Tim Nasional Thailand punya banyak keuntungan jelang menghadapi Timnas Indonesia pada lanjutan Piala AFF 2018 Grup B. Karenanya pada laga yang dijadwalkan digelar pada Sabtu (17/11), skuat asuhan Milovan Rajevac tersebut diprediksi akan bisa mengalahkan Indonesia pada laga kedua mereka di ajang dua tahunan ini.
Thailand bermodalkan kemenangan 7-0 atas Timor-Leste saat menghadapi Indonesia ketika Indonesia hanya mampu mengalahkan Timor-Leste 3-1. Thailand juga menjalani masa istirahat yang lebih lama untuk laga ini karena ketika Indonesia menghadapi Timor-Leste, tim berjuluk Gajah Perang tersebut tidak bermain.
Laga melawan Timor-Leste yang digelar di Stadion Rajamangala —markas mereka— pun membuat Thailand yang akan menjadi tuan rumah melawan Indonesia tidak perlu melakukan perjalanan jauh sebelum bertanding.
Ketika Thailand akan bertanding akhir pekan nanti dengan kondisi yang fit dan latihan yang cukup, Indonesia sebaliknya. Perjalanan udara sejauh 830 kilometer langsung ditempuh Evan Dimas dan kawan-kawan satu hari usai mengandaskan Timor-Leste. Hanya dua hari waktu yang tersedia untuk Indonesia menyiapkan skema dan taktik untuk menghadapi Thailand.
Tapi Thailand tidak bisa begitu saja akan menang mudah melawan Indonesia. Ada beberapa faktor yang sebenarnya membuat Indonesia pun punya kans yang sama untuk meraih tiga poin pada laga ini.
Wajar Membantai Timor-Leste
Kita harus mengingat bahwa Thailand turun dengan skuat "cadangan" di Piala AFF 2018 ini. Tidak ada nama-nama penting yang menjadi bagian dari skuat juara Thailand di Piala AFF 2016 seperti Teerasil Dangda, Theerathon Bunmathan, Chanatip Songkrasin, Kawin Thamsatchanan, Peerapat Notchaiya, Siroch Chattong, Sarach Yooyen, Charyl Chappuis, Adison Promrak, dan Sintaweechai Hathairatanakool.
Benar memang Thailand bisa membuka Piala AFF 2018 dengan kemenangan tujuh gol melawan Timor-Leste. Tapi sebenarnya hal itu tak aneh jika melihat skuat Timor-Leste yang berlaga di Piala AFF 2018 ini. Ketika Thailand saat ini masih diperkuat nama-nama berpengalaman seperti Tanaboon Kesarat, Mongkol Tossakrai, Wichaya Dechmitr, dan Adisak Kraisorn di susunan pemain utama, Timor-Leste turun dengan mayoritas pemain di bawah usia 21 tahun.
Timor-Leste menurunkan susunan pemain utama dengan rataan usia 19,7 tahun saat menghadapi Thailand. Adelino Trindade Coelho dan Nataniel Reis yang berusia 23 tahun menjadi pemain tertua. Sang pelatih, Norio Tsukitate, memainkan Gumario Augusto yang masih berusia 16 tahun. Selain itu, ada tiga pemain lain yang masih berusia 18 tahun.
Tsukitate memang membawa para pemain Timor-Leste U23 di Piala AFF 2018 ini. Dirinya memang melatih tim senior dan tim U23 Timor-Leste, sama seperti yang pernah dilakukan Luis Milla di Indonesia. Karenanya tak heran dalam skuat Timor-Leste, hanya ada tiga pemain yang memiliki caps lebih dari 20. Hanya tujuh pemain jika menghitung lebih dari 10 caps. Ini artinya, sebanyak 16 pemain baru memiliki caps di bawah 10.
Melawan Indonesia, Timor-Leste melakukan empat perubahan pada susunan pemain utama. Tiga pemain belakang diganti. Formasi dasar pun diubah dari 3-5-2 menjadi 4-4-2, walau di lapangan Timor-Leste kerap terlihat bermain dengan skema tiga bek. Tapi hal itu menunjukkan adanya upaya perbaikan di lini pertahanan Timor-Leste, yang membuat Indonesia pada akhirnya tidak bisa mendapatkan peluang-peluang terbuka seperti Thailand.
Lini Pertahanan Thailand Mendapatkan Banyak Serangan dari Timor-Leste
Meski menang 7-0, Thailand pada kenyataannya cukup kerepotan menghadapi serangan-serangan Timor-Leste. Timor-Leste kalah dari Thailand memang bukan tanpa perlawanan. Timor-Leste takluk dari Thailand karena kalah kualitas dan pemilihan strategi.
Thailand yang mengandalkan formasi dasar 4-2-3-1 bermain mengandalkan serangan balik pada laga tersebut. Hal itu didasari permainan menyerang yang ditunjukkan para pemain Timor-Leste. Timor-Leste lantas berhasil menciptakan 13 tembakan (8 mengarah ke gawang).
