Jika para pendukung AS Roma dan Liverpool mengatakan tidak salah membeli Mohamed Salah, seharusnya anggapan itu berlaku bagi para pendukung Chelsea. Memang Chelsea menjadi tempat yang salah bagi Salah, tapi rasanya kesebelasan ibu kota Inggris itu tidak akan mengalami hal sama dengan pembelian Davide Zappacosta.
"Davide (Zappacosta) adalah pemain kaliber internasional yang diketahui dengan baik oleh pelatih dan kami sudah menyadarinya sejak lama. Kami sangat senang bisa membawanya ke klub ini dan yakin dia akan menjadi anggota penting skuat ini," kata Michael Emenalo selaku Direktur Teknik Chelsea seperti dikutip dari The Sports Man.
Ia baru dibeli Chelsea dari Torino pada tenggat transfer musim panas 2017 kemarin dengan harga 23 juta paun termasuk bonus. Antonio Conte selaku Manajer Chelsea memang membutuhkan wing-back kanan baru untuk menjadi rotasi Victor Moses.
Tapi perekrutan Zappacosta cukup di luar dugaan karena sebelumnya Chelsea lebih sering dikaitkan dengan Alex Oxlade-Chamberlain untuk menjadi wing-back kanan dalam formasi 3-4-3. Faktor di luar dugaan itulah yang membuat beberapa pendukung Chelsea meragukan pemain dengan kontrak empat musim tersebut.
Hal itu wajar mengingat Zappacosta kurang terdengar di sepakbola Eropa. Pemain 25 tahun itu belum bergabung dengan Torino yang pada musim 2014/2015 berkiprah di Liga Eropa. Berbeda dengan Oxlade-Chamberlain yang bermain untuk Arsenal. Di luar ekspektasi semua, justru pilihan Conte jatuh kepada Zappacosta yang dinilai sebagai pembelian panik pada tenggat bursa transfer.
https://twitter.com/realist_77123/status/903557995728162816
https://twitter.com/totti_Er_pupone/status/903555504303112194
Tapi tunggu dulu, bagi para penikmat Serie-A Italia, Zappacosta merupakan salah satu bek kanan terbaik di kompetisi tersebut. Namanya memang kalah tenar dari Andrea Belotti (diincar Chelsea juga) yang mampu mencetak 28 gol dari penampilannya pada seluruh ajang musim lalu. Namun perlu diingat bahwa peran Zappacosta sangat besar untuk rekan-rekannya di Torino. Ia dimainkan 57 pertandingan Serie-A sejak bergabung dengan Torino pada bursa transfer musim panas 2015.
Zappacosta juga sudah mengemas empat penampilan bersama timnas Italia sejak tahun lalu. Sebelum didatangkan Chelsea, kesebelasan-kesebelasan besar Italia lebih dulu meminatinya. Bahkan daya tarik Zappacosta sudah ada sejak ia memperkuat Atalanta dari musim 2014 sampai 2015. Torino pun harus sikut-sikutan dengan Juventus untuk mendapatkannya dari Atalanta pada waktu itu.
Zappacosta merupakan bek sayap kanan yang stabil bertahan maupun menyerang. Musim lalu, ia sanggup menciptakan 41 peluang dan menjadi lima asis. Bahkan Zappacosta mencetak satu gol. Ia senang bermain lebar di sisi lapangan dan mampu mengombinasi fisik serta teknik dengan sempurna. Umpan silang adalah salah satu kelebihan di dalam permainannya. Ia adalah bek sayap ketiga yang paling banyak melepaskan umpan silang sukses selama Serie-A 2016/2017.
Zappacosta sanggup melepaskan 1,7 umpan silang akurat selama musim lalu. Hanya Faouzi Ghoulam (Napoli) dan Manuel Pasqual (Empoli) yang mengalahkannya. Jumlah 1,4 umpan silang sukses per laga Dani Alves pun masih kalah dibanding Zappacosta. Umpan silangnya pun cocok digunakan ketika mendapatkan tendangan bebas dari sisi lapangan. Selain itu, ia juga melakukan 1,5 tekel bersih, tiga intersepsi, 2 sapuan bersih dan 1,4 umpan kunci di setiap pertandingannya selama musim lalu.
Zappacosta juga tidak canggung memerankan full-back atau wing-back. Kedua peran itu pernah dijalaninya selama dua musim di Torino. Ketika dilatih Giampiero Ventura, Zappacosta menjadi wing-back kanan dalam formasi 3-5-2. Sementara di era Sinisa Mihajlovic, Zappacosta bermain sebagai full-back kanan pada formasi 4-3-3. Maka dari itu Zappacosta tidak akan canggung memfasilitasi umpan-umpan silang akurat pada formasi 3-4-3 a la Conte.
"Dia bisa melakukan hal-hal tersebut dan telah memperbaiki banyak hal dalam gerakan menyerang dan bertahannya. Jadi, dia telah menjadi pemain yang sangat mengesankan," puji Mihajlovic.
