Tanpa gembar-gembor, Manchester City langsung umumkan perekrutan pemain anyar mereka, Bernardo Silva. Sebelumnya, nyaris tak ada isu yang menyebutkan gelandang berusia 22 tahun tersebut akan bergabung ke kesebelasan yang bermarkas di Etihad Stadium. Justru rival sekota mereka, Manchester United, yang santer diberitakan tertarik pada Silva.
Manajer Manchester United, Jose Mourinho, sudah diberitakan tertarik pada Silva sejak ia menangani Chelsea pada 2015 silam. Awal tahun 2017 pun isu Mourinho hendak mencoba menggaet mantan pemain Benfica tersebut kembali mencuat. Meskipun begitu, Mou menampik sedang berusaha mendatangkan Silva.
"Tidak. Ini jujur, saya katakan tidak," ujar Jose Mourinho ketika ditanyai kans bergabungnya Silva ke Manchester United usai MU mengalahkan Ajax Amsterdam di final Liga Europa. "Tapi Anda tidak pernah tahu. Pemain-pemain hebat selalu disambut baik di sini."
Sebenarnya tak mengherankan jika banyak yang mengagumi sosok Silva, khususnya orang-orang Portugal. Hal ini dikarenakan ia merupakan salah satu talenta paling menjanjikan Portugal saat ini. Ia sudah menjadi langganan timnas Portugal sejak bersama tim U19 hingga saat ini memiliki 12 caps bersama timnas senior.
"Portugal sekarang punya generasi yang bagus, khususnya di lini tengah. Saya rasa, Bernardo Silva merupakan yang terbaik. Saya menyukainya. Ia bisa menjadi pemain no.10 timnas Portugal beberapa tahun yang akan datang," ujar legenda Portugal, Deco Souza, dinukil dari Telegraph.
"Messi, Eusebio, Cristiano Ronaldo, Maradona, Pele.... Mereka akan selalu ada dalam sejarah sepakbola. Saya harap, dan saya percaya, Bernardo punya kualitas untuk mendekati level mereka. Tahun ini sudah menjadi pembuktiannya," ujar rekan setim Silva di Monaco, Joao Moutinho.
Moutinho yang merupakan seniornya di timnas Portugal, sejak awal sudah menyadari bahwa Silva punya kualitas mumpuni. Bahkan ia langsung menjuluki Silva dengan sebutan Messizinho yang berarti "Messi Kecil". Sama seperti Lionel Messi, Silva memang punya keunggulan dari segi menggiring bola dan melewati lawan serta berbadan kecil layaknya Messi.
Sementara itu, pemain yang akan menjadi lawan Silva di Liga Primer, Danny Rose, sudah cukup mengetahui kualitas Silva. Menurutnya, Manchester City akan lebih kuat pada musim depan dengan adanya Bernardo Silva. "Saya menghadapinya pada musim lalu. Menurut saya, ia merupakan salah satu lawan terhebat," ujar Rose pada salah satu radio di Inggris.
Pujian demi pujian dilontarkan pada Silva. Namun, Silva punya tantangan yang menantinya di Manchester City. Hal ini dikarenakan, City sebenarnya lebih krisis di lini pertahanan, sebagaimana yang mereka lakukan dengan melepas sejumlah pemain di lini pertahanan. Untuk lini serang, City sebenarnya sudah punya banyak gelandang berkualitas.
Baca Juga: Manchester City Indikasikan Peremajaan di Lini Pertahanan
Hengkangnya Jesus Navas, praktis persaingan yang akan dihadapi Bernardo Silva tersisa Raheem Sterling, Nolito, Leroy Sane dan Gabriel Jesus. Silva memang biasa ditempatkan sebagai sayap kanan, namun ia juga merupakan gelandang kreatif, sebagaimana ia mencatatkan 11 gol dan 10 asis pada 58 penampilan musim lalu. Namun untuk gelandang no.10, City sudah memiliki David Silva dan Kevin De Bruyne.
