PSG Hancurkan Barca dengan Permainan Fisik Terorganisasi

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi 93116

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

PSG Hancurkan Barca dengan Permainan Fisik Terorganisasi

Mungkin tak terbayang sebelumnya jika Barcelona, salah satu kesebelasan terbaik dunia, dihancurkan empat gol tanpa balas oleh Paris Saint-Germain, kesebelasan asal Prancis yang selalu tak berdaya di Liga Champions setiap musimnya. Namun hal ini benar-benar terjadi pada laga babak 16 besar Liga Champions yang digelar Rabu (15/02) dini hari WIB tadi.

Para pendukung Barca tidak sedang bermimpi. Marc-Andre Ter Stegen benar-benar empat kali memungut bola dari gawangnya. Namun Ter Stegen tak perlu khawatir ia akan disalahkan. Ia tak melakukan blunder sekalipun. Kekalahan ini memang menjadi kekalahan total Barcelona sebagai tim. Untuk kali ini, Barca kalah kelas dari PSG.

PSG tampil begitu menggebu-gebu pada laga ini. Keinginan untuk menang sangat terlihat dalam permainan setiap individu pemain PSG. Sorry to say, semangat dan ambisi Barca untuk memenangi laga ini tak terlihat. PSG benar-benar sangat layak meraih kemenangan telak ini.

Kredit khusus patut diberikan pada pelatih PSG, Unai Emery. Ia tak sungkan mengubah permainan PSG sebagai upaya untuk memenangkan laga ini. Possession football ciri khasnya ditinggalkan. Permainan sepakbola cepat dari kaki ke kaki yang dikombinasikan dengan permainan fisik ditunjukkan kesebelasan berjuluk Les Parisiens ini. PSG selalu berusaha menaklukkan Barca lewat serangan balik.

Barca berhasil unggul penguasaan bola, 43% berbanding 57%. Namun apalah arti unggul penguasaan bola jika tak mampu mengontrol pertandingan. Ya, PSG-lah yang justru memegang kendali permainan dengan permainan cepat dan fisik yang mereka tunjukkan.

Barca lebih banyak menguasai bola, namun tak mampu mengontrol pertandingan, tak mampu membangun serangan yang mereka inginkan. Karena setiap para pemain Barca hendak memasuki area pertahanan PSG, para pemain PSG dengan agresif berusaha merebut bola.

Pressing agresif dilakukan PSG, namun tidak dilakukan secara asal-asalan. Secara sistematis, PSG menunggu para pemain Barca memasuki area middle third sebelum "diserang". Ketika bola di area pertahanan Barca, PSG cenderung membiarkannya. Namun begitu bola melewati garis tengah lapangan, para pemain PSG langsung merebut, menekel, bahkan menubruk para pemain Barca yang menguasai bola. Ini membuat Barca yang awalnya memainkan bola dengan lambat di lini pertahanan, harus meningkatkan kecepatan aliran bola mereka di tengah lapangan.

Tercatat, PSG melakukan 43 tekel pada laga ini. Jumlah tekel berhasil yang mereka lakukan adalah sebanyak 31 tekel. Uniknya, rataan tekel PSG dalam satu pertandingan sebenarnya hanya 17,6 kali saja per pertandingan, berada di urutan ke-64 terbanyak di Eropa. Ini artinya, PSG meningkatkan dua kali lipat upaya merebut bola mereka pada laga ini.

Grafis tekel PSG. PSG menyerang ke sebalah kanan.

Penampilan impresif para gelandang PSG menjadi kunci mereka mengendalikan jalannya pertandingan. Blaise Matuidi dan Marco Veratti mencatatkan masing-masing empat tekel berhasil dari enam percobaan. Adrien Rabiot tiga kali percobaan tekel tiga kali berhasil. Yang paling luar biasa adalah permainan Thomas Meunier, ia delapan kali berhasil merebut bola dari 12 kali percobaan. Neymar Jr. pun mati kutu.

Barca juga kesusahan menyerang lewat sisi kanan penyerangan, yang menjadi area bermain Lionel Messi. Rabiot, Matuidi, Layvin Kurzawa dan Julian Draxler menjadi penghalang bagi Messi untuk mendapatkan bola. Keempatnya, jika ditotal, melakukan 15 intersep. Total PSG melakukan 18 intersep pada laga ini, sementara Barca hanya sembilan kali saja.

Hal ini tak dilakukan oleh Barca. Trio lini tengah Barca (Andre Gomes, Andres Iniesta, dan Sergio Busquets), total mencatatkan sembilan kali upaya tekel, Gomes terbanyak dengan lima kali percobaan. Tapi tekel berhasil mereka hanya empat kali saja, Gomes hanya sekali berhasil merebut bola. Untuk intersep, tiga pemain ini hanya mencatatkan lima intersep saja, Gomes cuma sekali.

Inilah yang agaknya membedakan kualitas pertahanan Barca dan PSG. Para pemain PSG begitu gigih dalam merebut bola, sementara para pemain Barca yang diinstruksikan untuk tak merebut bola dengan agresif membuat para pemain mereka terlihat malas. Pada gol Julian Draxler dan gol kedua Di Maria terlihat jelas lini tengah Barca tampak lemas untuk merebut bola. Jikapun merebut bola, yang terjadi justru pelanggaran, di mana hal itu berbuah gol pertama Di Maria.

Kualitas pertahanan PSG mencerminkan kejelian Unai Emery. Ia tahu, Barca tak boleh dibiarkan begitu saja menguasai bola. Ia menerapkan strategi yang lebih fisik, khusus di laga ini, untuk membuat Barca tak berdaya. Ia memaksa para pemainnya terus berlari dan berduel, walau Verratti harus menjadi korban setelah ia harus ditarik keluar karena kram.

Sergio Busquets pun mengakui bahwa kekalahan Barca pada laga ini berkaitan dengan permainan fisik PSG. Permainan fisik PSG yang terorganisasi, rapi, dan sistematis membuat Barca tak berdaya sepanjang pertandingan.

"Mereka lebih baik [dari Barca]. Mereka bermain jauh lebih baik, mereka jauh lebih baik secara taktik. Mereka mengalahkan kami secara fisik," kata Busquets usai pertandingan.

Barca mau tak mau memang harus mengakui kehebatan PSG pada laga ini. Skor 4-0 merefleksikan kalau Luis Enrique kalah telak dari Unai Emery. Barca hanya mencatatkan enam tembakan pada laga ini, berbanding 16 kali milik PSG. Yang jelas, hasil ini akan membuat Enrique harus berpikir keras untuk menjalani leg kedua nanti.

Komentar