Perbandingan Davide Zappacosta dengan Victor Moses
Di balik keributan soal tanggapan transfer Zappacosta, perekrutannya adalah bisnis yang cerdik. Bisa dibilang perekrutannya jauh lebih cerdas daripada Oxlade-Chamberlain untuk menjadi bahan rotasi Moses. Tidak banyak perbedaan antara Zappacosta dengan Moses dalam kontribusinya ketika bertahan. Perbedaannya hanya Zappacosta bermain sebagai full-back pada formasi empat pemain belakang musim lalu, sementara Moses bermain lebih ke depan sebagai wing-back pada formasi 3-4-3.
Moses hanya mengungguli Zappacosta soal tekel dan intersepsi. Sementara Zappacosta lebih unggul dalam sapuan bersih dan block. Ketika menggiring bola, Moses jauh lebih unggul daripada Zappacosta. Moses sanggup melakukan 1,5 dribel sukses perlaga dan Zappacosta hanya sukses 0,5 di setiap pertandingannya. Tapi keunggulan Moses tidak mengherankan karena ia merupakan pemain bertipikal penyerang dan posisi aslinya adalah gelandang sayap kanan.
Tipikal Moses itulah yang membuat gaya permainannya di lapangan sering melakukan pergerakan cut inside. Sementara risiko jika memainkan Zappacosta daripada Moses, tentu Chelsea akan kehilangan penetrasi serangan dalam soal giringan bola dan pergerakan cut inside. Tapi setidaknya, Chelsea akan mendapatkan poin tambahan lain dari umpan silang dan transisi bertahan yang baik. Terutama umpan silang langsung kepada penyerang di dalam kotak penalti.
Musim lalu, enam dari 15 gol Alvaro Morata bersama Real Madrid lahir dari kepalanya. Dia adalah predator di udara, melalui umpan silang yang konsisten dan berkualitas tinggi dari Zappacosta, Morata bisa menghasilkan gol lebih berlimpah untuk Chelsea. Hal itulah sesuatu yang begitu penting dalam perekrutan Zappacosta.
Sejak bergabung dengan Torino, ia mencoba 247 umpan silang dari sisi kanan. Di Serie-A, hanya Antonio Candreva yang berhasil lebih banyak dalam jangka waktu dua musim itu. Dari 247 percobaan Zappacosta, 62 mencapai target di dalam kotak penalti. Akurasi itu mencapai 25% yang lebih baik daripada 18% milik Candreva yang bermain sebagai winger kanan Internazionale Milan.
Berkacalah Kepada Perekrutan Marcos Alonso
Ketika Matteo Darmian pergi ke Manchester United pada 2015 lalu, Zappacosta dijadikan penggantinya dengan cara direkrut dari Atalanta seharga 9,5 juta paun. Pada saat itu juga Zappacosta sudah dikenal sebagai pemain berbakat ditambah dengan panggilan-panggilannya memperkuat skuat Italia junior.
Sebelum memutuskan pindah ke Torino, Zappacosta mengalami perasaan dilematis selain karena digoda juga oleh Juventus. Perasaan itu lahir karena adanya tawaran dari Swansea City yang bisa membuatnya merasakan atmosfer Liga Primer Inggris. "Itu adalah impian saya untuk bermain di Liga Primer, tapi saya tidak tahu benar bagaimana kebenaran atau realistisnya di cerita ini. Saya tetap menjaga kaki saya di tanah, tapi saya merasa siap untuk pengalaman baru. Saya ingin menantang diri saya sendiri ke level yang top di panggung internasional. Jika ada tawaran datang dari klub besar, saya akan meningkatkan apa yang saya bisa," katanya seperti dikutip dari ESPN FC.
Kini, impian Zappacosta sudah menjadi kenyataan dengan Chelsea. Sekarang mantan pemain Avellino itu tinggal mengondisikan situasi keraguan kepada dirinya sendiri agar keraguan banyak orang padanya bisa ia jawab dengan penampilan yang sesuai kebutuhan Chelsea.
Situasi seperti itu mengingatkan kita saat Chelsea mendatangkan Marcos Alonso dari Fiorentina pada bursa transfer musim lalu. Sempat diragukan, nyatanya Alonso justru menjadi salah satu pemain Chelsea yang sangat penting. Alonso mampu berkembang bersama Chelsea di bawah kepelatihan Conte.
Alonso mencetak enam gol pada musim lalu yang dua kali lebih banyak daripada tahun terakhirnya bersama Fiorentina. Selain gol, dribel suksesnya meningkat dari 44% di Fiorentina menjadi 66% bersama Chelsea. Begitu juga dengan duel udara yang rasionya meningkat jadi 64% dari 56%. Maka dari itu ada baiknya ada anggapan yang sama dengan Zappacosta walau ia hanya bermain di kesebelasan papan tengah pada musim sebelumnya.
Keberadaannya akan menjadikan Chelsea menjadi kesebelasan yang lebih bervariasi dan seimbang. Kemampuannya bisa mengancam kesebelasan lain dan tetap berada di jalur untuk mempertahankan gelar Liga Primer Inggris serta membuat terobosan signifikan di Liga Champions nanti. Zappacosta bisa jadi perekrutan terbaik Chelsea musim panas ini. Kemudian sama seperti karier Alonso di Chelsea, keraguan terhadapnya akan menguap dengan sendirinya.
Sumber lain: Daily Mail, Metro, The Sports Man, The Sun
Komentar