Double Pivot
Terdapat dua gelandang tengah yang kami pilih dalam daftar ini. Nama pertama dari Liga Primer, N’Golo Kante. Sedangkan nama kedua dari La Liga, Toni Kroos. Keduanya saat ini menjadi penguasa lini tengah pemuncak klasemen Liga Primer dan La Liga, yakni Chelsea dan Real Madrid.
Kante menjadi sosok penting dalam transisi menyerang ke bertahan Chelsea. Ia selalu menjadi gelandang perebut bola ketika lawan coba melancarkan serangan balik, hendak memanfaatkan skema tiga bek Chelsea yang kerap ditinggalkan kedua wing-back. Namun mantan gelandang Leicester City ini tak ragu untuk melakukan tekel, baik itu yang berhasil direbut maupun yang menjadi pelanggaran. Gelandang asal Prancis ini pun bermain 17 pertandingan Chelsea sebelum absen karena akumulasi kartu kuning.
Kante juga menjadi bagian pembelian penting Chelsea musim ini. Ia dengan cepat mampu beradaptasi dengan skema 3-4-3 a la Antonio Conte. Saat ini, Chelsea tengah mencatatkan 12 kemenangan beruntun, dan peran Kante begitu vital dalam rentetan kemenangan Chelsea tersebut.
Sementara itu, Kroos menjadi nyawa di lini tengah Real Madrid. Ia total menorehkan tujuh asis dari total 27 umpan kunci. Berbeda dengan Miralem Pjanic yang mencatatkan empat asis dari 30 umpan kunci. Selain itu, Kroos lebih unggul perihal tekel dari Pjanic. Kroos melakukan 70 kali upaya merebut bola meski tugas utamanya sebagai penyuplai bola bagi lini serang, Pjanic hanya 30 kali tekel saja.
Kroos sendiri saat ini tengah diterpa cedera. Tapi sebelumnya, Kroos merupakan gelandang tak tergantikan di lini tengah Real Madrid. Bahkan ia memiliki catatan menit bermain terbanyak kedua setelah Cristiano Ronaldo sejak 2014.
Gelandang Serang
Bukan Kevin De Bruyne, Mesut Ozil, Thiago Alcantara, Adam Lallana, Marek Hamsik, Andres Iniesta atau Paul Pogba. Pada pos gelandang serang, kami memilih nama yang cukup asing di telinga. Ia adalah gelandang serang milik RB Leipzig, Emil Forsberg.
Forsberg menjadi roh permainan Leipzig yang musim ini mengejutkan sepakbola dunia dengan mampu menyaingi Bayern Muenchen di Bundesliga. Bahkan Leipzig sempat tak terkalahkan dan memuncaki klasemen Bundeliga hingga spieltag 14. Padahal, Leipzig musim ini berstatus tim promosi.
Jumlah umpan kunci Forsberg mungkin hanya 23 kali, lebih sedikit dibandingkan Hamsik (33) atau Coutinho (28). Namun soal jumlah asis, gelandang asal Swedia ini menyamai Hamsik yang mencatatkan tujuh asis. Sementara Forsberg baru bermain 14 kali, Hamsik sudah menjalani 18 pertandingan.
Perannya memang menjadi penyuplai lini depan. Namun jika ia mendapatkan kesempatan mencetak gol, lini pertahanan lawan perlu mewaspadainya. Karena mantan gelandang Malmo ini memiliki akurasi tembakan sebesar 74%, lebih tinggi dari Hamsik (44%) dan Coutinho (53%). Padahal jumlah gol Forsberg, lima gol, sama dengan jumlah gol Hamsik dan Coutinho, hanya kalah dari Lallana dalam daftar ini.
Selain itu, perlu dicatat juga jika Forsberg tak dikelilingi oleh pemain-pemain kelas wahid. Oleh karena itu, dengan segala keterbatasan dan kemampuan Leipzig, Forsberg menjadi sosok penting di balik moncernya penampilan Leipzig yang sempat menyaingi monopoli Bayern di Bundesliga.
Sayap Kanan-Kiri
Pada posisi pemain sayap, terdapat dua pemain yang begitu handal mencetak gol dan memberikan umpan-umpan matang pada penyerang. Selain itu, aksi-aksi individunya pun menjadi senjata bagi kesebelasan yang mereka bela untuk bisa memorak-porandakan lini pertahanan lawan.
Nama pertama dimiliki oleh gelandang Chelsea, Eden Hazard. Gelandang asal Belgia ini benar-benar menjadi roh permainan skuat berjuluk The Blues. Di bawah asuhan Antonio Conte, Hazard seolah terlahir kembali setelah sempat menjalani musim yang buruk di bawah asuhan Jose Mourinho pada musim 2015/2016.
Hazard memang hanya mencatatkan satu asis, jauh lebih sedikit dari Jose Callejon (tujuh asis) dan Suso (enam asis), namun ia hampir selalu terlibat di setiap gol Chelsea, khususnya ketika meraih 12 kemenangan beruntun. Tercatat umpan kuncinya mencapai 33 kali, lebih tinggi dari torehan Callejon (26) dan Suso (22).
Selain itu, statistik paling mencolok dari Hazard adalah kemampuan melewati pemain lawan. Tercatat gelandang berusia 25 tahun tersebut melakukan 109 percobaan melewati lawan, terbanyak kedua di Eropa setelah Wilfried Zaha (130). Lebih hebatnya, Hazard memiliki persentase keberhasilan sebesar 77%, ketika Zaha hanya 57% saja.
Statistik yang paling mendekati dengan Hazard adalah statistik milik Lionel Messi. Umpan kunci Messi memang kalah dari Callejon dan Suso, namun 21 umpan kunci yang dilepaskan Messi dilakukan dari 13 pertandingan saja, ketika Callejon dan Suso bermain di 17 pertandingan.
Selain itu, Messi juga mencatatkan 56% keberhasilan melewati lawan. Kalah dari Suso yang memilki 68% keberhasilan dribble, namun Messi melakukan dribble lebih banyak dibandingkan dengan Suso, yakni 43 berbanding 34.
Kelebihan Messi lain tentunya perihal mencetak gol. Total 12 gol yang ia cetak lebih banyak dari torehan Hazard, Suso maupun Callejon, bahkan Neymar. Hal ini tak mengherankan karena Messi memiliki akurasi tembakan cukup tinggi, yakni 57% dari 64 tembakan.
Halaman selanjutnya: Penyerang
Komentar