Nasib Manchester United di Liga Champions sudah di tepi jurang. Misi sulit melawan FC Bayern Munchen menjadi tembok besar bagi mereka untuk bisa lolos ke babak 16 besar Liga Champions 2023/2024. Di atas kertas, FC Bayern lebih diunggulkan sebab memiliki kualitas pemain yang lebih baik dan konsistensi yang mereka tunjukan selama kompetisi bergulir. Maka tidak heran jika semua insan di dunia yang sehat akalnya akan mengunggulkan FC Hollywood, paling tidak berdasarkan pengalaman dan nama besar yang dimiliki Bayern.
Sayangnya, agar bisa lolos dari jurang kematian, Man. United masih harus menunggu hasil dari pertandingan lain yaitu Copenhagen vs Galatasaray.
Mengapa demikian? Setan Merah saat ini ada di posisi buncit dengan 4 poin, sedangkan Copenhagen dan Galatasaray yang akan saling adu sikut punya 5 poin. Hal ini menyebabkan poin maksimal yang bisa dikumpulkan United hanya 7 poin, lalu baik Copenhagen maupun Galatasaray yang jika salah satunya keluar sebagai pemenang akan mengumpulkan 8 poin maksimal.
Artinya, supaya United bisa lolos, pertandingan lain harus berakhir imbang tanpa pemenang, sedangkan United tetap harus menang atas FC Bayern.
Situasi yang cukup pelik, karena meskipun mereka menang, nasib mereka tetap ada di tangan tim lain. Saat ini tentu bukan waktu yang tepat untuk mengeluh, karena apapun itu, meraih hasil maksimal (menang) tetap menjadi hal yang membahagiakan, meskipun pada akhirnya langkah mereka tetap dihentikan.
Meski demikian, sang Setan Merah tentu masih memiliki peluang untuk mengejutkan sang pemuncak klasemen. Memang tidak besar, tapi mereka bisa memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Terlebih, tidak ada yang tidak mungkin dalam sepakbola.
Akhir pekan kemarin, FC Bayern baru saja mengalami kekalahan cukup telak dari Eintracht Frankfurt. Hasil Ini tentu di luar dugaan. Tidak hanya kalah, FC Bayern bahkan dipermalukan dengan margin empat gol. Pertanyaannya, bagaimana cara Frankfurt bisa mengalahkan FC Bayern dengan dominan? Karena paling tidak, kemenangan Frankfurt ini bisa menjadi sebuah harapan dan contoh besar bagi United.
Matikan Lini Tengah dan Hukum dengan Serangan Balik Cepat
Pada pertandingan sebelumnya, FC Bayern kebobolan lima gol oleh Eintracht Frankfurt. Tiga dari lima gol Frankfurt diciptakan lewat skema serangan balik cepat berawal dari intersep di lini tengah ketika akses untuk Joshua Kimmich tertutup. Aktor penting dalam keberhasilan Frankfurt adalah Hugo Larsson yang rajin menjaga lini tengah sekaligus pergerakan Kimmich. Pada pertandingan ini Larsson banyak melakukan intersep pada fase pertama build up FC Bayern. Larsson menutup pertandingan dengan dua intersep, terbanyak di tim.
Manchester United bisa mengadaptasi apa yang dilakukan Frankfurt. Mereka wajib membatasi pergerakan Kimmich dengan menutup jalur umpan. Kembali berlatihnya Casemiro mungkin jadi angin segar bagi United, dengan pengalamannya bersama Real Madrid, memungkinkannya bisa jadi sosok kunci Setan Merah memenangi duel di lini tengah melawan FC Bayern.
Melihat kelemahan ini, Man. United masih punya peluang untuk memulangkan tim tamu dan lolos ke babak berikutnya. Namun perlu diingat, anak asuh Erik Ten Hag harus tampil tanpa kesalahan, terutama di lini pertahanan. Selain sebagai modal untuk melancarkan serangan balik, lini pertahanan Man. United cukup rentan setelah kebobolan karena sudah kebobolan 14 gol sejauh ini di Liga Champions.
Selain pertahanan, Manchester United harus segera memperbaiki efektivitas di depan gawang lawan. Pada pertandingan melawan Galatasaray, masalah ini jelas terlihat. Dari 17 shoot yang mereka lakukan mereka hanya mencetak tiga gol dengan tingkat konversi 17%. Masalah ini diperparah dengan buruknya pengambilan keputusan di sepertiga akhir. Dengan memperbaiki efektifitas dan keputusan di sepertiga akhir, United mungkin bisa menghukum FC Bayern setelah mematikan lini tengahnya.
High Pressing dan Kombinasi Passing
Pada pertandingan melawan Galatasaray, Man. United disulitkan dengan kombinasi pasing dari para pemain Galatasaray yang menyebabkan disorganisasi lini belakang Setan Merah. Namun beruntung Galatasaray kurang efektif dalam menyelesaikan peluang.
Hal ini tentu tak boleh terjadi ketika melawan sang pemuncak klasemen. Dengan trisula Kingsley Coman, Harry Kane, dan Leroy Sane yang rajin melakukan kombinasi passing dan membuat disorganisasi dengan pergerakan mereka yang cair. Ketajaman Kane yang sudah tak diragukan lagi ditemani Sane dan Coman. FC Bayern punya lini depan yang sungguh berbahaya. Kolaborasi ketiganya telah mencetak 35 gol di semua kompetisi musim ini.
Melawan trisula ini United patut waspada. Apalagi jika FC Bayern memainkan high pressing yang akan memaksa pertahanan United untuk melakukan kesalahan sendiri. Ini juga yang jadi masalah Setan Merah sepanjang musim. Pertahanan mereka tidak pernah tampil sempurna, selalu ada kesalahan individu yang dilakukan barikade pertahanan mereka. FC Bayern dengan Thomas Tuchel pasti telah paham betul bagaimana memanfaatkan hal ini.
Maka dengan tekanan kepada bek-bek United dibarengi dengan kombinasi passing yang bisa menciptakan disorganisasi di pertahanan United akan jadi petaka di Old Trafford. Jika tidak fokus barang sedetik, FC Bayern bisa mencetak angka dan harapan untuk lolos ataupun bermain di kasta kedua Eropa akan sirna.
Komentar