Kemenangan AC Milan atas Juventus di Stadion San Siro yang berlangsung Minggu, 23 Oktober 2016, dini hari WIB, memang mengguratkan kontroversi. Juventus sempat mencetak gol melalui tendangan bebas Miralem Pjanic pada babak pertama. Namun kemudian wasit pertandingan, Nicola Rizzoli, membatalkan gol tersebut.
Salah satu penggawa Juventus, Andrea Barzagli, cukup bijaksana menyikapi situasi ini. Meski ia kecewa akan keputusan wasit, namun menurutnya, kegagalan timnya mencetak gol ke gawang Milan di lain kesempatan menunjukkan jika Juventus layak menerima kekalahan.
"Ini memalukan karena gol tidak disahkan meski itu salah, tapi kami memiliki 60 menit lainnya dengan permainan yang bagus untuk memenangi pertandingan, tapi kami gagal," ujar mantan bek Palermo ini pada Sky Sport Italia.
Ya, secara permainan, Juventus gagal menjebol gawang Milan. Gol Pjanic yang dianulir sendiri tercipta dari bola mati. Ini artinya secara permainan terbuka, Juventus cukup kesulitan menciptakan peluang emas.
Hal ini dibuktikan dengan dari 22 tembakan Juventus pada laga ini, hanya tiga tembakan saja yang mengarah ke gawang. Belum lagi jika melihat peluang-peluang Juventus yang mayoritas dihasilkan dari tembakan luar kotak penalti, sementara Juventus saat ini berada di peringkat ke-14 (atau ketujuh terbawah) perihal menciptakan peluang dari tembakan luar kotak penalti.
Salah satu faktor yang membuat Juventus kesulitan menciptakan peluang di dalam kotak penalti adalah cederanya Paulo Dybala. Penyerang asal Argentina ini terpaksa ditarik keluar pada menit ke-33 setelah melepaskan tembakan jarak jauh dari setengah lapangan sambil terjatuh. Ia tampak mengalami cedera pada hamstringnya.
Dybala pun digantikan Juan Cuadrado. Namun permainan Cuadrado ternyata berbeda dengan Dybala meski gelandang asal Kolombia ini diplot memainkan peran yang sama dengan Dybala. Eks penggawa Fiorentina ini lebih sering bermain melebar ketimbang menemani Higuain di depan kotak penalti untuk mengacaukan penjagaan di kotak penalti.
Hasilnya, Higuain lebih sering berduel sendirian di tengah atau hanya ditemani di antara Miralem Pjanic dan Sami Khedira. Padahal biasanya, Dybala kerap menemani Higuain khususnya di depan kotak penalti. Bahkan 30 menit berada di lapangan, Juve berhasil menciptakan tiga peluang yang tercipta di dalam kotak penalti, dari empat percobaan. Hal ini berbeda ketika Cuadrado menemani Higuain.
Juventus memang menguasai dan mengontrol jalannya pertandingan ini. Mereka menerapkan pressing dengan blok tinggi yang membuat Milan kesulitan membangun serangan sejak dari lini pertahanan. Pada babak pertama, akurasi operan Milan hanya 68% saja.
Milan pun pada akhirnya lebih sering mengandalkan serangan balik. Pemain yang membantu serangan pun, selain trio lini depan yang dihuni Carlos Bacca, Suso, dan M`Baye Niang, hanya Giacomo Bonaventura dan Juraj Kucka. Mattia De Sciglio dan Ignazio Abate yang biasanya melakukan overlap lebih fokus menjaga pertahanan karena agresifnya serangan sayap Juventus. Di bawah ini merupakan grafis operan Abate-De Sciglio yang tertahan di tengah, sebelum masuk ke sepertiga akhir (Milan menyerang ke sebelah kanan). Abate dan De Sciglio pun masing-masing hanya sekali melepaskan umpan silang.
Saat gol Manuel Locatelli pun sebenarnya merupakan situasi yang jarang terjadi. Locatelli sejak awal diplot untuk menjaga keseimbangan di lini pertahanan. Ia jarang membantu penyerangan atau mendekati kotak penalti Juventus. Area bermainnya hanya di middle third.
Saat gol terjadi, bisa dibilang hal tersebut memang merupakan satu-satunya kelengahan Juventus pada laga ini. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan dengan baik. Locatelli yang biasanya tertahan di belakang, muncul di saat yang tepat untuk membantu penyerangan.
Pada gambar 1 dan 2 terlihat Locatelli tidak ikut bergerak mendekati kotak penalti Juventus saat Suso dan Abate berkolaborasi untuk memasuki sepertiga akhir Juventus. Kemudian pergerakan Suso memancing Benatia untuk menjaganya. Posisi Abate pun membuat Pjanic bergerak melebar untuk menjaga Abate (gambar 3). Di sinilah ruang kosong tercipta (gambar 4). Locatelli pun tanpa pengawalan bisa mengarahkan bola dengan sekuat tenaga.
Pada proses terjadinya gol ini pun kita bisa melihat bagaimana Hernanes dan Alex Sandro yang lebih memilih bergerak lebih ke dalam kotak penalti. Hal ini dikarenakan sebelum gol ini terjadi, Milan telah melepaskan 13 umpan silang. Sandro dan Hernanes tampaknya mengira bahwa serangan Milan tersebut akan diakhiri lewat umpan silang.
Secara permainan, penampilan Juventus memang dominan pada laga ini. Hanya saja mereka tak terbiasa melepaskan tembakan-tembakan jarak jauh kecuali dari tendangan bebas. Sementara itu, satu kelengahan mereka berbuah gol untuk Milan yang diciptakan Locatelli.
Ya, Locatelli, yang biasanya tetap berada di area middle third, muncul di saat yang tepat untuk memanfaatkan kelengahan Juventus tersebut. Bahkan mungkin lebih dari itu, Locatelli muncul di saat Milan mencari pengganti Riccardo Montilvo yang cedera, di saat Milan mulai mengembangkan pemain mudanya, dan di saat Milan membutuhkan sosok yang bisa menjadi pembeda. Sekali lagi, Locatelli muncul di saat yang tepat.
Baca juga:
Manuel Locatelli, Harapan Lainnya dari Akademi Milan
Regenerasi Menjanjikan dalam Skuat Milan Bersama Montella
Kontroversi dalam Kemenangan Milan Atas Juventus
Gol Miralem Pjanic Sah atau Tidak?
Komentar