Thailand pun pada laga tersebut "hanya" mencatatkan 13 tembakan (9 mengarah ke gawang). Namun kualitas dan pengalaman para pemainnya, khususnya Adisak Kraisorn, jadi penentu hasil akhir. Adisak, penyerang berusia 27 tahun yang merupakan penyerang utama Muangthong United, sudah berada di Timnas Thailand sejak 2013 meski pada 2016 lalu dirinya tak ikut ambil bagian. Tapi hal itu sudah cukup menunjukkan timpangnya kualitas Adisak melawan para pemain bertahan Timor-Leste, di mana dirinya langsung mencetak enam gol.
Melawan Indonesia Timor-Leste langsung berbenah. Indonesia pun sebenarnya hanya benar-benar tertekan di 15 menit pertama. Setelahnya Indonesia memegang kendali permainan dengan sejumlah peluang yang tercipta. Sebelum gol Rufino Gama yang berbau spekulatif, sebelum tiga gol Indonesia yang dilesakkan Alfath Fathier, Stefano Lilipaly dan Beto Goncalves tercipta, gol untuk Timnas Indonesia memang tampak tinggal menunggu waktu. Serangan-serangan Indonesia yang mengandalkan umpan panjang cukup efektif merepotkan lini pertahanan Timor-Leste.
Ketika Thailand diserang terus-menerus oleh Timor-Leste, Indonesia mampu melakukan sebaliknya. Strategi yang diterapkan Bima Sakti mampu membuat Indonesia mencetak tiga gol dari hasil 15 tembakan, belum termasuk peluang tak berujung attempts seperti peluang Gavin Kwan yang mampu diintersep atau umpan silang Beto di muka gawang yang melenceng.
Timor-Leste, sementara itu, "hanya" mampu melepaskan 8 tembakan, menurun dari laga melawan Thailand. Bukankah ini juga bisa berarti pertahanan Indonesia lebih baik dari Thailand? Jika jawabannya tidak, maka hasil 7-0 berbanding 3-1 yang ditorehkan Indonesia pun tidak bisa begitu saja menjadi tolok ukur bahwa Indonesia lebih lemah dari Thailand.
Indonesia Memperbaiki Kelemahan
Dalam dua laga menghadapi Singapura dan Timor-Leste, umpan panjang yang dipilih Bima Sakti menjadi sorotan negatif dari publik. Walau begitu, kelemahan Indonesia yang sebenarnya bukan dari gaya menyerang yang tidak enak ditonton tersebut, melainkan skema transisi baik dari menyerang ke bertahan maupun bertahan ke menyerang yang masih belum sempurna.
Pada laga melawan Singapura, Indonesia tidak bisa sekalipun memanfaatkan situasi serangan balik. Transisi dari bertahan ke menyerang Indonesia selalu mampu digagalkan skuat asuhan Fandi Ahmad tersebut. Sementara itu saat melawan Timor-Leste, serangan balik Indonesia mulai terlihat dan umpan-umpan panjang ke kedua sisi sebenarnya cukup efektif, namun transisi menyerang ke bertahan masih menjadi kelemahan Indonesia sehingga Timor-Leste mampu membahayakan Indonesia melalui skema serangan balik.
Hal tersebut nyatanya sudah disadari Bima Sakti. Pada latihan pertama Timnas Indonesia di Thailand, Bima Sakti langsung mematangkan kembali pola kedua transisi selama 90 menit latihan. Perbaikan inilah yang nantinya bisa menjadi kunci apakah Indonesia mampu tampil sesuai harapan dan membalikkan prediksi atau justru benar-benar pulang dengan tangan hampa.
"Hari ini kami latihan adaptasi seperti cuaca, dan bagaimana organisasi bertahan maupun menyerang," tutur Bima Sakti usai latihan, seperti yang dirilis laman resmi PSSI. "Semua pemain harus kompak baik menyerang maupun bertahan harus sama-sama. Pemain juga harus disiplin, terutama dalam posisi saat antisipasi serangan dari Thailand. Saat diserang terutama perpindahan bola pemain harus selalu mengingat siapa yang mengaver, pressing dan membikin segitiga di belakang. Saat ini kondisi pemain bagus dan sudah siap melawan Thailand."
Di lini serang, penampilan impresif Riko Simanjuntak pada laga melawan Timor-Leste pun bisa jadi momentum permainan Indonesia. Riko, yang dalam dua laga perdana hanya masuk sebagai pemain pengganti, bisa kembali menjadi pembeda di laga melawan Thailand. Lebih jauh, permainan Indonesia bersama Riko di seperempat terakhir pertandingan menunjukkan bahwa Indonesia belum menunjukkan permainan terbaiknya sejak awal laga.
***
Pesimisme pendukung dan masyarakat Indonesia terhadap timnas saat ini untuk memprediksi Indonesia akan kalah dari Thailand cukup wajar dan tidak mengagetkan. Namun jangan kaget juga jika nanti Indonesia berhasil mematahkan prediksi dengan mengalahkan atau setidaknya mengimbangi Thailand. Tiga hal di atas jadi "modal". Bahkan kita perlu mengingat juga bahwa skuat Indonesia saat ini datang dengan persiapan matang, yang sudah dibangun sejak awal 2017.
Komentar