Bukan Lionel Messi. Bukan Cristiano Ronaldo. Gelar The Best FIFA Men`s Player 2018 diraih Luka Modric. Artinya, versi FIFA, pemain terbaik dunia saat ini adalah Modric.
Untuk pertama kalinya sejak 2007—ketika Kaka mendapatkan gelar FIFA World Player of the Year— gelar pemain terbaik dunia diraih oleh "manusia", bukan "alien". Meski gelar tersebut sempat berganti titel menjadi FIFA Ballon d`Or (2010-2015) dan The Best FIFA Men`s Player (sejak 2016).
Modric dinilai tampil lebih baik daripada Messi dan Ronaldo, yang disebut-sebut sebagai dua pemain terbaik sejagat ini, sepanjang musim 2017/18. Layakkah ia mendapatkan gelar tersebut?
https://twitter.com/panditfootball/status/1044414782709878791
Luka Modric mengakhiri musim 2017/18 dengan membawa Real Madrid juara Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa, Piala Dunia Antarklub, dan Liga Champions. Selain itu, ia juga membawa Timnas Kroasia mencapai babak final Piala Dunia 2018.
Dibanding Messi dan Ronaldo, capaian Modric jauh lebih mentereng. Messi "hanya" menjuarai gelar La Liga Spanyol dan Copa del Rey. Messi pun tak masuk tiga besar kali ini. Ronaldo, yang musim lalu masih di Real Madrid (sekarang Juventus), kalah dari Modric lewat pencapaian Piala Dunia.
Jika Modric berhasil ke final, Ronaldo bersama Timnas Portugal tersingkir di babak 16 besar. Ronaldo yang jadi pemain terbaik pada 2016 dan 2017 pun harus puas duduk di peringkat kedua.
Peringkat ketiga ditempati oleh Mohamed Salah. Penyerang Timnas Mesir ini sebenarnya tanpa piala. Tapi penampilannya pada musim 2017/18 memang luar biasa. Secara tim, ia membawa Liverpool ke partai final Liga Champions. Secara pribadi, ia mencetak total 44 gol dari 52 penampilan; walau sebenarnya torehan golnya itu masih kalah dari Messi (45 gol dari 54 laga) dan Ronaldo (44 gol dari 44 laga).
Dari sini sudah terlihat cukup jelas bahwa Modric memang layak dinahbiskan sebagai pemain terbaik dunia musim 2018. Walau sepakbola adalah permainan sebuah tim, kemampuan pemain berusia 33 tahun ini memang memengaruhi permainan Real Madrid maupun Kroasia secara menyeluruh.
Torehan gol Modric di Real Madrid sebenarnya hanya dua. Asisnya pun hanya tujuh. Di Piala Dunia, ia mencetak dua gol dan satu asis. Tapi kehebatan Modric memang tidak bisa dilihat dari angka statistik semata. Apalagi ia bukan Ronaldo, Messi, atau Salah yang punya tugas utama mencetak gol.
Modric menempati pos gelandang tengah baik itu di Real Madrid maupun di Kroasia. Meski secara detail permainan ada perbedaan peran saat ia berseragam Madrid dan Kroasia, tapi secara keseluruhan, pemain kelahiran Zadar tersebut merupakan ruh kesebelasan. Madrid dan Kroasia punya lini tengah mumpuni berkat kemampuannya menyeimbangkan lini tengah baik saat bertahan maupun menyerang.
Dalam formasi 4-3-3 yang diterapkan Real Madrid atau Kroasia, ia bukan seorang gelandang serang yang hanya menunggu bola di dekat kotak penalti lawan. Ia bersama Toni Kroos di Real Madrid atau Ivan Rakitic di Kroasia, berada di depan holding midfielder untuk menjadi jembatan antara lini belakang dan depan.
Walaupun begitu, secara peran dan berdasarkan statistik, Modric sebenarnya tidak lebih baik dari Kroos. Di La Liga misalnya, Kroos menjadi gelandang dengan jumlah operan terbanyak per laga 76,7 operan per laga. Modric "hanya" 59,9 operan per laga. Sementara itu, Kroos mencatatkan 64 umpan kunci ketika Modric "hanya" menorehkan 39 umpan kunci. Padahal secara peran, keduanya tak jauh berbeda.
Yang membedakan kualitas Kroos dan Modric adalah penampilan keduanya di Piala Dunia. Kroos yang juga menjadi ruh permainan Jerman tak bisa membantu timnya lolos ke fase gugur. Padahal rekan setim Kroos di Timnas Jerman sebenarnya lebih berkualitas dibanding rekan setim Modric di Kroasia. Tapi bersama Modric yang menjadi kapten, serta Zlatko Dalic sebagai pelatih, para pemain Kroasia yang sebagian besar tidak punya nama mentereng berhasil mencapai prestasi terbaik dan penampilan terbaik.
Penampilan Modric di Kroasia memang menunjukkan kelas eks pemain Tottenham Hotspur ini. Meski sudah berusia 33 tahun, ia menjadi salah satu pemain yang selalu diturunkan Dalic. Dalam tujuh laga, pada fase gugur, ia selalu bermain hingga 120 menit permainan. Hanya di final ia bermain normal 90 menit. Tapi stamina dan kualitasnya tetap terjaga. Padahal Kroasia menampilkan permainan menekan di mana para pemainnya, tak terkecuali Modric, akan selalu berusaha merebut bola sejak lawan menguasai di wilayah pertahanannya sendiri.
***
Modric meraih 29,08% suara untuk meraih gelar pemain terbaik versi FIFA 2018 ini. Meski versi FIFA, toh yang memilih adalah pemain, pelatih, media bahkan 25% suaranya merupakan suara penggemar di seluruh dunia. Ronaldo di bawahnya mendapatkan 19,08% suara sementara Salah menorehkan 11,23% suara.
Jika melihat 10 besar dalam nominasi penghargaan 2018 ini, para pemain yang tampil impresif di Piala Dunia 2018 memang mendapatkan nilai lebih. Kylian Mbappe berada di posisi empat dengan 10,52% suara, Antoine Griezmann di posisi keenam (6,69% suara), sementara Eden Hazard dan Kevin De Bruyne yang membawa Timnas Belgia meraih posisi ketiga di Piala Dunia berada di urutan 7 dan 8 terbaik dunia. Harry Kane yang merupakan top skor Piala Dunia 2018 "menyempil" di peringkat 10.
Tapi prestasi mereka tidak ada apa-apanya dibanding Modric. Tidak hanya Piala Dunia, pemain bertinggi 172 cm ini pun berhasil membawa tim yang dibelanya juara Liga Champions. Untuk musim 2017/18, ketika Messi hanya tampil hebat di La Liga, Ronaldo dan Salah hanya di Liga Champions, Mbappe, Hazard dan De Bruyne hanya di Piala Dunia, Modric tampil luar biasa di ketiga kompetisi tersebut.
Bagaimana dengan Raphael Varane yang hampir meraih semua gelar di musim 2017/18? Pemain bertahan memang kerap dikesampingkan, di mana bek terakhir yang meraih gelar terbaik dunia adalah pada 2006, 12 tahun yang lalu. Lagipula, di Piala Dunia, penampilan Varane tidak semenonjol Modric yang benar-benar menjadi nyawa permainan Kroasia.
Komentar