Tim nasional Burundi akan menjadi lawan timnas Indonesia dalam laga FIFA Matchday pertama di 2023. Sebelumnya, Indonesia menjamu tim nasional Curacao pada FIFA Matchday terakhir yang berlangsung pada September 2022. Laga pertama antara Indonesia dengan Burundi akan dihelat pada hari Sabtu (25/3) di Stadion Patriot Chandrabaga, Bekasi.
Laga ini merupakan pertemuan pertama kedua tim. Sebelumnya, Indonesia pernah bertemu tim asal Benua Afrika sebanyak 15 kali. Tapi, sang Garuda hanya mengemas tiga kemenangan, 2 seri, dan 10 kekalahan. Kendati demikian, dari empat pertemuan terakhir, timnas Indonesia justru meraih tiga kemenangan. Hal ini berarti tren Indonesia ketika bertemu tim asal Afrika menunjukkan tren yang positif. Bahkan pada pertemuan terakhir, timnas Indonesia meraih kemenangan ketika menghadapi Mauritius pada September tahun 2018 dalam ajang laga persahabatan.
Bagi Burundi, pertandingan ini cukup spesial karena menjadi laga debut bagi sang pelatih baru, Etienne Ndayiragije. Pelatih yang memegang lisensi pelatih UEFA Pro ini baru menjabat sebagai pelatih timnas Burundi pada 5 Januari 2023. Ia menggantikan Jimmy Ndayizeye yang menukangi Burundi sejak Agustus 2020.
Bagi Indonesia, FIFA Matchday kali ini tidak hanya untuk menambah poin ranking FIFA, tapi juga sebagai persiapan menuju Piala Asia yang akan dihelat pada awal tahun 2024, mengingat tahun ini tidak ada turnamen yang akan diikuti timnas senior. Oleh karena itu, kesempatan ini harus dimaksimalkan untuk menajamkan permainan. Timnas Indonesia harus memastikan bahwa ada hal yang bisa dipelajari dari dua pertandingan melawan Burundi.
Shin Tae-yong memanggil 28 pemain termasuk lima pemain naturalisasi. Sayangnya, Shayne Pattynama tidak akan mendapatkan debutnya sebab proses pemindahan belum selesai. Stefano Lilipally kembali mendapatkan kepercayaan memperkuat timnas Indonesia setelah lama tidak memperkuat Garuda. Terakhir kali Fano membela timnas Indonesia adalah pada kualifikasi Piala Asia 2023 pada Juni tahun 2022.
Jika melihat komposisi pemain tersebut, Shin Tae-yong memiliki cukup fleksibilitas untuk menerapkan berbagai taktik. Dari 28 pemain yang dipanggil, 13 pemain tercatat sebagai pemain belakang, enam pemain tengah, enam pemain depan, dan tiga penjaga gawang. Shin juga membawa beberapa pemain versatile (bisa bermain di lebih dari satu posisi) seperti Yakob Sayuri, Rachmat Irianto, dan Witan Sulaeman. Meski Shin mengaku tidak mengetahui peta kekuatan dan gaya bermain Burundi, peluang timnas Indonesia mengemas kemenangan cukup besar.
Mengukur Kejutan Burundi
Salah satu faktor terbesar yang bisa membahayakan timnas Indonesia adalah faktor kejutan dari Burundi. Faktor tersebut tentu datang dari sang pelatih yang akan menjalani debutnya. Etienne Ndayiragije bukan pelatih yang bisa dipandang sebelah mata karena ia pernah menjadi pahlawan Tanzania dengan membawa mereka ke Piala Afrika tahun 2019.
Sebelum mengukur kejutan dari sisi taktik, potensi kejutan terlihat dari komposisi pemain yang dipanggil Etienne Ndayiragije. Terdapat beberapa pemain yang sebelumnya jarang dipanggil oleh pelatih sebelumnya namun kali ini diberi kesempatan. Mereka adalah Derrick Mukombozi, Collin Muhindo Mashauri, Pacifique Niyongabire, Irakoze Donasiyano, dan Dieudonne Ntibahezwa.
