Dominasi Spanyol berawal pada 2008 silam saat menjuarai Euro, dilanjutkan memenangkan Piala Dunia 2010, dan kembali menjadi raja Eropa pada edisi 2012. Sementara puncak revolusi sepakbola Jerman terjadi pada 2014 silam kala mengangkat Piala Dunia di Maracana, Brasil. Tetapi, saat ini, Spanyol berada di peringkat enam FIFA, sedangkan Jerman terseok di peringkat 14.
Gara-garanya adalah penurunan performa Timnas Spanyol. La Roja terseok di Euro 2016, hanya mampu ikut serta hingga babak 16 Besar. Hal yang sama terulang di Piala Dunia 2018, kala mereka menyerah di babak perdelapan final dari tuan rumah Rusia.
Jerman lebih buruk. Meski mampu lolos ke babak semifinal Euro 2016 Prancis, sebagai juara bertahan Piala Dunia, Die Mannschaft gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2018, ditekuk Korea Selatan dengan skor 2-0 di matchday terakhir.
"Faktanya adalah tim nasional telah kehilangan simpati. Kami bukan lagi kesayangan Jerman. Tapi kami bisa seperti itu lagi, dan kami tidak puas dengan situasi saat ini. Kami tahu bahwa kami telah mengecewakan fans kami. Tapi kami ingin melakukannya, bekerja mengembalikan kepercayaan mereka sedikit demi sedikit," kata Manajer Umum Jerman, Oliver Bierhoff.
Dia menambahkan bahwa publik terlalu keras mengkritik para pemain Jerman. "Sejak kami memulai fase pembangunan kembali, para pemain muda kami telah menunjukkan kebesaran hati dan semangat dengan semua kesulitan yang mereka hadapi. Mereka pantas mendapatkan kepercayaan kami dan akan membayarnya kembali. Sungguh menyakitkan bagi saya melihat bagaimana para pemain muda kami diperlakukan. Awan gelap sedang berkumpul di atas tim nasional. Bagi saya, masalahnya bukanlah kritik itu sendiri, tetapi cara penyampaiannya.”
Kemudian timbul pertanyaan, apakah mereka masih belum mampu beregenerasi? Atau mereka masih dalam proses kembali ke jalur kesuksesan dengan perencanaan jangka panjang?
Link streaming pertandingan UEFA Nations League: Spanyol vs Jerman
Spanyol arahan Luis Enrique masih bermasalah dengan formula paten di lini belakang. Meski David De Gea merupakan suksesor Casillas, performanya di Piala Dunia 2018--merujuk blunder yang berujung gol Cristiano Ronaldo di fase grup--menuai banyak cercaan. Kiper nomor dua, Kepa Arrizabalaga bahkan ditepikan dari skuad Chelsea. Sedangkan penampilan Unai Simon juga biasa-biasa saja.
Enrique juga masih mencari partner jangka panjang kapten Sergio Ramos. Untuk sementara bek Villareal, Pau Torres mendapat kepercayaan lebih dari Enrique. Tetapi sebelum Enrique kembali ke timnas, pelatih interim Robert Moreno sempat memasangkan Ramos dengan Raul Albiol, Diego Llorente, hingga pemain bertahan Bilbao, Inigo Martinez.
Meskipun tidak memiliki masalah di lini tengah, Enrique masih kesulitan menemukan penyerang andalan. Hanya ada nama tiga striker yang sering diturunkan Enrique, Alvaro Morata, Rodrigo, dan Gerard Moreno.
“Semua pelatih tentu menginginkan Luis Suarez atau Harry Kane di timnya. Tidak ada pelatih yang akan mengatakan tidak. Tetapi apa yang kami coba, sebagaimana kami tidak memiliki mereka, adalah mencoba mencetak peluang sebanyak mungkin dan memastikan gol tidak dicetak melulu oleh satu orang,” jelas Enrique.
Untuk Jerman, tekanan utama ditunjukkan kepada Joachim Loew. Sejak menangani Jerman pada 2006 silam, berulang kali Loew sudah membuktikan pembibitan pemain muda akademi-akademi di Jerman adalah kunci kesuksesannya. Namun, generasi emas Loew macam Mesut Oezil, Thomas Mueller, Mats Hummels, hingga Jerome Boateng telah menua, pensiun, atau "dipensiunkan" dari Die Mannschaft.
Pencoretan tiga nama terakhir menimbulkan pro-kontra. Sebagian berpendapat belum ada pengganti sepadan Boateng-Hummels di lini belakang Jerman. Tetapi Direktur Olahraga Hertha Berlin, Arne Friedrich menilai langkah yang diambil Loew memang berani.
Dengan skema 3-4-3 yang sering diperagakan dalam beberapa laga terakhir, trio bek Matthias Ginter, Niklas Suele, dan Robin Koch masih rapuh. Terlepas dari rekor belum terkalahkan sejak September 2019 silam, Loew belum menemukan kepingan gir terakhir di mesin penghancurnya.
"Apakah dia [Loew] baru saja menerima bahwa mereka kebobolan sebanyak mungkin gol? Saya tidak berpikir begitu. Dan sementara kami mencetak 14 gol tahun ini, kami juga kebobolan 10. Itu terlalu banyak. Itulah mengapa 1-0 melawan Republik Ceko sangat penting. terlepas dari formasi eksperimental. Dan juga kemenangan melawan Ukraina," sebut Friedrich.
***
Tim Nasional Spanyol dan Jerman akan saling berduel untuk memperebutkan satu tempat di semifinal UEFA Nations League 2020, Rabu (18/11/2020) di Estadio de La Cartuja, Sevilla. Duel ini menawarkan kesempatan untuk melihat bagaimana evolusi dua penguasa sepakbola Eropa dan dunia dalam 12 tahun terakhir.
Minggu (11/11) kemarin, Spanyol melewatkan kesempatan menjadi pemuncak klasemen Grup 4 Liga A setelah ditahan imbang Swiss 1-1. Padahal, tuan rumah Swiss hanya bermain dengan 10 pemain dan La Furia Roja baru mampu menyamakan kedudukan pada menit 89 lewat Gerard Moreno. Di laga tersebut, Sergio Ramos dua kali gagal mengeksekusi penalti.
Di sisi lain, Jerman mampu meraih kemenangan 3-1 atas Ukraina. Der Panzer sempat tertinggal lebih dulu sebelum Leroy Sane menyamakan kedudukan, disusul brace Timo Werner. Alhasil, Spanyol dengan koleksi delapan poin dari lima laga, berjarak satu angka dari Jerman sebagai pemuncak grup.
Sebagai catatan, banyak pemain dari kedua skuad sudah saling adu sikut di kompetisi usia muda. Jerman dengan Serge Gnabry berhasil menekuk Spanyol yang diperkuat Marco Asensio, Hector Bellerin, Kepa Arrizabalaga di final Euro U-21 2017 silam. Tetapi, Spanyol berhasil membalas kekalahan tersebut dengan menekuk Jerman yang diperkuat Lukas Klostermann dan kolega di Euro U-21 2019 silam dengan skuad beranggotakan Mikel Oyarzabal dan Fabian Ruiz.
Di masa jeda internasional, Anda tidak akan kekurangan tontonan. Mola TV menayangkan pertandingan persahabatan, UEFA Nations League, dan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Pertandingan Spanyol vs Jerman pada Rabu (18/11) pukul 02:45 WIB dapat Anda saksikan dengan mengeklik tautan ini.
Komentar