Ketika nama-nama seperti Andy Carroll dan Peter Crouch masuk dalam radar incaran Chelsea, kemungkinan besar akan banyak yang terkejut. Chelsea saat ini merupakan kesebelasan top yang dihuni oleh pemain top pula. Sementara itu Carroll dan Crouch saat ini tidak termasuk dalam kategori pemain top, terlebih keduanya tidak sedang dalam masa emasnya.
Tapi yang terjadi begitulah adanya. Kabarnya, Chelsea membutuhkan penyerang anyar dan mereka sedang memantau beberapa nama untuk bisa direkrut. Rumor ini dibuka ketika Sky Sport, media Inggris yang cukup terpercaya, mengabarkan jika skuat berjuluk The Blues itu hendak meminjam Carroll dari West Ham United. Setelah itu, nama Crouch muncul. Diikuti oleh Olivier Giroud dan juga Edin Dzeko.
Menariknya, dari nama-nama di atas, semuanya adalah penyerang yang memiliki gaya main yang tak jauh berbeda. Keempat pemain tersebut merupakan penyerang jangkung yang handal dalam duel udara. Atau istilahnya, mereka adalah pemain-pemain yang disebut fasih bermain sebagai target man.
Dari perspektif Chelsea sebagai klub besar mungkin hanya Dzeko yang dianggap paling ideal untuk direkrut. Tapi jika merunut kebutuhan taktikal, siapapun nama di atas bisa jadi cocok untuk Chelsea. Ya, ini tampaknya menjadi permintaan sang manajer, Antonio Conte, yang sangat menyukai penyerang jangkung.
Hal itu terlihat dari rekam jejak Conte selama melatih. Dimulai dari Bari di mana ia memulai kariernya sebagai pelatih, hingga timnas Italia kesebelasan yang ia latih sebelum menukangi Chelse, sosok penyerang no. 9 bertubuh jangkung atau sering juga disebut sebagai penyerang klasik selalu ada di timnya.
Di timnas Italia yang berlaga pada Piala Eropa 2016, ia mengandalkan Graziano Pelle di lini depan untuk memenuhi kebutuhan taktikalnya. Padahal penyerang bertinggi 194 cm itu tidak terlalu banyak mencetak gol di Southampton yang ia bela saat itu. Hanya saja pemain yang kini bermain untuk Shandong Luneng tersebut membuktikan diri dengan mencetak dua gol meski Italia terhenti di babak perempat final.
Sebelum itu, di Juventus pun ia beberapa kali mendatangkan penyerang jangkung. Pada musim perdana, meski sudah punya Luca Toni, ia mendatangkan beberapa penyerang anyar seperti Alessandro Matri, Mirko Vucinic dan Fabio Quagliarella. Masih kurang, pada pertengahan musim Juventus meminjam penyerang bertinggi 186cm, Marco Borriello, dari AS Roma.
Pada musim berikutnya, Vincenzo Iaquinta (189 cm) kembali dari masa pinjaman. Tapi itu belum cukup bagi Conte sehingga ia kembali meminjam penyerang lain, Nicklas Bendtner. Belum lagi Nicolas Anelka yang juga bisa menjadi penyerang no. 9 meski kerap menjadi second striker.
Pada musim terakhirnya di Juventus pun ia meninggalkan jejak penyerang jangkung. Dani Osvaldo (186 cm) dan Fernando Llorente (195 cm) didatangkan. Llorente lantas menjadi andalan Conte di mana ia mencetak 18 gol dari 45 laga. Llorente ketika itu menjadi tandem bagi second striker seperti Carlos Tevez, Mirko Vucinic atau Sebastian Giovinco.
Di kesebelasan-kesebelasan lainnya, beberapa nama-nama penyerang jangkung yang ada dalam skuat asuhan Conte adalah Simone Tribocchi (Atalanta), Vitali Kutuzov (Bari), dan Antonio Floro Flores (Arrezzo). Hanya di Siena ia tidak menggunakan penyerang jangkung karena punya Emanuele Calaio (179 cm) yang berhasil mencetak 18 gol dari 40 penampilan di Serie B.
Dengan memiliki penyerang no. 9 klasik atau target man, Conte seringkali memainkan skema dua penyerang. Di Juventus ia sempat memainkan skema dasar 4-4-2 (atau 4-2-4) untuk menandemkan penyerang jangkung dengan penyerang kedua. Seiring berjalannya waktu, skema dasar 3-5-2 dimatangkan dengan Llorente sebagai ujung tombak berduet dengan Tevez. Trofi scudetto untuk Juventus berhasil ia persembahkan tiga musim berturut-turut. Di timnas Italia pun skema dua penyerang ia gunakan.
Alvaro Morata, penyerang Chelsea saat ini, sebenarnya termasuk kriteria penyerang jangkung yang ia idamkan. Apalagi kepindahan penyerang bertingi 189 cm itu ke Juventus dari Real Madrid awalnya merupakan permintaan Conte pada manajemen Juventus sebelum ia meninggalkan tim jelang musim 2014/2015 dimulai. Hanya saja Morata ternyata tak begitu tajam dan ia tampak kesulitan dengan pola 3-4-3 yang diusung Conte bersama Chelsea. Morata musim ini hanya mencetak 10 gol di Liga Primer.
Sebagai penyerang no. 9, gaya permainan Morata membutuhkan sokongan dari second striker. Conte sempat mencobanya dengan menduetkannya bersama Eden Hazard. Akan tetapi hal tersebut tidak berjalan baik. Terlebih selain Morata masih kurang tajam, Hazard pun masih belum tampil konsisten.
Adapun penyerang lain, Michy Batshuayi, sempat mengalami cedera. Di beberapa kesempatan, penyerang asal Belgia ini sempat bisa menjadi super sub. Tapi belakangan kepercayaan dirinya mulai menurun dan tak bisa menjadi solusi ketika Morata dan Hazard mengalami kebuntuan.
Jika penyerang anyar datang, siapapun itu, entah itu di antara Carroll, Crouch, Giroud dan Dzeko atau bukan keempatnya, Conte bisa jadi akan kembali mengandalkan 3-5-2 dalam situasi genting. Oleh karena itu opsi penyerang jangkung anyar ini sebenarnya bukan berarti untuk menggantikan Morata yang kurang produktif, melainkan menjadi alternatif lain bagi Conte untuk menambah daya gedor melalui umpan-umpan panjang dan umpan silang. Terlebih Chelsea punya Marcos Alonso dan Cesar Azpilicueta yang handal mengirimkan umpan matang ke kotak penalti.
Perlu diketahui, Chelsea saat ini "hanya" mampu mencetak 41 gol di Liga Primer. Bersama Arsenal, jumlah tersebut merupakan yang paling sedikit di antara penghuni enam teratas klasemen Liga Primer Inggris. Jika mereka mendapatkan Dzeko, kualitas lini serang Chelsea tidak akan bertambah di Liga Champions karena penyerang asal Bosnia & Herzegovina tersebut sudah terdaftar sebagai penyerang AS Roma. Berbeda jika yang didatangkan Chelsea adalah Giroud, Carroll atau Crouch yang bisa dimainkan di Liga Champions. Mungkin karena itu pula Carroll dan Crouch masuk dalam radar penyerang anyar Chelsea.
foto: tuttomercato.web
Komentar