Bayern Munich mau tidak mau harus bermain habis-habisan pada pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions mendatang menghadapi Barcelona. Pasalnya, mereka dihantui defisit tiga gol akibat kalah 0-3 pada pertandingan leg pertama di Stadion Camp Nou, kandang Barcelona. Dua gol Lionel Messi dan satu gol Neymar membuat Pep Guardiola tertunduk saat keluar dari stadion tempatnya yang dulu merupakan markas kebanggaannya itu.
Bayern sebenarnya tidak kalah sejauh itu dari Barcelona. Bayern unggul dalam hal penguasaan bola dan jumlah umpan sukses. Namun, dalam pertandingan tersebut Pep menerapkan strategi yang tidak biasa dan memberikan ruang bagi Barcelona untuk membuat peluang. Pilihan strategi tersebut kemudian menjadi blunder karena Bayern takluk tiga gol tanpa balas dari Barcelona.
Permainan Man to Man Marking
Barcelona dan Bayern adalah dua kesebelasan yang sama-sama mengandalkan penguasaan bola. Keduanya tidak akan membiarkan lawan mendapatkan kesempatan berlama-lama dengan bola. Pressing ketat dilakukan untuk membuat lawan tidak tenang sehingga cepat melepas bola. Ini merupakan cara yang hampir selalu dilakukan kedua tim untuk segera merebut penguasaan bola.
Namun, siapa sangka Pep justru memilih memainkan pola bertahan man to man marking untuk membuat penguasaan bola Barcelona berantakan. Sebanyak 10 pemain Bayern diinstruksikan untuk langsung menempel semua pemain Barcelona saat mereka menguasai bola.
Cara ini memang sempat membuat Barcelona kesulitan membangun serangan. Tidak ada satu pun pemain Barcelona yang bebas tanpa pengawalan, membuat mereka tidak bisa menguasai bola cukup lama untuk mengatur serangan. Hasilnya, Barcelona pun dipaksa untuk bermain bola-bola cepat yang langsung menuju area pertahanan Bayern Munich.
Namun, Pep agaknya lupa bahwa penguasaan bola Barcelona tidak cuma dimainkan 10 pemain. Ada kiper yang merupakan pemain kesebelasan yang turut andil dalam penguasaan bola Barcelona. Sementara itu, Bayern tidak mungkin memainkan man to man marking dengan 11 orang.
Hal ini membuat pola pertahanan man to man marking Bayern tidak dapat bekerja ketika bola ada di kaki Ter Stegen. Tidak ada pemain Bayern yang bisa mendekati Stegen. Karena jika salah satu pemain Bayern datang melakukan pressing, hal itu berarti ada satu pemain barcelona yang dilepas pengawalannya.
Dengan begitu, Stegen pun akhirnya mampu menahan bola untuk lebih mengatur tempo permainan Barcelona di saat teman-teman lainnya tidak memiliki kesempatan untuk itu. Dengan adanya waktu bagi Stegen untuk menahan laju bola, membuatnya mampu dengan leluasa mencari pemain Barcelona yang berada di posisi paling tepat untuk diberikan operan.
Ditambah lagi, untuk sebuah kesebelasan yang memainkan pola serangan yang begitu cair seperti Barcelona, menembus pertahanan yang memainkan man to man marking tentu tidak sulit. Pemain Barcelona diberikan keleluasaan untuk bebas bergerak ke manapun mereka mau untuk mencari ruang. Dengan begitu, pemain bertahanan Bayern yang juga harus mengikuti pergerakan pemain Barca mau tidak mau harus keluar dari posisinya.
Hal ini tentu menjadi masalah tersendiri karena akan tercipta ruang-ruang kosong di area pertahanan Bayern sendiri. Seperti yang terjadi saat Suarez berhasil lolos satu lawan satu melawan Neuer di awal-awal babak pertama.
Garis Pertahanan Tinggi Bayern Munich
Setelah gagal memainkan pola pertahanan man to man marking, Pep kemudian mengubah pola permainan Bayern menjadi zonal marking. Pep mengubah formasi timnya menjadi 4-4-2 berlian. Keempat gelandang berdiri rapat di tengah dan tidak memberikan ruang bagi gelandang Barcelona untuk bergerak di area tengah.
Namun dalam kondisi ini Bayern tidak melepaskan pressing tingginya untuk tetap ingin cepat merebut ball possession. Dua pemain depan pun bergerak maju untuk menekan garis pertahanan Barcelona.
Dengan kondisi ini, Bayern mau tidak mau harus menaikkan garis pertahanannya. Pasalnya, dua penyerang mereka berada jauh di depan, sedangkan empat gelandang Bayern berdiri dalam jarak yang berdekatan. Dalam kondisi ini, luas lapangan yang bisa di-cover oleh pemain Bayern pun tidaklah luas. Salah satu cara untuk mempersempit area permainan adalah dengan menaikkan garis pertahanan.
Namun ini pun menimbulkan masalah bagi pertahanan The Bavarians. Pasalnya, garis pertahanan tinggi tentu sangat rawan untuk menjadi target umpan terobosan Barcelona. Apalagi lini depan Barcelona dihuni Neymar dan Luis Suarez yang sama-sama memiliki kecepatan.
Barca pun beberapa kali berhasil melepaskan umpan terobosan ke jantung pertahanan Bayern Munich. Beruntung, Bayern memiliki Manuel Neuer di bawah mistar yang dapat berperan sebagai sweeper keeper untuk memotong umpan terobosan Barcelona.
Serangan Tanpa Dukungan Lini Kedua
Meski menekan saat bertahan, Bayern justru bermain amat hati-hati kala menyerang. Bayern seperti hanya mempercayakan serangan mereka kepada duet Muller dan Lewandowski yang sesekali dibantu oleh Schweinsteiger.
Alonso dan Lahm seperti tidak diberikan izin untuk maju menyerang karena sangat jarang dua pemain ini meninggalkan posnya. Sedangkan Alcantara selalu datang terlambat ketika tiga pemain di depan sudah dalam kondisi terkepung pemain Barcelona.
Bantuan yang hadir dari lini kedua Bayern Munich datang terlalu lama. Padahal seluruh pemain bertahan Barcelona sudah berada di posisinya. Pada gambar berikut terlihat bagaimana Bayern hanya menyerang dengan menggunakan tiga pemain padahal sudah ada enam pemain bertahan Barcelona yang siap menghadang.
Hal inilah yang kemudian membuat Bayern Munich tidak bisa melepaskan satu pun tendangan ke gawang meski lebih banyak memegang penguasaan bola. Serangan mereka pun hanya bisa sampai ke sepertiga akhir lapangan tanpa mampu masuk ke kotak penalti Barcelona.
Komentar