Pjanic, Gelandang Ideal untuk Variasi Taktik Allegri

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 25801

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Pjanic, Gelandang Ideal untuk Variasi Taktik Allegri

Gelaran Copa America Centenario dan Piala Eropa 2016 tak membuat surut pergerakan transfer sejumlah kesebelasan Eropa. Di Italia, Juventus telah meresmikan pembelian gelandang serang milik AS Roma, Miralem Pjanic, dengan mengaktifkan klausul transfer sebesar 38 juta euro.

Uniknya, transfer ini kabarnya sang pemain sendiri yang memaksa AS Roma untuk menjualnya ke Juventus. Bahkan dikabarkan Pjanic bersedia membayar sekitar 16% dari total klausul pelepasan sebesar 38 juta euro sehingga Juventus hanya membayar 32 juta euro saja pada AS Roma.

Juventus lantas mengikat Pjanic dengan kontrak berdurasi lima tahun. Nilai kontrak Pjanic bersama Juventus sendiri dikabarkan mencapai 4,5 juta euro. Pjanic akan mulai bergabung per 1 Juli 2016 mendatang.

Menyempurnakan Lini Tengah Juventus

Sebelum kedatangan Pjanic, Juventus sebenarnya sudah cukup memiliki kualitas di atas rata-rata di lini tengah. Terdapat Sami Khedira, Paul Pogba, dan Claudio Marchisio yang menjadi andalan pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, di lini tengah dalam formasi dasar 3-5-2.

Namun pada musim lalu, Juventus seringkali tak bisa menurunkan kombinasi para gelandang terbaiknya ini. Cedera yang dialami Marchisio dan Khedira tentunya mengganggu perjalanan Juventus. Di Serie A, Marchisio melewatkan 15 pertandingan, sementara Khedira absen di 18 pertandingan.

Juventus memang tetap berhasil menjuarai Serie A 2015/2016 dan Coppa Italia. Namun hal ini dikarenakan gelandang pengganti, seperti Stefano Sturaro, Roberto Pereyra, Hernanes, dan Mario Lemina, memiliki kualitas yang lebih unggul jika dibandingkan gelandang lain milik kesebelasan Serie A lainnya.

Masalah hadir ketika Juventus berlaga di Liga Champions. Tanpa bisa menurunkan skuat terbaiknya, khususnya di lini tengah, Juventus kerap kerepotan. Menghadapi Bayern Muenchen, dengan Khedira dan Marchisio yang baru pulih dari cedera (bahkan Marchisio mengalami cedera pada leg pertama), lini tengah Juve kalah kelas sehingga harus tersingkir.

Liga Champions sendiri merupakan hal yang saat ini paling diinginkan Juventus. Meraih scudetto lima kali beruntun dan dua kali mengawinkan gelar Coppa Italia dan Serie A, menunjukkan Juventus hanya superior di Italia saja. Di Liga Champions, meski sempat melangkah ke babak final pada 2015, Juve masih tak diunggulkan.

Musim 2016/2017, tampaknya manajemen Juventus benar-benar mengincar Liga Champions. Hal ini diindikasikan dengan memperpanjang kontrak Patrice Evra, kemudian mengincar Daniel Alves yang meraih tiga trofi Liga Champions bersama Barcelona.

Soal transfer Daniel Alves, bisa dibaca di sini: Daniel Alves Penuhi Standar "Pemain Tua" Juventus

Kehadiran Miralem Pjanic pun tentu bisa meningkatkan kualitas lini tengah Juventus. Musim lalu, ia mencetak 12 asis, terbanyak di Serie A bersama Marek Hamsik (Napoli), juga mencetak 12 gol di segala ajang (terbanyak dalam satu musim sepanjang kariernya).

Belum lagi Pjanic merupakan pemain yang andal dalam mengeksekusi tendangan bebas. Sementara di Juventus, tak ada pemain yang benar-benar diandalkan soal tendangan bebas setelah Andrea Pirlo hengkang. Musim lalu, Pogba hanya dua kali mencetak gol dari tendangan bebas. Begitu juga dengan Paulo Dybala. Sementara Pjanic, gelandang berusia 26 tahun ini berhasil merobek jala lawan dengan tendangan bebasnya sebanyak enam kali.

Baca juga: Miralem Pjanic, Si Pewaris Raja Tendangan Bebas

Solusi Kebutuhan Allegri Akan Sosok Pengatur Serangan

Pada awal musim 2015/2016, Juventus dikaitkan-kaitkan dengan sejumlah pemain berposisi gelandang serang. Nama-nama seperti Julian Draxler, Oscar dos Santos, Isco Alarcon, Franco Vazquez, Javier Pastore, Mario Goetze, hingga gelandang muda asal Italia, Riccardo Saponara bergiliran dikaitkan dengan Juventus.

Namun para pemain tersebut gagal didatangkan. Draxler menjadi pemain yang nyaris bergabung, namun urung terjadi karena Schalke 04 lebih memilih untuk melepasnya ke kesebelasan Jerman lainnya, Wolfsburg. Menyikapi situasi ini, Juventus lantas melakukan panic buying pada batas akhir transfer dengan mendatangkan gelandang asal Brasil, Anderson Hernanes, dari Internazionale Milan.

Yang terjadi kemudian Hernanes kurang bisa memenuhi ekspektasi Allegri. Hanya bermain sebanyak 23 kali di segala ajang, Hernanes hanya mencetak satu gol dan satu asis. Torehan enam kartu kuning dan satu kartu merahnya pun mencoreng penampilannya musim ini.

Halaman berikutnya, Pemain Juve yang Kemungkinan Hengkang Karena Datangnya Pjanic

Komentar