Musim 2017/18 tak berjalan mulus bagi Paul Pogba. Gelandang asal Prancis tersebut, per awal tahun 2018, mulai mengakrabkan diri dengan bangku pemain pengganti setelah manajer Manchester United, Jose Mourinho, mulai percaya kepada gelandang muda United lainnya, Scott McTominay.
Pogba sempat dikabarkan tengah bermasalah dengan Mourinho. Terlebih setelah tersiar tayangan adu argumen antara dirinya dengan Mourinho pada laga melawan Tottenham Hotspur, akhir Januari lalu. Pada laga tersebut, Pogba akhirnya digantikan Marouane Fellaini pada babak kedua. Mourinho sendiri mengatakan tidak ada masalah dengan perdebatan keduanya.
Setelah insiden di laga yang berkesudahan 2-0 untuk Spurs, Pogba tiga kali berturut-turut tidak dimainkan sejak menit pertama; melawan Huddersfield Town, Newcastle United, dan Sevilla. Gelandang berusia 24 tahun tersebut bahkan tidak diturunkan pada laga melawan Newcastle yang berakhir kekalahan untuk United. Melawan Sevilla, Pogba bermain pada menit ke-17 menggantikan Ander Herrera yang cedera.
Duduk di bangku pemain pengganti secara berturut-turut jelas menjadi situasi yang tidak ideal bagi Pogba. Perlu diingat, ia direkrut United pada 2016 dengan status pemain termahal dunia sebelum akhirnya rekor tersebut dipecahkan Neymar. Kualitas Pogba memang layak dihargai mahal.
Tetapi banyak yang menganggap potensinya kurang termaksimalkan pada musim ini. Karena jangankan dibandingkan dengan gelandang di liga lain, di Liga Primer pun Pogba punya catatan yang kurang mengesankan.
Sempat Cedera
Saat artikel ini ditulis, Liga Primer hendak memasuki pekan ke-28, yang artinya sudah memasuki tiga per empat musim. Tetapi musim ini Pogba tidak selalu diandalkan Mourinho. Jumlah bermainnya tak maksimal, tak seperti Kevin De Bruyne dan Nemanja Matic yang hanya absen sekali bersama Manchester City dan United, atau Christian Eriksen yang hanya melewatkan dua pertandingan Spurs; Pogba baru bermain di 17 laga Liga Primer musim ini.
Salah satu faktor yang membuat Pogba tidak banyak bermain pada musim ini adalah cedera yang menimpanya pada awal musim. Di laga Liga Champions melawan Basel (12/9), ia harus ditarik keluar pada menit ke-19. Cedera itu membuatnya harus menepi hingga pertengahan November.
Pogba, yang ketika itu cedera paha, harus melewatkan total 12 pertandingan di segala ajang. Belum lagi ia sempat dihukum larangan bermain tiga kali pada pertengahan Desember.
Kerap Membuat Pelanggaran
Satu aspek yang tampaknya menjadi kelemahan Pogba dan membuatnya tidak maksimal dalam sistem permainan Mourinho adalah Pogba tak begitu handal dalam melakukan aksi pertahanan. Ini bukan berarti Matic berjuang sendirian. Namun ketika Pogba harus melakukan tekel, pelanggaran cenderung terjadi.
Pogba saat ini mencatatkan 31 pelanggaran dari 17 laga. Dibanding Idrissa Gueye, gelandang perebut bola milik Everton, angka milik Pogba kurang bagus karena Gueye hanya mencatatkan 29 pelanggaran dari 24 laga. Contoh lain, Abdoulaye Doucoure yang bermain di 24 laga bersama Watford hanya mencatatkan 32 pelanggaran. N`Golo Kante hanya 25 pelanggaran dari 24 laga.
Selain itu, Pogba juga tidak pandai dalam membaca serangan lawan. Jumlah intersepsinya hanya 17 kali. Angka tersebut menempatkannya di peringkat ke-65 di antara gelandang-gelandang Liga Primer.
Bukan Pencetak Gol Ulung
Sebagai gelandang, Pogba diposisikan lebih menyerang karena tugas gelandang bertahan diemban oleh Matic. Maka dari itu, mungkin wajar jika Pogba tidak punya catatan defensif yang impresif.
Meski begitu, Pogba bukanlah penyerang yang handal mencetak gol. Musim ini saja baru tiga gol ia ciptakan, tidak hanya di Liga Primer tapi juga di seluruh ajang. Di Liga Primer musim ini, tiga gol tersebut menempatkannya pada posisi ke-26 sebagai gelandang dengan gol terbanyak.
Perayaan gol Pogba setelah mencetak gol ke gawang Leicester City (via: metro.co.uk)
Jumlah tersebut terbilang sedikit jika melihat gaya permainan Pogba. Karena dari 17 laga, ia punya catatan 2,8 kali tembakan per laga (total 47 kali). Rerata tembakannya itu merupakan terbanyak ke-12 di Liga Primer.
Tembakan Pogba yang lebih banyak di luar kotak penalti memang hanya memiliki akurasi sebesar 33%. Angka yang kurang bagus jika dibandingkan dengan Riyad Mahrez yang punya akurasi 66% dari 48 percobaan, atau Aaron Ramsey yang punya akurasi 56% dari 44 kali percobaan; apalagi jika dibandingkan dengan pemain seperti De Bruyne, Eriksen, Xherdan Shaqiri, dan terutama Eden Hazard (71% akurasi dari 52 kali percobaan). Walau begitu, akurasi Pogba lebih baik dari Dele Alli dan Granit Xhaka.
