Oleh: Alfian Muhammad Ishlah
Persija Jakarta menutup pekan ke-10 dengan kekalahan memalukan dari Dewa United, klub yang mereka kalahkan di kandang maupun tandang musim lalu itu. Kekalahan ini memperpanjang torehan minor Persija menjadi empat laga tanpa kemenangan. Tentu bukan hal yang bisa dimaklumi sebagai sebuah proses, mengingat manajemen mencanangkan target tinggi sejak musim lalu.
Dari 10 pertandingan yang telah dilakoni, seharusnya sudah bukan waktunya untuk berlindung di balik kalimat `perjalanan masih panjang`. Jumlah 10 pertandingan seharusnya sudah cukup untuk menganalisis apa yang tidak berjalan dari taktikal dan rencana Thomas Doll sejauh ini.
Pertahanan yang Mulai Keropos
Kemasukan 11 gol dari 10 pertandingan bukanlah Persija yang sesuai dengan harapan para penggemarnya. Sejak era Liga 1, Persija selalu menjadi tim dengan pertahanan terbaik. Meski Andritany sudah mencatatkan dua kali nirbobol dan Rizky Ridho memimpian raihan umpan berhasil terbanyak sejauh ini dengan angka 420, tentu jumlah kemasukan tersebut menjadi indikasi pertahanan Persija sedang tidak baik-baik saja.
Sempat terseok-seok saat Hansamu Yama mengalami cedera dan Muhammad Ferarri memilih bergabung dengan akademi kepolisian, lini belakang Persija terasa begitu pincang dengan skuad yang terbatas. Pilihan Doll tidak banyak untuk menutupi lubang yang hadir di lini belakang. Praktis hanya ada nama Dandi Maulana yang bahkan belum sekalipun dimainkan musim ini dan Akbar Arjunsyah yang tak kunjung menunjukkan konsistensinya pada setiap kesempatan yang diberikan.
Persija memang masih punya nama-nama veteran seperti Maman Abdurrahman dan Tony Sucipto. Tapi, dibanding di dalam lapangan, peran kedua pemain ini lebih banyak diharapkan dari luar lapangan.
Penyerang Kurang Garang
Polemik perihal lini serang Persija yang sangat mengkhawatirkan sudah tercium sejak pra-musim. Tuntutan untuk mendatangkan penyerang yang lebih mumpuni selepas Michael Krmencik dan Abdullah Yusuf Helal, telah digaungkan oleh suporter. Berbagai nama muncul ke permukaan, mulai dari nama-nama yang asing di telinga, hingga pemain top kelas A menghiasi daftar rumor pemain yang segera bergabung bersama Persija.
Faktanya, Persija justru mendatangkan kembali Marko Simic yang sebelumnya sempat bersitegang dengan manajemen. Apapun alasannya, langkah tersebut memberi dampak yang sangat signifikan pada performa Persija di awal musim ini.
Catatan dua gol ke gawang Bhayangkara Presisi pada awal bulan Juli lalu tak kunjung bertambah bagi Simic untuk Persija. Setelahnya bomber asal Kroasia tersebut tampil sebanyak empat kali tanpa menciptakan satu gol pun. Sebagai catatan, jumlah penampilan tersebut sudah termasuk penampilan melawan Madura United yang ia lalui dengan kegagalan mengeksekusi tendangan penalti.
Menagih Progres To The Next Level
Memasuki musim kedua Doll sebagai pelatih kepala, manajemen Persija memberikan target prestasi yang lebih tinggi dari musim sebelumnya. Berkaca pada musim perdananya, bisa dikatakan semua berjalan mulus bagi Doll. Target tiga besar dari manajemen dibayar tuntas dengan membawa tim ibukota bertengger di posisi runner up klasemen akhir Liga 1 2022.