Jika melihat lima pertandingan sebelumnya, tipe permainan Burundi cenderung responsif dan transisional. Berkaca pada beberapa pertandingan sebelumnya, cara Burundi menciptakan peluang lebih sering menggunakan momen transisi dengan mengandalkan Berahino. Maka tidak heran jika secara statistik, penguasaan bola Burundi tidak lebih dari 52 persen. Hal ini menunjukkan bahwa gaya sepakbola Burundi bukan posisional, namun transisional. Jika ini menjadi senjata utama Burundi, maka timnas Indonesia harus memiliki kedisiplinan tingkat tinggi.
Kendati demikian, ada kemungkinan Etienne mencoba mengubah gaya permainan tim nya. Tujuannya adalah untuk menambah variasi taktik sehingga Burundi mampu lebih kompetitif dalam kualifikasi Piala Afrika yang sedang berlangsung.
Low Block Burundi jadi Tantangan Terbesar Shin Tae-yong
Jika berkaca pada Piala AFF 2022, Shin Tae-yong menerapkan lebih dari satu formasi dasar yang berbeda. Pada fase grup, Shin bermain dengan skema 4-2-3-1. Tapi di babak semi final, ia mengubah formasi dasar menjadi 3-4-2-1. Kebijakan tersebut membuat para pemain timnas Indonesia mengenal berbagai variasi taktik dan dapat merasakan sendiri taktik seperti apa yang cocok dan nyaman digunakan.
Kendati demikian, apapun formasi dasar, struktur menyerang dan bertahan, dan detail-detail taktik yang Shin terapkan selalu berorientasi menyerang. Shin juga hampir selalu menerapkan high press, memperbanyak penguasaan bola, dan mengambil inisiatif serangan. Bahkan ketika menghadapi Curacao yang secara peringkat FIFA jauh di atas Indonesia, Shin tetap berani menekan. Hasilnya? Indonesia berhasil meraih dua kemenangan dan berhasil mencetak lima gol.
Apabila melihat komposisi pemain yang dipanggil, kemungkinan Shin akan bermain dengan skema tiga bek. Dengan menggunakan tiga bek, Shin bisa menggunakan dua bek sayap untuk bisa lebih aktif menyerang. Tujuan nya adalah menciptakan keunggulan pemain di area sayap yang menjadi keunggulan tim nasional Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong. Tapi, dipanggilnya Stefano Lilipaly membuat formasi dasar 4-2-3-1 lebih memungkinkan untuk dipakai.
Mengingat Burundi sering bermain dengan garis pertahanan rendah, penting bagi Shin mencari cara untuk membongkar kerapatan pertahanan Burundi. Struktur bertahan Burundi lebih sering menggunakan 5-3-2 atau 4-2-3-1 dalam lima pertandingan terakhir. Secara keseluruhan mereka cenderung merapat ke tengah dibanding melebar. Struktur ini cukup kuat selama sang lawan tidak menemukan celah memancing mereka untuk lebih melebar. Salah satu contohnya adalah ketika Burundi menghadapi Pantai Gading pada laga persahabatan. Pada laga tersebut, dua dari empat gol Pantai Gading berawal dari keberhasilan mereka merenggangkan pertahanan Burundi.
Pada situasi ini, timnas Indonesia perlu mencontoh Pantai Gading untuk meregangkan pertahanan Burundi yang rapat ke tengah. Shin memiliki beberapa pemain yang terbiasa melakukan tugas tersebut. Di sisi kanan, kombinasi antara Witan Sulaeman dan Asnawi Mangkualam bisa menjadi ancaman utama dibantu Marc Klok atau Stefano Lilipally yang bergerak dari tengah. Di sisi kiri, Edo Febriansyah atau Pratama Arhan bisa berkombinasi dengan Dendy Sulistyawan atau Saddil Ramdani. Jika berkaca pada beberapa pertandingan sebelumnya, Indonesia berpeluang besar dapat menciptakan banyak peluang dari kombinasi di sektor sayap.
Shin juga perlu menaruh perhatian kepada Saido Berahino dan momen transisi yang sering dimanfaatkan Burundi. Ketika menyerang, Burundi cenderung mengandalkan bola-bola direct ke arah dua penyerang mereka. Mereka jarang membangun serangan secara konstruktif dari lini belakang. Pemain belakang cukup percaya diri mengirim umpan panjang langsung ke area lawan, atau satu dari tiga gelandang turun untuk menjemput bola lalu mengambil alih peran distributor. Di antara semua penyerang Burundi, Saido Berahino, yang sempat merumput di Liga Inggris tentu akan menjadi pengancam utama lawan.
Komentar