Duel antara AC Milan menghadapi AS Roma adalah ujian bagi keduanya di Stadion San Siro nanti, Minggu (1/10). Milan baru saja mengalami kekalahan dari Samdporia pada pertandingan Serie-A 2017/2018 sebelumnya. Berbanding terbalik dengan Roma yang memenangkan tiga laga sebelumnya secara beruntun. Tapi kemenangan itu diraih dari kesebelasan papan bawah klasemen Serie-A musim ini. Kendati demikian, Kedua kesebelasan itu sama-sama baru meraih hasil positif di kompetisi Eropa masing-masing.
Diperkirakan jika Vincenzo Montella, pelatih Milan, bakal tetap menggunakan formasi 3-5-2 pada laga nanti. Tapi Montella selalu menggunakan susunan pemain yang berbeda dalam 12 pertandingan terakhir. Hal itulah yang menjadi salah satu kritik untuk Montella akhir-akhir ini.
Di sisi lain, mungkin ia bingung untuk memaksimalkan pemain bintang yang begitu banyak di dalam skuatnya. Tapi yang jelas pada laga nanti ia tidak bisa memainkan Andrea Conti, Luca Antonelli dan Riccardo Montolivo karena cedera. Hakan Calhanoglu pun diragukan karena mendapatkan cedera ringan.
Tapi nasib Roma lebih parah karena Emerson Palmeiri, Diego Perotti, Gregoire Defrel, Patrik Schick dan Rick Karsdorp tidak bisa diturunkan karena cedera. Walau begitu Roma memiliki skuat yang cukup dalam untuk memenuhi formasi 4-3-3 a la Eusebio Di Francesco yang menjadi pelatihnya.
Filosofi Serangan Eusebio Di Francesco Bisa Menjadi Kunci
Roma bisa mempermalukan Milan di depan pendukungnya sendiri jika filosofi serangan Di Francesco bisa dimaksimalkan pada laga ini. Mantan pelatih Sassuolo ini bertipikal pelatih yang menganut permainan menyerang melalui kedua sayapnya. Absennya Conti di posisi wing-back kanan Milan bisa menjadi lumbung serangan Roma yang mengandalkan kecenderungan serangan lewat sisi kiri.
Di antara kedua sayapnya, serangan sayap kiri Roma cenderung lebih dominan. Di Francesco lebih menemukan formula yang tepat di sebelah kiri karena adanya Aleksandar Kolarov pada posisi full-back di sisi tersebut. Kolarov pun siap bahu membahu dengan Stephan El Shaarawy yang bermain apik dalam beberapa laga terakhirnya.
El Shaarawy mampu mencetak dua gol dan satu asis dalam dua pertandingan terakhir dengan menempati posisi sayap kiri. Sementara pada area itu akan berhadapan dengan Ignazio Abate yang sudah menurun kemampuannya karena termakan usia dan beberapa kali didera cedera. Buruknya transisi Abate ketika menyerang dan bertahan bisa menjadi eksploitasi El Shaarawy yang memiliki kecepatan tinggi.
Apalagi Kolarov pun memiliki akurasi operan yang sangat baik untuk mendukung rekan-rekannya melalui sisi kiri. Akurasi operannya pada musim ini mencapai 87%. Ia sanggup melepaskan 2,2 umpan kunci perlaga dan sudah menyumbangkan satu gol dan dua asis dari lima pertandingannya bersama Roma di Serie-A 2017/2018.
Pengawalan Edin Dzeko Adalah Kunci Bagi Lini Belakang AC Milan
Milan memiliki deretan bek tengah yang berkualitas tinggi. Mateo Musacchio dan Leonardo Bonucci adalah bek tengah dengan sarat pengalaman. Alessio Romagnoli pun merupakan bek tengah berbakat dengan masa depan cerah. Tiga pemain itu yang diperkirakan bakal mengisi tiga bek tengah Milan nanti.
Tentunya atas kualitas mereka, seyogyanya mampu mengawal Edin Dzeko yang merupakan penyerang tunggal Roma pada laga nanti. Apalagi Roma sangat mengandalkan Dzeko untuk menjebol gawang lawan-lawannya. Roma cukup produktif mencetak gol pada Serie-A sejauh musim ini. Total, 12 gol sudah mereka cetak dan setengahnya disumbangkan oleh Dzeko.
Maka dari itu Dzeko adalah kunci Milan dengan tiga beknya untuk mengurangi ancaman lini depan lawannya itu. Secara matematis, tiga bek Milan yang seharusnya memiliki kualitas tinggi itu bisa mengalahkan Dzeko seorang diri. Apalagi mobilitas Dzeko yang musim lalu sering diinstruksikan bergerak ke luar kotak penalti agak berkurang di bawah instruksi Di Francesco.
Di bawah Di Francesco, Dzeko jarang berada jauh dari kotak penalti ketika dalam situasi menyerang. Dzeko jauh dari kotak penalti hanya ketika kesebelasannya sedang berada dalam situasi bertahan saja. Maka dari itu, sempitnya ruang Dzeko ketika menyerang seharusnya dimatikan oleh tiga bek tengah Milan pada laga nanti.
Kesimpulan
Sejak kehilangan Conti, Montella masih belum mendapatkan solusi untuk menanggulangi sisi kanannya tersebut. Ia pun masih memaksakan formasi 3-5-2 yang menuntut wing-back kanannya aktif membantu serangan maupun bertahan. Gol kedua Sampdoria ketika mengalahkan Milan pun ada pengaruh dari lemahnya sisi kanan Milan.
Hal itu yang akan memaksa bek tengah sebelah kanan untuk terpancing bergerak lebih lebar menutupi kelemahan area tersebut. Apalagi perlu diingat bahwa Di Francesco mampu membuat para pemain sayapnya produktif mencetak gol walau penyerang tunggalnya dimatikan bek lawan. Perhatian ini sangat berlaku untuk Milan dan Montella yang penampilannya tengah mendapatkan sorotan beberapa laga terakhir. Roma kami prediksi lebih unggul.
Komentar