Tendangan bebas atau sepak pojok selalu terjadi pada setiap pertandingan sepakbola. Walau bukan tak mungkin, tapi kecil kemungkinan sebuah pertandingan tidak terjadi tendangan bebas atau sepak pojok. Maka wajar saja jika eksekusi bola mati bisa menjadi senjata pamungkas sebuah kesebelasan ketika skema permainan terbuka menemui jalan buntu.
Piala Dunia 2018 lalu memberikan catatan tersendiri mengenai jumlah gol yang tercipta dari bola mati. Dari total 169 gol, sekitar 40% di antaranya lahir dari eksekusi bola mati baik itu tendangan bebas langsung, tendangan bebas tak langsung, tendangan sudut, ataupun tendangan penalti.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan gol dari bola mati sering terjadi di Piala Dunia 2018. Penggunaan Video Assistant Referee (VAR) merupakan salah satu alasan utama. Banyak insiden, khususnya penalti, yang diputuskan melalui VAR ini setelah wasit melihat tayangan ulang.
Sejak Piala Dunia 1990 rata-rata gol dari bola mati tercipta sekitar 30% dari total gol keseluruhan. Artinya, satu dari tiga gol yang tercipta pada kompetisi paling bergengsi sepakbola ini lahir dari tendangan bebas, tendangan sudut, atau tendangan penalti.
Memiliki eksekutor bola mati karenanya menjadi sebuah keuntungan. Manchester United pernah merasakan betul magis eksekusi bola mati David Beckham, salah satunya ketika di final Liga Champions 1998/99 United berhasil mengalahkan Bayern Muenchen lewat dua asis Beckham melalui tendangan sudut.
Barcelona juga menjadi juara Piala Champions 1991/92 berkat tendangan bebas Ronald Koeman pada menit ke-112 yang mengoyak gawang Sampdoria. Lain lagi dengan Atletico Madrid, pada musim 2013/14 mereka berhasil menyingkirkan dominasi Real Madrid dan FC Barcelona sebagai juara La Liga dengan lebih dari 40% gol dicetak melalui bola mati.
Sepakbola sendiri telah mengenalkan banyak pemain dunia yang terkenal dengan kemampuannya mengeksekusi bola mati seperti Beckham, Roberto Carlos, Andrea Pirlo, Ronaldinho, Juninho Paulista, Cristiano Ronaldo, dan masih banyak lagi. Bukan sekali-dua kali saja para eksekutor bola mati ini menjadi penentu kemenangan.
Mengeksekusi bola mati memang perlu keahlian khusus. Akurasi dan kekuatan tendangan merupakan dua faktor penting yang perlu dikuasai oleh seorang ahli bola mati. Akurasi membuat bola mengarah tepat sasaran, baik itu langsung menuju gawang atau menuju kawan untuk diteruskan menjadi gol. Sementara kekuatan membuat bola tak mampu dijangkau kiper maupun pemain bertahan lawan.
Penggunaan model sepatu juga dapat memengaruhi kualitas akurasi dan kekuatan tendangan seorang pemain. Sebuah penelitian yang dilakukan di Queensland University of Technology oleh Ewald Henning menyebutkan bahwa sepatu sepakbola yang tepat akan membuat tendangan menjadi lebih akurat. Sementara itu pada penelitian lainnya, Andrew Moschini dan Neal Smith, menyimpulkan bahwa massa sepatu sangat mempengaruhi kecepatan bola yang dihasilkan dari sebuah tendangan.
Karenanya tak heran sepatu-sepatu sepakbola terkini telah mendapatkan sentuhan teknologi agar para penggunanya bisa mendapatkan sepatu yang nyaman, aman sekaligus sesuai kebutuhan untuk menunjang kelebihannya, salah satunya dalam mengeksekusi bola mati.
Ortuseight, sebuah merek olahraga asli Indonesia, menyadari hal itu dengan meluncurkan Forte Series, seri sepatu sepakbola dan futsal yang dirancang khusus untuk meningkatkan kekuatan dan akurasi tendangan. Perpaduan Tosca, Rhod Red, Black, Neon Green yang didominasi gradasi warna tosca serta Blue, Orted, Black, White dengan penggabungan merah dan biru menjadi dua pilihan warna sepatu yang dinamakan Helios Forte ini.
Teknologi yang diterapkan pada Helios Forte akan menunjang performa pemain. Teknologi Quick Fit yang melapisi bagian atas sepatu akan membuat sepatu pas dengan bentuk kaki. Teknologi inilah yang bisa membuat pemakainya mampu melepaskan tendangan dengan kekuatan penuh dan akurat.
Tidak hanya itu, bagian bawah sepatu Helios Forte pun ditunjang teknologi Ort-Trex. Teknologi ini merupakan sistem pul/stud pada sol yang dirancang secara khusus dan ditempatkan dengan sistematis untuk memberikan traksi dan respons kepada pemakainya agar dapat bermanuver dengan cepat.
Teknologi Ort-Trex dipadukan dengan teknologi Ort-Spine yang terletak pada bagian tengah outsole. Teknologi ini berfungsi untuk menjaga kekuatan dan bentuk dari outsole tersebut sehingga tetap kuat namun tetap fleksibel untuk menopang pemain yang memakainya.
Perlu diketahui, bagian ini penting untuk kaki tumpuan agar mampu menopang badan saat kaki lainnya melakukan swing, ball contact, hingga follow through. Traksi yang stabil juga mencegah kaki tumpuan mengalami cedera saat menerima ground reaction force saat menendang.
Teknologi lain yang tidak kalah penting dari sepatu ini adalah Ort-ShoX. Teknologi ini merupakan bagian dalam sepatu yang didesain sedemikian rupa dengan teknologi 3D molded untuk memberikan kenyamanan dan grip pada telapak kaki agar pemain dapat memberikan gerakan-gerakan spontan yang tidak terduga. Teknologi ini dapat membuat otot-otot kaki bekerja dengan lebih efisien, sehingga pemain tetap mampu berada dalam performa terbaiknya hingga akhir pertandingan.
Helios Forte ini sebenarnya secara khusus diciptakan untuk para pemain gelandang yang diharuskan memberikan umpan-umpan matang untuk para penyerang atau tendangan jarak jauh ketika tim kesulitan masuk ke kotak penalti. Tapi dengan teknologi-teknologi di atas, Helios Forte menjadi pilihan sepatu sepakbola dan futsal yang bisa menunjang kebutuhan pemain dalam mengeksekusi bola mati karena menunjang akurasi dan kekuatan tendangan.
[abi/ads]
Komentar