terakhir Sir Alex Ferguson yang memenangkan gelar liga ke-20. Gelar yang membuat Manchester United melewati pencapaian Liverpool dan menjadi pemenang liga terbanyak di divisi tertinggi Inggris. Tapi, banyak pemain lain yang lebih layak masuk ke dalam ‘cerita rakyat’ Manchester United saat itu, Robin van Persie misalnya.
Sementara jika membicarakan ketenaran, Young bukanlah pemain terkenal. Ia sering kali dijadikan kambing hitam oleh suporter Manchester United, bukan ‘famous’ melainkan ‘infamous’ alias hina. Dengan sejarah panjang dari banyaknya pemain-pemain yang merasakan kesuksesan lebih besar dari Young selama membela Manchester United, Young jelas tidak diperhitungkan untuk disebut legenda. Sekalipun pengaruh Young di ruang ganti Manchester United sebenarnya cukup besar di masa sulit klub.
“Young adalah pembelian yang sukses menurut saya. Saat saya masih di sana, dirinya terlihat handal untuk memenangkan hati banyak orang. Ia mungkin terkadang sering bercanda dan kelihatan konyol. Tapi saat dibutuhkan, Young tidak takut menyuarakan pendapatnya dan mendapat dukungan orang-orang sekitarnya,” kata Eric Steele, mantan pelatih Manchester United yang terlibat dalam keputusan klub memboyong Young dari Aston Villa.
“Anda tidak bisa meremehkan pengaruh seorang pemimpin di atas lapangan. Manchester United punya kebiasaan untuk melarang siapapun mendekat ke ruang ganti di tempat latihan. Selalu ada orang yang memperhatikan hal itu. Dulu, Gary Neville menjalani tugas tersebut. Young kemudian mengikuti jejak Neville. Ini adalah bagian dari tradisi dan banyak hal yang telah dilakukan oleh Young meski tidak bisa kalian lihat,” jelas Steele kepada the Athletic.
Terlepas dari opini banyak orang tentang Young, dirinya tetaplah pemain penting selama di Manchester United. Jadi, jangan malu untuk merindukan sosoknya di Old Trafford. Bahkan Manchester United juga sempat berusaha mempertahankan Young sebelum bek kelahiran Stevenage, Inggris, itu memutuskan untuk hengkang ke Inter Milan.
Komentar