Datangkan Higuain, Bukti Juventus Serius Incar Trofi Liga Champions

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 29649

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Datangkan Higuain, Bukti Juventus Serius Incar Trofi Liga Champions

Tak cukup dengan pembelian Daniel Alves (gratis), Miralem Pjanic, Marko Pjaca, dan Medhi Benatia yang didatangkan lebih dari 50 juta euro, Juventus kembali memamerkan kekuatan finansialnya. Mereka secara resmi telah merekrut penyerang asal Argentina, Gonzalo Higuain, dengan nilai transfer sebesar 90 juta euro.

Juventus mengaktifkan klausul transfer Higuain yang membuat Napoli terpaksa harus menerima tawaran Juventus (sebelumnya Napoli enggan menjualnya ke Juventus). Nilai 90 juta euro sendiri, yang dibayarkan selama dua tahun, menjadi rekor baru pembelian termahal Serie A yang sebelumnya dipegang oleh Hernan Crespo ketika diboyong dari Parma oleh Lazio dengan nilai transfer 55 juta euro pada 2000.

Selain menjadi rekor transfer Serie A, transfer ini pun menjadikan Higuain sebagai pemain termahal ketiga dunia. Ia hanya terpaut empat juta euro saja dari nilai transfer Cristiano Ronaldo dari Manchester United ke Real Madrid pada 2009 dan berselisih 10,8 juta euro saja dari pemain termahal dunia, Gareth Bale, saat dibeli Real Madrid dari Tottenham Hotspur pada 2013.

Juventus rela membayar mahal Higuain karena mantan penyerang Real Madrid ini belum lama ini menciptakan rekor gol di Serie A. Pada musim 2015/2016, ia mencetak 36 gol dari 35 penampilannya di Serie A. Torehan tersebut memecahkan rekor gol Gunnar Nordahl yang bertahan selama 66 tahun ketika mencetak 35 gol dalam semusim.

Lebih dari sekadar transfer mahal, kedatangan Higuain ke Juventus semakin memastikan target besar yang hendak digapai Juventus pada musim 2016/2017. Manuver transfer yang mereka lakukan pada musim panas 2016 ini menunjukkan bahwa mereka tak hanya mengincar gelar keenam beruntun trofi Serie A, tapi juga menjadi juara Liga Champions.

Higuain, Benatia, Pjanic dan Alves adalah pemain yang berpengalaman bermain di level Liga Champions. Keempatnya tentu saja meningkatkan kualitas Juventus yang sebelumnya sudah memiliki pemain papan atas seperti Gianluigi Buffon, Leonardo Bonucci, Giorgio Chiellini, Sami Khedira, Claudio Marchisio, Mario Mandzukic, Paulo Dybala, dan Paul Pogba.

Dengan pemain-pemain baru tersebut, Juventus ingin meningkatkan kualitas kedalaman skuat. Hal ini dilihat dari posisi para pemain baru yang ada di setiap lini. Hanya posisi kiper saja Juventus tak mendatangkan pemain anyar, mengingat sang kapten, Buffon, masih sangat layak melindungi gawang Juventus.

Benatia misalnya, Juventus sadar bahwa Barzagli sudah tak muda lagi. Sementara itu Chiellini cukup sering berkutat dengan cedera pada musim lalu (Juventus disingkirkan Bayern Muenchen di Liga Champions musim lalu di mana Chiellini tak bermain di kedua leg). Sedangkan Daniele Rugani, meski pemain muda potensial, ia masih membutuhkan jam terbang yang banyak untuk bisa mencapai kemampuan maksimalnya.

Alves pun didatangkan untuk meningkatkan kualitas sisi kanan Juventus. Keputusan Chelsea mempertahankan Juan Cuadrado memang membuat Juventus tinggal berharap pada Stephan Lichtsteiner saja untuk pos full-back kanan atau wing-back kanan. Tapi lebih dari itu, Alves merupakan pemain dengan segudang pengalaman di Liga Champions bersama Barcelona.

Sementara itu nama Pjaca mungkin tak begitu besar seperti pemain baru Juventus lainnya. Namun ia sebenarnya merupakan andalan Dinamo Zagreb yang berlaga di Liga Champions musim lalu. Pemain berusia 21 tahun ini bahkan bisa diplot sebagai pengganti Cuadrado dalam formasi 4-3-3 atau gelandang serang dalam 4-3-1-2 (Allegri menyebutnya sebagai antisipasi andai Pogba hengkang).

Namun Pjaca harus bersaing dengan Pjanic di lini tengah. Hanya saja Pjanic bisa bermain di belakang gelandang serang, di mana ini artinya keduanya mungkin saja dimainkan bersamaan. Namun sebenarnya, Pjanic didatangkan untuk meningkatkan kualitas set piece Juventus yang mulai tumpul usai ditinggalkan Andrea Pirlo.

Soal eksekutor tendangan bebas, Juventus musim lalu mengandalkan Pogba dan Dybala. Namun untuk sepak pojok, musim lalu sangat jarang Juventus mencetak gol dari sepak pojok. Pjanic hadir dengan tujuan agar setiap bola mati, entah itu tendangan bebas ataupun sepak pojok, bisa lebih menghasilkan gol bagi Juventus.

Baca juga: Tendangan Bola Mati, Senjata Bagi Mereka yang Putus Asa dan Kehabisan Akal

Lalu bagaimana dengan Higuain? Bukankah Juventus sudah memiliki Dybala, Mandzukic dan Simone Zaza di lini depan?

Lini depan Juventus musim lalu memang tak terlalu buruk. Namun torehan 36 gol yang dicetak Higuain, merupakan total gol yang dicetak Mandzukic, Dybala dan Alvaro Morata jika dikombinasikan. Higuain bisa dibilang merupakan penyerang dengan kualitas yang lebih baik dari penyerang Juventus yang ada sebelumnya.

Belum lagi Mandzukic pun agak terganggu dengan cedera pada musim pertamanya di Juventus. Dybala masih beradaptasi dengan Liga Champions yang baru ia rasakan musim lalu. Sementara Zaza, bukan penyerang yang bisa diandalkan di pertandingan-pertandingan besar.

Higuain sendiri sudah mencetak total 23 gol dari 10 musimnya ia berlaga di Liga Champions atau Europa League. Belum terlalu banyak memang, namun dalam tiga musimnya bersama Napoli, ia total telah mencetak 15 gol di kompetisi Eropa.

Kurang lebih hal di atas sudah cukup menjadi jaminan bagi Higuain dalam urusan mencetak gol. Apalagi dalam lima musim terakhir, hanya sekali saja Higuain gagal mencetak lebih dari 20 gol dalam semusim. Pemain berjuluk El Pipita ini juga total sudah mencetak 30 gol di 63 kali penampilannya bersama timnas Argentina.

Halaman berikutnya, Susunan Pemain Juventus A vs Juventus B dan Bayangan 11 Pemain Utama Juventus Tanpa Pogba

Komentar