Alih-alih meningkatkan kualitas skuad yang sudah ada, Persija justru melakukan bongkar pasang pemain yang menjadi malapetaka bagi mereka sendiri. Nama-nama beken yang musim lalu menjadi kunci permainan tim seperti Frengky Missa, Osvaldo Haay, Ricky Cawor, Michael Krmencik dan Abdullah Yusuf Helal justru dilepas ke klub lain.
Persija memang bergerak cepat dengan mendatangkan Rizky Ridho dan Ryo Matsumura yang sejauh ini dapat dikatakan sebagai pembelian yang berhasil. Namun Akbar Arjunsyah, Maciej Gajos, Oliver Bias dan Marko Simic nyatanya belum mampu memberikan kontribusi maksimal bagi sang Macan Kemayoran.
Sekarang, the Jakmania mulai meminta pertanggungjawaban atas performa yang jauh dari harapan. Hanya tiga kemenangan dari 10 laga yang telah dilakoni, tentu tidak sejalan dengan target tinggi yang dibuat sendiri oleh manajemen di awal musim.
Terlepas dari komplain Thomas Doll terhadap kualitas lapangan dan perangkat pertandingan di beberapa kesempatan, faktor krusial yang memengaruhi performa buruk Persija hingga pekan ke-10 ini adalah kedalaman skuad yang tidak sematang kontestan Liga 1 lainnya. Pelatih sekelas Thomas Doll juga akan kebingungan jika pemainnya utamanya tidak dapat tampil maksimal, sementara tidak ada lagi pemain di bangku cadangan yang mampu menutup kekurangan tersebut.
Thomas Doll telah mengutarakan keinginannya untuk menambah amunisi di putaran kedua. Tentu semuanya berharap agar manajemen Persija tidak asal mendatangkan pemain, tapi benar-benar pemain yang sesuai dengan kebutuhan tim. Sebagai catatan, Persija tak lagi membutuhkan pemain yang perlu waktu lama untuk beradaptasi, sebab pemain yang masuk di pertengahan musim nanti akan langsung dituntut untuk memberikan kontribusi maksimal.
Sudah waktunya Persija Jakarta keluar dari romantisme juara tahun 2018 silam. Tim sebesar Persija tidak seharusnya terjebak dalam romantisme juara lima tahun yang lalu. Justru, mereka harus fokus mengembalikan kejayaan yang mulai kembali hilang. Sebelum bersinar di kompetisi Asia sesuai target manajemen untuk musim sebelumnya, Persija harus melewati satu fase terlebih dahulu; yaitu menaklukkan Liga 1.
Ada banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan manajemen Persija untuk menyelaraskan ambisi mereka untuk berprestasi dengan realita yang terjadi sekarang. Mulai dengan mematangkan komposisi pemain jelang putaran kedua berlangsung, menjamin kepastian kandang Persija tak jauh dari Jakarta di tengah banyaknya agenda politik dan juga melanjutkan rencana pembangunan training ground yang sekarang tak lagi terdengar kabarnya.
Apapun kesulitan yang dihadapi manajemen Persija sekarang harusnya tidak menjadi halangan untuk terus berprestasi. Kendala keuangan yang disuarakan manajemen melalui ‘surat cinta’ sesaat sebelum kompetisi dimulai, ditanggapi positif dengan animo pendukungnya di setiap laga kandang Persija berlangsung. Sebagai catatan, jumlah penonton laga Persija di laga kandang saat ini menjadi yang terbanyak dengan jumlah penonton mencapai 139.694 penonton.
Sudah sepantasnya manajemen berusaha lebih keras untuk memuaskan para penggemarnya, tidak hanya bertumpu pada kualitas Doll untuk meramu skuad ‘seadanya’ ini tapi juga memenuhi keinginan dan kebutuhan dari sang juru latih. Saat berbagai komunitas suporter klub lain melakukan perlawanan dengan aksi boikot dan pengosongan tribun, sudah seharusnya manajemen Persija bersyukur sebab penggemarnya tetap setia mendampingi tim ini apapun kondisinya.
Alfian Muhammad Ishlah, penulis JakOnline.
Komentar