Namun yang tampaknya akan menjadi nilai lebih Bernardo Silva bagi City adalah pengalamannya bermain dalam pola 4-4-2 di Monaco musim ini. Bersama Leonardo Jardim, Silva kerap dipasang sebagai winger kanan dalam 4-4-2. Sementara pola 4-4-2 sendiri bisa menjadi alternatif lain bagi Pep Guardiola jika ingin memaksimalkan duet Gabriel Jesus dan Sergio Aguero di lini depan.
Pep juga sering mengeluhkan jika para pemain sayap City harus memiliki fisik yang prima. Hal ini dikarenakan para pemain sayap harus rajin juga membantu pertahanan selain tugas utamanya menyerang, begitu juga untuk para pemain full-back yang wajib punya stamina prima karena harus naik-turun membantu lini serang. Karena hal ini Pep melepas para pemain sayap yang sudah dimakan usia seperti Navas, Pablo Zabaleta, Bacary Sagna dan Gael Clichy (keempatnya sudah berusia di atas 30 tahun).
Sementara itu Silva punya pemahaman dan pengalaman dalam membantu pertahanan saat bermain sebagai winger kanan. Sejak di Benfica, Silva memang dikenal sebagai pemain sayap yang kuat dalam menyerang, namun bisa juga membantu pertahanan. Bahkan ia pernah dicoba oleh pelatihnya, Jorge Jesus, untuk bermain sebagai bek kiri, walau hal itu yang membuatnya ingin pindah dari Benfica. "Ketika mereka memasang saya di posisi bek kiri saat latihan, di situ saya merasa tak punya masa depan di Benfica," ujar Silva seperti yang dilansir Telegraph.
Pada musim ini, Silva mencatatkan tekel berhasil 1,3 per pertandingan. Meski terlihat sedikit, namun jumlah tersebut lebih banyak dari yang ditorehkan oleh pemain sayap City seperti Nolito (0,8), Navas (0,8), Sterling (0,7) dan Jesus (0,5). Jumlah tersebut juga sama dengan yang ditorehkan oleh Sane dan De Bruyne.
Namun yang paling utama, Silva merupakan pemain sayap penyuplai bola, bukan penyelesai serangan. Ia memiliki catatan rerata 1,6 umpan kunci per pertandingan (tertinggi kedua di Monaco) dan rerata 1,6 tembakan per laga. Untuk jumlah kuncinya itu lebih tinggi dari Sterling (1,4), Sane (1,3), Jesus (1), dan Nolito (0,7). Sementara untuk jumlah tembakan, ia kalah dari Jesus (2,4), Sterling (1,9) dan Nolito (1,7) namun mengalahkan Sane (1,3).
Dari catatan di atas, tampaknya Pep ingin memiliki berbagai macam tipe pemain sayap. Untuk penyelesai akhir, ia punya Sterling, Jesus, dan Nolito, sementara untuk penyuplai punya Sane dan Silva, ditambah pemain-pemain seperti David Silva dan De Bruyne. Jika Pep hendak bermain dengan pola 4-4-2, maka Bernardo Silva bisa menjadi pilihan utama di sisi kanan, tanpa perlu menggusur Jesus yang tengah naik daun saat ini.
Satu hal yang pasti, kini Pep memiliki banyak pilihan untuk pemain di pos sayap, dengan perbedaan gaya bermain dari beberapa pemain. Tinggal bagaimana ia bisa membuat para pemain tersebut mendapatkan menit bermain yang cukup. Apalagi untuk pemain-pemain seperti Jesus, Sterling, Sane dan Bernardo yang semuanya masih di bawah 23 tahun, mereka membutuhkan menit bermain yang cukup untuk bisa meningkatkan kariernya karena hendak mengincar tampil di Piala Dunia 2018 mendatang.
Komentar