Di Brasil sepakbola adalah agama. Dan Pele adalah nabinya. Lantas saat ada yang menghina sang nabi maka seluruh publik akan murka pada sang pencaci. Begitulah yang terjadi pada beberapa bulan jelang Piala Dunia 1994. Dengan Romario sebagai aktor antagonisnya.
Cerita kocak bermula saat Romario menyebut Pele sebagai "cacat mental". Tak terima pahlawannya disebut seperti itu ayah Romario, Edevair di culik dari sebuah bar kota di distrik Penha provinsi Santa Catarina oleh para mafia yang tergila-gila pada Pele.
Mereka mengancam Romario untuk meminta maaf dan menebus sang ayah dengan dana fantastis 7 juta dollar. Romario yang kala itu membela Barcelona kebingungan bukan main. Dia bahkan rela pulang ke Brasil dan meninggalkan Barcelona. Pelatih John Cruiyff membujuk Romario untuk tetap di Spanyol mengingat Barca akan menghadapi musuh abadi merek Real Madrid dua hari kemudian. Romario pun takluk pada Cruiff.
Hanya saja kepada wartawan Romario mengancam tak akan ikut Piala Dunia 1994 jika ayahnya tidak dibebaskan. Sebagai negara yang menganut agama sepakbola, maka Piala Dunia mirip seperti ibadah haji. Segalanya harus dipersiapkan secara matang.
Karena khawatir Brazil tampil melempem di Piala Dunia, maka para bandit-bandit membocorkan lokasi penahanan Edenavair kepada kepolisian. Polisi pun menggerebek dan membebaskan korban. Uniknya saat ditahan, ternyata ayah Romario diperlakukan secara nyaman.
Saat digrebek, sang ayah ternyata sedang asyik menikmati bir, steak dan rokok sambil berleha-leha diatas matras. Tak lupa sang ayah sedang asyik menyaksikan anaknya bertarung dalam El Classico lewat televisi yang disediakan si penculik. Sebuah cerita yang epic!
(wam)
Komentar