Manchester United berhasil menjaga momentum kemenangan dengan mencuri 3 poin dari tuan rumah, Southampton. Gol semata wayang Bruno Fernandes mengejutkan publik St. Mary’s Stadium. Hasil ini membawa Manchester United naik ke peringkat tujuh klasemen sementara dengan raihan enam poin. Sementara Southampton turun ke peringkat 12 dengan koleksi empat poin.
Erik ten Hag turun dengan the winning team. Casemiro duduk di bangku cadangan bersama Cristiano Ronaldo. Di kubu tim tuan rumah, Ralph Hasenhuttl memutuskan untuk menurunkan Che Adams dari awal untuk menambah daya gedor. Keputusan ini sangat masuk akal karena pada pertandingan sebelumnya, Adams mencetak 2 gol meskipun dia masuk dari bangku cadangan dan hanya bermain selama 31 menit.
Seperti yang telah dibahas di pratinjau pertandingan, Manchester United akan lebih dominan dalam penguasaan bola. Ini terbukti dalam 90 menit, anak asuh Erik ten Hag mencatatkan 52% penguasaan bola dengan 593 sentuhan. Walaupun, akurasi umpan hanya mencapai 74%. Dengan modal dominasi penguasaan bola, tim tamu berhasil melesatkan 11 tembakan yang enam di antaranya tepat sasaran.
Sejak pekan lalu, Erik ten Hag berusaha memaksimalkan kecepatan yang dimiliki oleh para pemainnya. Dua gol yang Manchester United sarangkan ke gawang Alisson berasal dari keunggulan kecepatan yang diaplikasikan pada situasi transisi. Kini, mantan pelatih Ajax Amsterdam tersebut mencoba menerapkan aspek kecepatan dalam situasi membangun serangan, bukan serangan balik.
Ketika bola masih di kaki pemain belakang, Ralph Hasenhuttl menginstruksikan lini depannya untuk menutup rute aliran bola ke kaki Christian Eriksen atau Scott Mc Tominay. Erik ten Hag merespon dengan menjaga Malacia untuk tetap sejajar dengan dua bek tengah sedangkan Dalot bergerak sampai ke garis lapangan tengah untuk menjaga kelebaran di sisi kanan. Tujuannya, agar sisi kanan unggul jumlah pemain dan memaksa Southampton menempatkan lebih banyak pemain di area tersebut. Opsi umpan tambahan muncul dari Bruno, Rashford, dan Sancho yang bergantian bergerak turun ke sisi sebaliknya.
Southampton secara keseluruhan tampil dengan perlawanan. Meskipun kalah dalam penguasaan bola, mereka berhasil menciptakan 17 peluang berbahaya yang berujung tembakan. David De Gea bekerja keras dalam menghalau lima sepakan yang mengancam gawangnya. Organisasi bertahan anak asuh Ralph Hasenhuttl membuat Manchester United kesulitan untuk masuk ke kotak penalti. Terlihat jelas pada ilustrasi sentuhan di bawah ini bahwa kotak penalti Southampton hanya tereksploitasi dari tengah dan sedikit dari sisi kiri.
Gambar 1 - Heatmap sentuhan pemain Southampton (atas) dan Manchester United (bawah)
sumber ; whoscored
Jika Southampton berhasil memberikan perlawanan dan menyulitkan Manchester United, lalu apa yang membuat The Red Devils menang?
Kecepatan dan Kombinasi di Area Sayap
Berkat kecepatan yang dimiliki Rashford, Sancho, dan Bruno, Manchester United berulang kali lepas dari tekanan dan berhasil mengalirkan bola menyebrangi garis tengah lapangan. Tapi, setiap Sancho, Malacia, atau Bruno berhasil menguasai bola di sisi kiri, tiga sampai empat pemain Southampton sigap mengepung sisi tersebut.
Manchester United sangat sering mengalirkan bola ke area kiri, terutama di babak pertama. Sancho berulang kali mencoba masuk dan melepaskan umpan atau tembakan dari area tersebut. Sayangnya, tumpukan pemain Southampton membuat ruang sangat tertutup. Erik ten Hag beradaptasi dengan menjadikan sisi kiri sebagai umpan dan mengincar sisi kanan untuk menciptakan peluang. Rencana ini tidak berbuah gol meskipun berhasil menciptakan beberapa peluang besar. Terlihat pada iustrasi di bawah bahwa arah tembakan Manchester United tidak ada yang berasal dari sisi kiri.
Gambar 2 - Ilustrsai arah tembakan Southampton (atas) dan Manchester United (bawah)
sumber : whoscored
Erik ten Hag sadar bahwa lawan mengincar keunggulan pemain di sisi sayap untuk meredam serangan anak asuhnya. Hal ini terbukti pada ilustrasi Gambar 1 yang menunjukan bahwa sentuhan bola banyak terjadi di sisi lapangan. Sehingga ia melibatkan Eriksen dan Mc Tominay untuk terlibat kombinasi di sisi sayap. Sehingga akan memudahkan Malacia dan Sancho atau Dalot dan Elanga untuk lepas dari kurungan dan menciptakan peluang. Strategi ini yang menjadi awal Manchester United memecah kebuntuan. Kombinasi di sisi kanan mengandalkan kecepatan Dalot dan Elanga menciptakan ruang bagi Bruno Fernandes untuk mengeksekusi umpan terarah dari Diogo Dalot.
Organisasi dan Penempatan Posisi
Gambar 3 - Rata-rata posisi pemain Manchester United saat melawan Brighton (kiri), Brentford (tengah), Southampton (kanan)
sumber : fantasyfootballscout
Masalah yang selama ini menyelimuti Manchester United sejak awal liga adalah organisasi dan penempatan posisi di setiap situasi (menyerang, bertahan, dan transisi). Padahal, organisasi sangat penting dalam segala aspek pertandingan. Terutama ketika bola sedang dikuasai lawan. Sehingga tidak heran jika mereka kebobolan enam gol hanya dari dua pertandingan saja.
Erik ten Hag perlahan memperbaiki masalah ini di setiap laga. Ia mulai memberikan tempat kepada Tyrell Malacia dan Varane. Hal ini terlihat pada ilustrasi Gambar 3 dari kiri ke kanan. Semakin ke kanan, penempatan posisi pemain Manchester United lebih terorganisasi. Jarak antar pemain cukup dekat sehingga memudahkan dalam mengalirkan bola dan berkombinasi. Dalot yang sebelumnya berdiri terlalu depan, kini lebih sejajar dan seimbang dengan posisi pemain belakang lainnya.
—-
Manchester United menunjukan peningkatan dalam aspek pemanfaatan atribut pemain dan organisasi. Hal ini bisa menjadi modal penting dalam usaha mereka bangkit dari keterpurukan di awal kompetisi. Erik ten Hag perlahan menyadari masalah-masalah taktikal yang selama ini hinggap di Manchester United. Dengan liga yang masih menyisakan 34 pertandingan, masih besar peluang si Setan Merah untuk bersaing di papan atas.
Komentar