Namun sejak musim lalu, Pogba memang bukan pencetak gol ulung. Dari 51 kali pertandingan yang ia mainkan di semua ajang pada musim pertamanya bersama United, hanya sembilan gol yang ia cetak. Di Juventus pun begitu. Gol terbanyaknya dalam satu musim hanya 10 gol, yang ia torehkan pada dua musim terakhirnya bersama Si Nyonya Tua.
Kreator Andalan
Kelebihan Pogba memang bukan soal bertahan atau mengancam gawang lawan lewat tendangan tariknya. Yang membuat talenta Pogba spesial adalah kemampuannya dalam mengkreasikan serangan. Buktinya musim ini, meski tak banyak bermain, Pogba sudah mengoleksi 9 asis. Jumlah tersebut hanya kalah dari Kevin De Bruyne (14) dan Leroy Sane (10).
Namun sebenarnya, dengan 9 asis dari 17 laga, lebih spesifiknya 1375 menit bermain, Pogba punya catatan 153 menit per satu asis. Angka tersebut mengungguli De Bruyne yang membutuhkan waktu 165 menit untuk menciptakan satu asis, dan 156 menit per satu asis milik Sane. Bisa jadi statistik tersebut berarti jika Pogba lebih banyak bermain, dalam artian ia tak menepi untuk waktu yang lama pada awal musim, torehan asisnya saat ini bisa lebih banyak dari De Bruyne dan Sane.
Dengan menit bermain yang lebih sedikit, Pogba sendiri baru mencatatkan 21 umpan kunci. Berbeda dengan De Bruyne yang telah bermain sebanyak 2311 menit mencatatkan 69 umpan kunci, terbanyak di Liga Primer. De Bruyne juga total menciptakan 1624 operan dalam 27 laga, sementara Pogba hanya 893 operan dari 17 laga. Karena jika dibandingkan, keterlibatan keduanya dalam skema tim tak jauh berbeda; De Bruyne mencatatkan 60 operan per laga sementara Pogba 52 operan per laga.
***
Dari catatan di atas Pogba mungkin tidak termasuk gelandang yang menonjol pada Liga Primer musim ini. Tapi jika berbicara soal gelandang pengkreasi serangan, Pogba masih layak disebut sebagai salah satu gelandang terbaik Liga Primer. Jika Pogba diinstruksikan lebih menyerang, bisa jadi ia punya catatan yang lebih mentereng.
tetapi saat ini, Pogba dimainkan sebagai jangkar ganda dalam formasi 4-2-3-1 bersama Matic. Di pos belakang penyerang, Mourinho lebih percaya kepada Henrikh Mkhitaryan (sebelum pindah ke Arsenal), Jesse Lingard, atau McTominay. Belum lagi ada Fellaini dan Juan Mata yang juga bermain di posisi gelandang serang.
Mourinho masih percaya jika Pogba bisa berperan baik meski dimainkan sebagai gelandang jangkar. Oleh karenanya, kita memang tidak akan melihat Pogba menciptakan banyak gol atau ia akan banyak membantu penyerangan. Dalam skema Mourinho, Pogba hanya perlu membantu United memenangkan pertandingan atau mendapatkan hasil yang diharapkan Mourinho meski peran yang ia mainkan tidak membuatnya menonjol atau membuatnya mendapatkan penilaian negatif.
Dalam kata lain, Mourinho ingin Pogba membuktikan bahwa ia bisa diandalkan sebagai gelandang jangkar; posisi atau peran yang memang kerap kali dipandang sebelah mata karena tidak punya statistik mumpuni. Apa yang dikatakan Mourinho tentang McTominay ini rasanya berlaku juga buat Pogba:
"Saya tidak memberikan kepercayaan begitu saja, justru seharusnya terbalik." ujar Mourinho seperti dikutip dari The Guardian. "Saya rasa ini bukan tentang manajer memercayai pemain, tetapi pemain yang berusaha membuat manajernya bisa percaya, sesederhana itu. Karena terkadang para manajer sudah memberikan segalanya pada pemain tapi para pemain tidak memberikan apa-apa."
"Tentu akan ada pertandingan yang buruk dan pemain melakukan kesalahan, yang kemudian dicadangkan atau tidak dimainkan. Tapi saya tahu ketika saya ingin pemain tersebut bermain, saya ingin melihat mentalitas pemain itu, bahwa ia berkembang sebagai pemain. Saya tahu kualitas mereka dan apa yang tepat untuknya agar menjadi pemain yang bagus," sambungnya.
Boleh jadi Mourinho musim ini memaksa Pogba untuk fasih bermain jangkar agar musim depan United bisa mendatangkan gelandang serang yang bisa menyempurnakan skema permainan Mourinho. Lagipula Lingard punya potensi di posisi tersebut, atau Alexis Sanchez juga sempat dipasang di belakang penyerang oleh Mourinho. Karenanya, memainkan Pogba sebagai gelandang jangkar tak lain sebagai upaya Mourinho memasukkan Pogba pada skema Mourinho itu sendiri.
Komentar